Ilmu Peteranakan

cHaLiK

Senin, 21 Desember 2009

pencernaan ruminansia

Sistem Pencernaan Ruminansia PDF Cetak E-mail
Sabtu, 21 Desember 2009 05:49

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.

Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandangsebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagaiperut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadipenyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakanglambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakangtersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.

Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yangdisebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakanditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982).

Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.

Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yangdigunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).

Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichsyang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).

Rabu, 16 Desember 2009

APAKAH JURUSAN ILMU PETERNAKAN ITU

PETERNAKAN

“Animals life is biologically aesthetic; each spesies presents it self in design,coats,tails,feathers,furs,curls,tusks,horns,hues,sheens,shells,scales,wings,songs,dances” JAMES HILMAN,pengarang Amerika

Apakah peternakan itu?
Peternakan berarti usaha pemeliharaan dan pengembangbiakan binatang.

Usaha apa saja yang dimaksud dari defenisi tersebut?
Usaha yang dimaksud meliputi proses perlakuan biologis yang terjadi secara eksternal maupun internal,serta interaksinya melalui rekayasa dan input teknologi yang diarhkan untuk tujuan produksi daging,susu,telur,kerja ternak/tenaga ternak,serta hasil sampinan yang lain.

Apa sih arti beternak sebenarnya?
Kata beternak mengandung arti yang luas, yaitu usaha untuk merawat, memelihara, mengatur kehidupan, perkawinan, kelahiran, penjagaan kesehatannya,serta penggunaannya hasil dari ternak yang diusahakannya, dalam bahasa inggris disebut dengan istilah “Animals Husbandry”.Sedangkan, beternak dalam arti yang sempit (khusus) lebih menitikberatkan kepada usaha untuk mengatur perkembangbiakan ternak, yaitu antara lain mengatur perkawinannya, memilih bibit yang digunakan,penjagaan terhadap kemandulan, dan terhadap ternak yang sedang bunting.Beternak dalam arti khusus disebut juga dengan istilah pemuliabiakan atau dalam bahasa inggris dengan istilah “Animal Breeding”.

Apa sih perbedaan antara istilah hewan, binatang, dan ternak?
Ada perbedaan arti secara definisi ilmu peternakan antara hewan, binatang, dan ternak.Hewan adalah segala mehluk hidup selain manusia, yang hidup baik didaratan maupun dilautan yang tidak dapat membuat makanan sendiri. Binatang adalah semua hewan semua hewan yang hidup di darat dan belum mengalami penjinakan oleh manusia atau masih liar.Ternak adalah semua hewan yang sudah dijinakkan oleh manusia.Ternaks sudah dapat diolah dan diambil manfaatnya untuk keperluan hidup manusia.

Hewan apa saja yang bisa diternakkan?
Ada bermacam-macam,mulai dari jenis yang ada pada zaman dulu yang lazim dipelihara,misalnya lintah untuk keperluan pengobatan, serangga yang menghasilkan zat warna , sampai jenis-jenis ternak yang lazm dipelihara pada zaman sekarang.Oleh karena banyak sekali jenis hewan piaraan yang sud h berabad-abad lazim dipelihara dalam usaha pertanian (dalam arti luas), maka umumnya yang diternakkan adalah jenis seperti kuda,sapi,kerbau, babi, kambing, domba,dan untuk unggas, misalnya ayam,itik,dan kalkun.



Apa sih yang dimaksud domestikasi itu?
Domestikasi berarti proses penjinakan hewan-hewan yang hidup liar menjadi hewan-hewan piaraan.Sampai ekarang,proses domestikasi belum berakhir karena manusia masih juga menambah jenis-jenis hewan piaraan yang baru,misalnya rubah untuk diambil bulunya.

Apa sih keuntungan dari beternak?
Banyak sekali!Susu yang dihasilkan hewan ternak berkaki empat menandung nilai gizi yang tinggi bagi manusia .Selain susu,daging ternak merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat diperlukan dalam tubuh kita.Tenaga hewan berkaki empat,sepeti kerbau dapat membantu petani dalam mengerjakan sawah dan lading serta mengangkut hasil-hasil pertanian.Kulit ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan industri atau untuk bahan perdagangan,demikian pula dengan tanduk dan tulangnya.Sampai kepada feces dan urinenya, masih dapat dimanfaatkan oleh manusia.Sejak lama juga mengenal pupuk kandang yang jauh lebih baik, dalam memberi kesuburan dan struktur tanah,daripada pupuk buatan.

Apa saja yang dipelajari di Fakultas Peternakan?
Secara garis besar ada empat bidang dipelajari dipeternakan, yaitu produksi ternak,nutrisi dan makanan terrnak,sosial ekonomi peternakan hasil ternak.

Kalau begitu,ilmu apa yang kita dapat dari produksi ternak?
Kita bias mendapat ilmu tentang ternak potong dan kerja, ilmu ternak perah, dan ilmu ternak unggas.Ruang lingkup pembahasan ilmiah ternak potong dan kerja dititikberatkan pada komiditi ternak penghasil daging dan produk sampingan,berarti kulit,pupuk kandang,serta tenaga seperti biogas,yang juga melibatkan perhitungan ekonomi.Ilmu ternak perah khusus membahas mengenai segala jenis hewan ternak penghasil susu, rmeliputi ternak sapi, kebau, kambing,kuda,domba,keledai dan ternak penghasil susu yang lain.Dalam ilmu ternak unggas akan dibahas mengenai segala hewan ternak yang termasuk dalam bangsa unggas yang menghasilkan telur,daging,dan bulu seperti ayam,kalkun,itik,bebek,merpati,burung unta,burung mutiara,dan ternak unggas yang lain.

Lalu,ilmu apa yang kita dapat dari nurisi dan makanan?
Kita bisa mengetahui nilai nutrisi dari pakan yang kita berikan kepada ternak,sehingga pakan untuk ternak dapat kita atur sesuai dengan kebutuha ternak,serta dapat kita atur sesuai dengan kebutuha ternak,serta dapat meningkatkan keefektifan dan efisiensi.

Ilmu apa yang kita dapat darfi social dan ekonomi peternakan?
Kita bisa memperhitungkan faktor teknis dan ekonomis ,apabila kita ingin melakukan suatu usaha peternakan.Dengan demikian,maka kita dapat menentukan segala yang berhubungan dengan hal-hal financial serta peluang pasar yang cocok dengan produk peternakan kita.

Ilmu apa yang kita dapat dari teknologi hasil ternak?
Kita bisa mengetahui cara-cara dan teknologi,baik yang sederhana maupun yang modern,untuk mengolah hasil ternak,sehinggga dapat menaikkan nilai jual dan nilai guna dari produk ternak yang kita hasilkan.Misal:pengolahan susu menjadi susu pasteurisasi,susu bubuk, keju,yoghurt,susu krim;pengolahan telur menjadi telur bubuk,telur asin dan sebagainya

Apa sih gelar kesarjanaan yang disandang setelah menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan?
Gelar kesarjanaan yang disandang setelah menyelesaikan studi di Fakultas Peternakan adalah Sarjana Peternakan (S.Pt).


Perkembangan Ilmu
Perkembanan ilmu peternakan sangat menarik untuk diceritakan.Pasalnya kebutuhan manusia akan hewan bukan hanya didasari oleh keinginan untuk dikonsumsi,mempermudah pekerjaan petani,tetapi juga untuk disayangi,dijadikan korban pada upacara keagamaan,dan olahraga yang menarik, yaitu berburu.
Dahulu, ketika manusia masih hidup dengan system hidup nomaden, yaitu system kehidupan dengan mengembara manusia hanya membutuhkan daging untuk dimakan dan sekedar kulitnya untuk pakaian.Setelah berganti penghidupan dengan menetap atau sedenter dan mulai mengenal bercocok tanam disekitar tempat kediaman mereka,manusia mulai mengenal pemeliharaan hewan.Proses menjadikan hewan dari keadaan liar menjadi jinak yang dapat dipelihara disebut domestikasi.Domestikasi ini yang mendasari perkembangan ilmu peternakan selanjutnya, walaupun domestikasi lingkupnya lebih luas peternakan hanya bertujuan untuk dikonsumsi.
Perkembangannya, hewan dikorbankan untuk dipersembahka pada dewa. Setiap terjadi gerhana bulan, mereka menangkap sapi-sapi liar hidup-hidup dan ditahan sebagai n a persediaan apabila sewaktu-waktu dibutuhkan.Dari kejadian tersebut, lama kelamaan terbentuklah sapi-sapi jinak yang lama-kelamaan berkembangbiak dan dapat diambil manfaatnya dari aspek yang lain.
Dalam hubungan dengan kepercayaan ini, maka perlu juga dikemukakan bahwa pada mulanya sapi maupun kebau di dalam pertanian tidak dipergunakan langsung untuk membajak.Tetapi sapi maupun kerbau tersebut sekedar dibawa keliling ditanah pertanian pada upacara keagamaan sebelum orang mulai menabur benih, baru kemudian langsung dipergunakan untuk menatik bajak.Mereka yakin, denga melakukan hal ini maka para Dewa akan membuat tanah pertanian mereka menjadi subur dan hasil panen dapat melimpah.
Mengenai kuda, kurang lebih 25.000 tahun yang lalu,ditemukan tulang-tulang kuda dalam jumla besar didekat bekas-bekas tempat tinggal manusia.Tetapi belum dapat dipastikan apakah tulang-tulang itu berasal dari kuda yang telah dijinakkan atau hasil perburuan.Tentang penggunaan kuda,lukisan yang menggambarkan kuda yang sedang menarik kereta berasal dari Yunani yaitu2000 tahun sebelum Masehi.Peninggalan ini dianggap yang paling tua tentang penggunaan kuda.
Sapi dijinakkan pada kira-kira 6000 tahun sebelum Masehi.Jadi,lebih dahulu dari kuda.Demikian juga kambing dan domba.Kerbau dijinakkan kurang lebih 3750 tahun sebelum Masehi.Dari hewan-hewan yang dijinakkan lainnya,anjinglah yang terdahulu,yaitu kira-kira 9.000 tahun sebelum Masehi.
Penjinakan hewan sebenarnya masih berjalan hingga sekarang.Diawal abad XX ada usaha penjinakan rubah untuk mendapatkan kulit yang berbulu dengan cara-cara intensif.Juga penjinakan hewan liar utuk keperluan percobaan masih terus berlangsung.
Perkembangan pemanfaatan hewan ternak atau usaha peternakan dari waktu ke waktu mengalami perkembangan yang pesat.Hal ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang lebih optimal dari usaha peternakan usaha tersebut.Perkembangan peternakan tersebut dimulai dari yang masih bersifat sangat sederhana atau primitive hingga menuju perkembangan usaha peternakan yang modern dengan pemanfaatan teknologi yang canggih serta dengan menggunakan teknologi rekayasa genetic.Terutama usaha peternakan di Negara-negara maju,yaitu di Negara-negara Eropa dan Australia, usaha budidaya peternakan sudah banyak dilakukan dengan pemanfaatan teknologi canggih dan penggunaan teknologi rekayasa genetik.


Karier dan Dunia Nyata
Asyik kan, sudah mengetahui segala sesuatu tentang peternakan?Mungkin setelah membaca bagian berikut ininkeraguannmu untuk menjadi Fakultas Peternakan sirna sudah.


Praktisi dan Peternak
Kaier dan jenis kerja dari seorang praktisi di dunia peternakan adalah menjadi peternak. Peternak ditinjau dari seg manajemen operasional, maka dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peternak mandiri dan peternak plasma. Peternak mandiri adalah peternak yang secara makro segalanya bersifat mandiri, sehingga peternak mandiri berhak menentukan kebijakan seluruh operasional secara bebas menurut kemauannya. Sedangkan, peternak plasma adalah peternak yang bekerja sama dengan system kemitraan ini, peternak yang memiliki modal dalam bidang kandang, tenaga kerja dan peralatan, disebut sebagai peternak plasma, dan peternak yang menyandang modal dalam bentuk bibit ternak, pakan, manajemen operasional, dan manajemen pemasaran disebut peternak inti. Sehingga dengan demikian seorang peternak plasma tidak berhak menentukan kebijakan operasional dengan bebas, tetapi harus mematuhi kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh peternak inti.


Konsultan
Deskripsi pekerjaan seorang onsultan adalah memberikan sumbang saran berupa jasa untuk para praktisi yang mengalami kesulitan dalam bidang peternakan. Karena tidak semua praktisi tersebut punya dasar ilmu yang cukup mengenai peternakan, namun punya modal yang cukup untuk membuka usaha peternakan. Wujud sumbang saran tersebut antara lain adalah dalam bidang pemasaran, masalah teknis di lapangan, masalah manajemen pakan, serta masalah tentang pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam perusahaan-perusahaan juga banyak diperlukan konsultanpeternakan, misalnya pada perusahaan susu, makanan berbahan daging, dan sebagainya.


Pemerintahan
Lapangan pekerjaan yang dimaksud adalah menjadi tenaga kerja pada suat instansi dinas tertentu milik pemerintah. Instansi dinas yang dapat dimasuki sarjana peternakan adalah Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas Perikanan, Dinas Perkebunan, Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Kedokteran Hewan, dan Dinas Pengembangan Masyarakat Pedesaan. Deskripsi tugasnya adalah menjadi pelaksana, coordinator, perencana, pengawas,Pembina, atau pembuat program-program untuk dinas yang bersangkutan. Menjadi pegawai negeri adalah seorang yang bekerja dengan atas nama dan untuk kepentingan Negara. Kelebihannya adalah kamu akan menerima uang pension dan yang jelas pekerjaan di dinas pemerintah seperti ini risikonya sangat kecil untuk diberhentikan, kecuali untuk alasan-alasan tertentu.


Bidang Lainnya
Bidang lain yang bias dimasuki antara lain menjadi pengajar baik di instansi pemerintah maupun swasta, perguruan tinggi, ataupun kursus-kursus peternakan. Sedangkan, menjadi peneliti tugasnya adalah melakukan penelitian tentang hal-hal yang berhubungan dengan bidang peternakan serta membuat program-program maupun hal-hal yang dapat menigkatkan kuantitas dan kualitas di bidang peternakan.Tempat bekerja sebagai tenaga peneliti adalah dalam ruangan Laboratorium atau bekerja dilapangan. Jenis-jenis lembaga penelitian di bidang peternakan milik pemerintah antara lain adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Ternak Nasional, berbagai Laboratorium atau bekerja dilapangan. Jenis-jenis lembaga penelitian dibidang peternakan milik pemerintah antara lain adalah Badan Penelitian dan Pengembangan Ternak Nasional, berbagai Laboratorium di Dinas Peternakan dan lembaga penelitian di sekolah-sekolah, akademi-akademi maupun perguruan tinggi negeri. Lembaga penelitian dibidang peternakan milik swasta antara lain adalah di berbagai perusahaan peternakan yang memiliki laboratorium perusahaan prodksi ternak dan pakan ternakbmilik swasta, sera di berbagai laboratorium milik sekolah-sekolah,akademi-akademi srta perguruan tinggi swata


Kemampuan Penunjang
1) Menyukai Biologi
2) Familiar dengan hewan
3) Tidak malas menghafal

nutrisi ruminansia

nutrisi ruminansia
oleh : chalik
Kondisi pakan yang baik terdiri dari :
- pH 6,5
- jenis pakan
- struktur pakan
- suhu 39 derajat Cellcius

tipe-tipe mikroba :
- bakteri =mencerna serat kasar, mencerna serata kasar sellulosa, hemisellulosa, dan lignin yang membentuk bakteri
- protozoa
- fungi (jamur)
- lipolitik

• peranan penting nutrisi air adalah
- sebagai pelarut
- sebagai media transportasi, masuknya unsur-unsur lain kedalam tubuh dan pengeluarannya dari sel-sel tubuh.
- Sebagai media tranportasi sisa metabolisme
- Sebagai pengatur temperatur

• asam yg bisa dicerna antara sellulosa dan hemisellulosa yaitu amilotik, selulotik, hemilolitik, pektinolitik.

• Absorpsi nutrien yang dibuttuhkan : protein, KH, Selulosa, Lemak, Laktosa, Selulosa.

• Absorpsi nitrien dipengaruhi oleh :
- Jenis pakan yg dikonsumsi (kasar/halus)
- Kualitas pakan
- Struktur pakan

• Pengukuran daya cerna konvensional terdiri dari 2 periode yaitu :
- Periode pendahuluan, yg berlangsung 7-10 hari dan pakan atau ransum diberikan paling sedikit 2 kali sehari.
- Periode koleksi, yg berlangsung 5-15 hari dan pada hewan monogastrik suatu indikator atau selama periode ini feses dikumpulkan

• Invitro
Lebih efisien (waktu, materi, tenaga, biaya)
A. Penentuan daya cerna secara invitro
- menggunakan tekhnik tilley (terrey 1963) yg hanya menirukan pencernaan pada rumen.
- Tilley dan terry menyarankan suhu 38-39 celcius dan pH 6,8-6,9.
- Dilakukan modifikasi oleh minson dan mclead dgn menggunakan sistem 2 tahap
- Sampel pakan yg akan digunakan digiling melalui semingan 1 nm
- Tabung fermentasi yg digunakan adalah tabung poly ethilen

B. Metode penelitian invitro pd ruminansia
- Tahap 1, dalam fermentasi selma 48 jam bertujuan untuk menirukan pencernaan dalam rumen
- Tahap 2 dgn menggunakan pepsin asam selama 24 jam bertujuan untuk menirukan pencernaan dalam rumen

• Daya Cerna Pada Ruminansia

- Diges tibility (daya cerna)
a. Bagian zat makanan yg tidak diekskresikan dalam feses
b. Biasanya dinyatakan dalam bahan kering
c. Bila dinyatak dalam persentase disebut koefisien cerna

- Proses pencernaan pada ruminansia
a. Mekanik (mulut)
b. Fermentatip (enzim mikroorganisme)
c. Hidrolisis (enzim-enzim pencernaan induk semang)

- Pakan ruminansia terdiri dari
a. Hijauan (bulky, serat kasar tinggi, kecernaannya rendah.

- Faktor-faktor yg mempengaruhi ddaya cerna :
a. Suhu
b. Komposisi pakan (serat kasar/ligin, lemak, protein)
c. Komposisi ransum (adanya efek asosiasi, perlu ada keserasian zat-zat makanan dr stiap pakan.
d. Penyiapan pakan (fisik, kimiawi/NaOH, biologis/fermentasi)
e. Jumlah pakan (jumlah pakan yg dikonsumsi sedikit lebih rendah dari kebutuhan pokok meningkatkan daya cerna, bila diberikan jumlah ransum 2 kali dari kebutuhan pokok menurunkan daya cerna.

- Pencernaan dibagi atas tiga (in vivo, In vitro, In Sacco)
a. In vivo
A. Konvensional (koleksi total)=konsumsinya berapa per hari, feses berapa per hari
B. Tujuan utama beternak yaitu ; ternak dapat memupuk, lebih hemat, sbgai bhn hidup.

• Fungsi saluran pencernaan :
1. Melindungi tubuh dari infeksi mikrobia
2. Menyalurkan makanan yg ditelan
3. Melarutkan atau merombak makanan melalui mekanis, hidrolisis atau enzimatis dan fermentatif
4. Menyerap serat makanan dan mengeluarkan bahan yg tdk dicerna.

• Fungsi dari rumen, retikulum, omasum dan obamasum :
1. Sebagai alat mekanis
2. Penghasil bakteri pencerna serat kasar
3. Penghasil protein dan asam amino esensial
4. Mensintesis vit B

• Fungsi rumen
1. Sebagai tempat penampungan makanan yg dikonsumsi untuk sementara waktu

• Pemecahan pakan terhadap mikroba menghasilkan :
1. Asam-asam lemak
2. Amoniak
3. Glukosa

• Bentuk retikulum = seperti sarang lebah.perut jala, terjadi fermentasi bahan pakan dan sebagai sumber protein mikrobia
• Bentuk omasum=buku-buku/perut buku yg berfungsi untuk menggiling makanan dan menyerap sebagian besar air
• Bentuk obamasum=dimana sebagai tempat hasil pencenaan dr 3 yaitu rumen retikulum omasum dan juga diserap dari obamasum
• In Sacco= teknik kantong kolon yg disiku basikan kedalam rumen, tekhnik ini memberikan gambaran bagaimana proses suatu pakan didegradasikan dan difermentasikan oleh mikroba rumen.

• Hasil evaluasi pakan dengan tekhnik in Sacco dipengaruhi oleh :
1. Karakteristik pakan
2. Posisi kanting nilon dalam rumen
3. Porosihis kantong
4. Ukuran partikel sampel pakan yg akan diukur.
5. Perbandingan jauh sampel dengan luas permukaan kantong

Beberapa kesalahan data daya cerna:
Zat makanan yg tdk ada dalam feses telah dicerna dan diabsorpsi

Tetepi kenyataannya tidak karena zat-zat makanan hilang dalam bentk gas melalui eruktasi (tdk absorpsi)

Merupakan daya cerna yg sesungguhnya

N.Endagenaous dari enzim-enzim pencerna mikroba rumen atau dinding sel saluran pencernaan jauh keluar bersama feses

Menurun daya cerna yg sesungguhnya yaitu daya cerna protein

• Koefisien cerna sebenarnya =(zat makanan yg dikonsumsi)-(zatmakanan metabolis)/(zat makanan yg dikonsumsi)X 100%
• Waktu referensi pakan dalam saluran pencernaan
1. Ruminansia mempunyai kapasitas lambung yg sangat besar
2. Tetapi jumlah ya dapat dimakan terbatas oleh kecepatan pencernaan dan sisa makanan yg dapat dikeluarkan
• Kecepatan pengeluaran makanan dari zat makanan dipengaruhi oleh :
1. Absorpsi dari bahan pakan yg dapat dicerna
2. Kecepatan aliran bahan-bahan yg tdk dpt dicerna melalui usus.

mikroba dalam rumen ruminansia

miKroBa daLam RumEn SaPi
oleh : chalik

Sistem Pencernaan Ruminansia

Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandangsebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagaiperut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadipenyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakanglambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakangtersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yangdisebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakanditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982).
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yangdigunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah :
a. bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens),
b. bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp),
c. bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica,
d. bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus),
e. bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichsyang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).



PERAN MIKROBA RUMEN PADA TERNAK RUMINANSIA
Adanya mikroba dan aktifitas fermentasi di dalam rumen merupakan salah satu karakteristik yang membedakan sistem pencernaan ternak ruminansia dengan ternak lain. Mikroba tersebut sangat berperan dalam mendegradasi pakan yang masuk ke dalam rumen menjadi produk-produk sederhana yang dapat dimanfaatkan oleh mikroba maupun induk semang dimana aktifitas mikroba tersebut sangat tergantung pada ketersediaan nitrogen dan energi (Yan Offer dan Robert 1996). Kelompok utama mikroba yang berperan dalam pencernaan tersebut terdiri dari bakteri, protozoa dan jamur yang jumlah dan komposisinya bervariasi tergantung pada pakan yang dikonsumsi ternak (Preston dan Leng 1987).
Mikroba rumen membantu ternak ruminansia dalam mencerna pakan yang mengandung serat tinggi menjadi asam lemak terbang (Volatile Fatty Acids = VFA’s) yaitu asam asetat, asam propionat, asam butirat, asam valerat serta asam isobutirat dan asam isovalerat. VFA’s diserap melalui dinding rumen dan dimanfaatkan sebagai sumber energi oleh ternak. Sedangkan produk metabolis yang tidak dimanfaatkan oleh ternak yang pada umumnya berupa gas akan dikeluarkan dari rumen melalui proses eruktasi (Barry, Thomson dan Amstrong 1977). Namun yang lebih penting ialah mikroba rumen itu sendiri, karena biomas mikroba yang meninggalkan rumen merupakan pasokan protein bagi ternak ruminansia. Sauvant, Dijkstra dan Mertens (1995) menyebutkan bahwa 2/3 – 3/4 bagian dari protein yang diabsorbsi oleh ternak ruminansia berasal dari protein mikroba.
Kualitas pakan yang rendah seperti yang umum terjadi di daerah tropis menyebabkan kebutuhan protein untuk ternak ruminansia sebagian besar dipasok oleh protein mikroba rumen. Soetanto (1994) menyebutkan hampir sekitar 70 % kebutuhan protein dapat dicukupi oleh mikroba rumen. Namun Orskov, Hughes-Jones dan McDonald (1981) menyatakan bahwa untuk memperoleh hasil produksi yang tinggi, khususnya pada fase fisiologi tertentu, misalnya pada masa pertumbuhan awal, bunting dan awal laktasi, pasok protein mikroba belum mencukupi kebutuhan ternak, sehingga ternak memerlukan tambahan pasok protein dari pakan yang lolos fermentasi di dalam rumen.
Produk akhir fermentasi protein akan digunakan untuk pertumbuhan mikroba itu sendiri dan digunakan untuk mensintesis protein sel mikroba rumen sebagai pasok utama protein bagi ternak ruminansia. Menurut Arora (1989) sekitar 47 sampai 71 persen dari nitrogen yang ada di dalam rumen berada dalam bentuk protein mikroba.

AYAM KAMPOENG

Ternak ayam kampong
OLEH : CHALIK
Dibanding ayam arab, produktivitas ayam kampung memang kalah jauh (ayam arab 70%, kampung 40%).
Namun ayam kampung mempunyai kelebihan karena tidak mengenal penyusutan investasi. Misal, harga modal Rp 18.000/ ekor (usia produktif), maka jika sudah tidak produktif (usia di atas 2 tahun), nilai jualnya masih tinggi, mengikuti harga standar ayam kampung indukan.
Untuk ayam arab, jika sudah tidak produktif (usia di atas 2 tahun), hanya dihargai 30% dari harga beli, atau sekitar Rp 12.500/ekor.

Tata laksana pemeliharaan ayam kampung:

I. Makanan: Per hari untuk 200 ekor (pemeliharaan efektif)
1. Katul 16 kg (150 ons = per ayam 0,75 ons) = Rp 16.000.
2. Sayuran + cacahan bekicot/wedhel ikan/ikan buangan (plus obat/vitamin) = Rp 7.500 (bisa dicarikan alternatif pakan lainnya).
——————–Jumlah biaya per hari Rp 23.500

II. Hasil: Produktivitas 40%, maka per hari hasilkan = 80 butir. Harga jual per butir Rp 550 (harga jual di bakul; kalau dipasarkan sendiri ke konsumen langsung bisa mencapai Rp 650/butir)
——————- Jumlah hasil total per hari = 80 x Rp 550 = Rp 44.000
Hasil per hari = Rp 44.000 – Rp 23.500 = Rp 20.500

Kandang:
Untuk ayam 200 ekor diperlukan 4 blok kandang yang dibuat los. Masing-masing blok berukuran 2,5 x 4 m terdiri dari ruang semi-tertutup (bisa ditutup rapat bagian depan dengan plastik goni/kain dsb).
Ruang semi-tertutup ini diperlukan untuk tempat bertelor dan tidur ayam.
Di samping itu diperlukan arena umbaran dengan luas 10 x 8 m (80 m2). Luas 80m2 itu meliputi juga kandang semi tertutup yang ada di dalam lingkar arena umbaran.
Pada kandang semi tertutup digunakan lantai tanah dengan ditebari kapur (untuk pemanas ruang dan membunuh bakteri/jamur, dan mencegah bubul).
Di dalam kandang tersebut, dipasang bambu seperti tangga besar, tempat ayam tidur dengan cara nangkring. Pada salah satu sisinya, dipasangi kotak panjang besar yang di dalamnya diberi sekam, tempat ayam bertelor.
Untuk keamanan: Batas arena umbaran dan lingkungan luar dibuat pagar permanen dari pasangan batako setinggi 3,5 m. Kemudian diberi pintu yang bisa dikunci rapat.
Dampak lingkungan:
Kotoran ayam kampung relatif tidak berbau, apalagi di dalam kandang ditebari kapur yang membuat kotoran ayam relatif cepat kering.
Suara ayam relatif tidak berisik.

NAFSU MAKAN DAN PALATABILITAS TERNAK

NAFSU MAKAN DAN PALATABILITAS TERNAK
OLEH : CHALIK
1.Defenisi Konsumsi
-Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake/VFI) adalah jumlah makanan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan makanan tersebut diberikan secara ad libitum
-Tingkat konsumsi ini menggambarkan palatabilitas
-Konsumsi Potensi (P) adalah jumlah makanan yang dapat dimakan bila jumlah pemberian makanan dengan tingkat kecernaan tertentu dan minimal 0.8 bagian yang dapat diseleksi
-Tingkat konsumsi sebenarnya adalah bagian dari konsumsi potensi (P) yang dapat ditentukan oleh sifat fisik atau kimiawi dari makanan.
-Selera adalah sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar.
-Ternak akan berusaha mengatasi kondisi lapar dengan cara mengkonsumsi pakan.

2. Secara umum penyaringan tigkat konsumsi ada 3 tingkatan:Panca idera, Alat pencernaan, Metabolisme

Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi
1.Hewannya
2.Makanan yang diberikan
3.Lingkungan hewan tersebut dipelihara

A. Faktor hewan
- Yang dimaksud faktor hewan adalah Permintaan fisiologi dari seekor hewan untuk hidup pokok dan produksi;
1. Bobot badan
-Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan.
-Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut.
-Hewan yang tidak gemuk lebih banyak makan dibanding dengan hewan yang gemuk pada bobot badan yang sama
-Tingkat konsumsi akan nyata menurun bersama dengan tingkat kedewasaan sapi bersangkutan
-Induk sapi yang sedang berlaktasi akan mempunyai konsumsi 35-50 persen lebih banyak dibanding dengan induk sapi kering-kandang pada bobot badan yang sama
2. Jenis Kelamin
- Sapi dara mempunyai konsumsi 3% lebih tinggi dibandingkan dengan 3 bangsa sapi kebiri bila diberi pakan sampai fase pertumbuhan yang sama
- Sapi dara yang diberi makan sampai mencapai fase finish (kadar lemak karkas) yang sama dapat mempunyai konsumsi 5% lebih tinggi dari pada sapi jantan.
3. Umur
Sapi umur satu tahun (yearling) dalam fase awal dari periode penggemukan mengkonsumsi rata-rata 10% lebih banyak dibanding anak sapi pada bobot badan dan kerangka yang sama
4. Genetik
Sapi tipe tertentu dapat berbeda nafsu makannya yang disebabkan oleh faktor genetik
5. Tipe
- Tipe perah mempunyai konsumsi bahan kering/Berat Badan Metabolis rata-rata lebih tinggi sebanyak 8% pada fase pertumbuhan yang sama dengan tipe pedaging
- Penurunan tingkat konsumsi oleh tingkat kegemukan pada tipe perah lebih cepat dibandingkan dengan tipe pedaging.
B. Faktor Makanan
1. Kecernaan
Semakin meningkatnya nilai nutrisi sutau ransum akan meningkatkan konsumsi energi total (Netto Energy) NE samapai mencapai koefisien cerna sekitar 70%
2. Kualitas/Komposisi Bahan Pakan
Terpenuhinya kebutuhan mikroba rumen untuk menjalankan fungsinya yang normal dapat meningkatkan konsumsi pakan
3. Sifat Mengisi/Bulky dari Bahan Pakan
4. Produksi Asam Lemak Rantai Pendek (Volatile Fatty Acid)
-Asetat dalam level normal (fisiologis) menekan tingkat konsumsi
-Propionat dan butirat dalam level yang tinggi atau nonfisiologis menekan konsumsi
-Pengaruh asetat akan lebih besar pada pemberian ransum berkualitas rendah
-Propionat dapat merangsang tingkat konsumsi dengan level pemberian yang rendah bila ruminan diberi ransum berkualitas rendah.
5. pH
-Menginfuskan asam anorganik ke dalam rumen untuk menurunkan pH rumen dapat menekan tingkat konsumsi
-Penggunaan Na-bikarbonat dan karbonat atau Ca(OH)2 yang dapat meningkatkan pH rumen
C. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh langsung:
1. Temperatur
-Tempertur yang tinggi menurungkan tingkat konsumsi
-Temperatur dibawah optimun dari temperatur tubuhnya akan menurunkan efesiensi penggunaan pakan.
2. Kelembaban
Kelembaban udara yang meningkat akan menurunkan tingkat konsumsi pakan
3. Sinar Matahari

Faktor lingkungan yang berpengaruh tidak langsung:
1. Pengaruh cuaca terhadap kadar air bahan makanan
-Kadar air bahan makanan hijauan yang tumbuh dalam keadaan banyak hujan dan kelembaban yang tinggi akan lebib banyak mengandung air.
-Tingkat konsumsi bahan kering akan menurun pada musim hujan dan lebih tinggi pada musim kemarau
2. Pengaruh cuaca terhadap zat-zat makanan
Hijauan lebih nutrisious pada musim hujan dibanding musim kemarau



2. Konsumsi Pakan Serat
-Dinding sel (Neutral Ditergent Fiber atau NDF) adalah faktor utama yang mempengaruhi tingkat konsumsi.
-Semakin banyak makanan yang tidak mudah dicerna dalam ransum, maka tingkat konsumsi akan banyak ditentukan oleh:
1. Laju digesta dalam rumen
2. Laju digesta dalam pencernaan yang lain
3. Distensi lambung/kapasitas lambung untuk diisi
4. Deposit lemak
5. Dan atau janin
-Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi setelah mencapai titik puncak adalah
1. Chemostatik
2. Thermostatic
-Hijauan tua mempunyai sifat yang sangat volumnis (bulky) sehingga lamban tercernakan dibanding dengan bagian tanaman yang tidak berserat
-Kenaikan tingkat serat akan menurunkan tingkat kecernaan, makan hewan akan mengkonsumsi lebih banyak
-Semakin voluminous suatu bahan makanan (erat hubungannya dengan kadar NDF), maka semakin cepat hewan itu merasa kenyang.



3. Konsumsi Konsentrat
-Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat.
-Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral).
-Kualitas konsentrat yang akan diberikan pada ternak tergantung kepada kualitas hijauan yang ditambahkan
-Kualitas konsentrat yang dibutuhkan ternak ruminansia untuk produksi daging tidak perlu setinggi kualitas konsentrat ternak ruminansia yang diperuntukan sebagai penghasil susu




4. Palatabilitas Ransum
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti:
- Penampakan,
-bau, rasa (hambar,asin, manis, pahit),
-tekstur dan temperaturnya.

-Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya.
-Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
-Hewan akan merumput terus menerus pada hijauan yang disukai pada suatu padang penggembalaan walaupun jumlah hijauan tersebut kurang.
-Penciuman dapat menyebabkan ternak ruminansia untuk menolak suatu pakan sebelum mengkonsumsinya.
-Pastora yang berbau feses tidak akan disukai oleh ternak untuk merumput
-Ruminan besar (sapi dan kerbau) menggunkan jenis/bagian hijauan yang relatif lebih kasar
-Kambing lebih menyukai merambam (browsing) daun-daunan yang biasanya tidak disukai domba.

5. Konsumsi Energi dan hubungannnya dengan Daya Cerna
-Pakan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi (tidak banyak mengandung serat kasar banyak) mempunyai kecernaan yang tinggi
-Pakan berserat akan menurunkan tingkat kecernaan pakan, sehingga ternak akan mengkonsumsi pakan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan energinya.

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK RUMINANSIA UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN

PEMANFAATAN LIMBAH TERNAK RUMINANSIA
UNTUK MENGURANGI PENCEMARAN LINGKUNGAN
oleh chalik....
Latar Belakang
Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dll. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dll (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat.
Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000).
Selain menghasilkan feses dan urine, dari proses pencernaan ternak ruminansia menghasilkan gas metan (CH4) yang cukup tinggi. Gas metan ini adalah salah satu gas yang bertanggung jawab terhadap pemanasan global dan perusakan ozon, dengan laju 1 % per tahun dan terus meningkat (Suryahadi dkk., 2002). Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun, atau 100 juta ton feces dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan berat 454 kg menghasilkan kurang lebih 30 kg feses dan urine per hari (Dyer, 1986). Sedangkan menurut Crutzen (1986), kontribusi emisi metan dari peternakan mencapai 20 – 35 % dari total emisi yang dilepaskan ke atmosfir. Di Indonesia, emisi metan per unit pakan atau laju konversi metan lebih besar karena kualitas hijauan pakan yang diberikan rendah. Semakin tinggi jumlah pemberian pakan kualitas rendah, semakin tinggi produksi metan (Suryahadi dkk., 2002).
Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik yang dapat menimbulkan pencemaran. Suatu studi mengenai pencemaran air oleh limbah peternakan melaporkan bahwa total sapi dengan berat badannya 5000 kg selama satu hari, produksi manurenya dapat mencemari 9.084 x 10 7 m3 air. Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86 % merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat (Dyer, 1986).
Kehadiran limbah ternak dalam keadaan keringpun dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3) (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).
Salah satu akibat dari pencemaran air oleh limbah ternak ruminansia ialah meningkatnya kadar nitrogen. Senyawa nitrogen sebagai polutan mempunyai efek polusi yang spesifik, dimana kehadirannya dapat menimbulkan konsekuensi penurunan kualitas perairan sebagai akibat terjadinya proses eutrofikasi, penurunan konsentrasi oksigen terlarut sebagai hasil proses nitrifikasi yang terjadi di dalam air yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan biota air (Farida, 1978).
Hasil penelitian Wibowomoekti (1997) dari limbah cair Rumah Pemotongan Hewan Cakung, Jakarta yang dialirkan ke sungai Buaran mengakibatkan kualitas air menurun, yang disebabkan oleh kandungan sulfida dan amoniak bebas di atas kadar maksimum kriteria kualitas air. Selain itu adanya Salmonella spp. yang membahayakan kesehatan manusia.
Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores. Spora anthrax dapat tersebar melalui darah atau daging yang belum dimasak yang mengandung spora. Kasus anthrax sporadik pernah terjadi di Bogor tahun 2001 dan juga pernah menyerang Sumba Timur tahun 1980 dan burung unta di Purwakarta tahun 2000 (Soeharsono, 2002).
Dampak limbah ternak memerlukan penanganan yang serius. Skema berikut ini (Gambar 1) memberi gambaran akibat yang ditimbulkan oleh limbah secara umum dan manajemennya (Chantalakhana dan Skunmun, 2002).
Peternakan Sapi
Limbah (feces, Urine, dll)
Limbah Padat
Limbah Cair
Penggunaan
langsung
Dikeringkan
utk dijual
Penimbunan Manure
Tangki Penampungan
Saluran Air
Pupuk Tanaman
Ditimbun di
Area pemukiman
Polusi
Gambar 1. Dampak Umum dan Manajemen Limbah Ternak




Penanganan Limbah Ternak
Penanganan limbah ternak akan spesifik pada jenis/spesies, jumlah ternak, tatalaksana pemeliharaan, areal tanah yang tersedia untuk penanganan limbah dan target penggunaan limbah. Penanganan limbah padat dapat diolah menjadi kompos, yaitu dengan menyimpan atau menumpuknya, kemudian diaduk-aduk atau dibalik-balik. Perlakuan pembalikan ini akan mempercepat proses pematangan serta dapat meningkatkan kualitas kompos yang dihasilkan. Setelah itu dilakukan pengeringan untuk beberapa waktu sampai kira-kira terlihat kering.
Penanganan limbah cair dapat diolah secara fisik, kimia dan biologi. Pengolahan secara fisik disebut juga pengolahan primer (primer treatment). Proses ini merupakan proses termurah dan termudah, karena tidak memerlukan biaya operasi yang tinggi. Metode ini hanya digunakan untuk memisahkan partikel-partikel padat di dalam limbah. Beberapa kegiatan yang termasuk dalam pengolahan secara fisik antara lain : floatasi, sedimentasi, dan filtrasi.
Pengolahan secara kimia disebut juga pengolahan sekunder (secondary treatment) yang bisanya relatif lebih mahal dibandingkan dengan proses pengolahan secara fisik. Metode ini umumnya digunakan untuk mengendapkan bahan-bahan berbahaya yang terlarut dalam limbah cair menjadi padat. Pengolahan dengan cara ini meliputi proses-proses netralisasi, flokulasi, koagulasi, dan ekstrasi.
Pengolahan secara biologi merupakan tahap akhir dari pengolahan sekunder bahan-bahan organik yang terkandung di dalam limbah cair. Limbah yang hanya mengandung bahan organik saja dan tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, dapat langsung digunakan atau didahului denghan pengolahan secara fisik (Sugiharto, 1987).
Beberapa cara penanganan limbah ternak sudah diterapkan (Chung, 1988) di antaranya :
• Solid Liquid Separator. Pada cara ini penurunan BOD dan SS masing-masing sebesar 15-30% dan 40-60%. Limbah padat setelah separasi masih memiliki kandungan air 70-80%. Normalnya, kompos mempunyai kandungan uap air yang kurang dari 65%, sehingga jerami atau sekam padi dapat ditambahkan. Setelah 40-60 hari, kompos telah terfermentasi dan lebih stabil.
• Red Mud Plastic Separator (RMP). RMP adalah PVC yang diisi dengan limbah lumpur merah (Red Mud) dari industri aluminium. RMP tahan pada erosi oleh asam, alkalis atau larutan garam. Satu laporan mengklaim bahwa material RMP dengan tebal 1,2 mm dapat digunakan sekitar 20 tahun. Bila limbah hog dipisahkan dengan menggunakan separator liquid, bagian cair akan mengalir ke dalam digester anaerobik pada kantong RMP. Pada suatu seri percobaan di Lembaga Penelitian Ternak Taiwan, didapatkan bahwa ukuran optimum kantong dihitung dengan mengalikan jumlah hogs dengan 0,5 m3. Pada suhu ambien di Taiwan, jika waktu penyimpanan hidrolik selama 12 hari, BOD biasanya turun menjadi 70-85% dan kandungan SS menjadi 80-90%.
• Aerobic Treatment. Perlakuan limbah hog pada separator liquid-solid dan RMP bag digestor biasanya cukup untuk menemukan standart sanitasi. Jika tidak, aliran (effluent) selanjutnya dilakukan secara aerobik. Perlakuan aerobik meliputi aktivasi sludge, parit oksidasi, dan kolam aerobik. Rata-rata BOD dan SS dari effluent setelah perlakuan adalah sekitar 200-800 ppm. Setelah perlakuan aerobik, BOD dan SS akan turun pada level standar yang memenuhi standart dari kumpulan air limbah oleh aturan pencegahan polusi air. BOD maksimum air limbah dari suatu peternakan besar dengan lebih dari 1000 ekor babi adalah 200 ppm, sedangkan untuk peternakan kecil BOD yang diijinkan 400 ppm.
Pemanfaatan Limbah Ternak
Pelbagai manfaat dapat dipetik dari limbah ternak, apalagi limbah tersebut dapat diperbaharui (renewable) selama ada ternak. Limbah ternak masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk dimanfaatkan. Limbah ternak kaya akan nutrient (zat makanan) seperti protein, lemak, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN), vitamin, mineral, mikroba atau biota, dan zat-zat yang lain (unidentified subtances). Limbah ternak dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ternak, pupuk organik, energi dan media pelbagai tujuan (Sihombing, 2002).
Limbah Ternak Sebagai Bahan Pakan dan Media Tumbuh
Sebagai pakan ternak, limbah ternak kaya akan nutrien seperti protein, lemak BETN, vitamin, mineral, mikroba dan zat lainnya. Ternak membutuhkan sekitar 46 zat makanan esensial agar dapat hidup sehat. Limbah feses mengandung 77 zat atau senyawa, namun didalamnya terdapat senyawa toksik untuk ternak. Untuk itu pemanfaatan limbah ternak sebagai makanan ternak memerlukan pengolahan lebih lanjut. Tinja ruminansia juga telah banyak diteliti sebagai bahan pakan termasuk penelitian limbah ternak yang difermentasi secara anaerob (Prior et al., 1986).
Penggunaan feses sapi untuk media hidupnya cacing tanah, telah diteliti menghasilkan biomassa tertinggi dibandingkan campuran feces yang ditambah bahan organik lain, seperti feses 50% + jerami padi 50%, feses 50% + limbah organik pasar 50%, maupun feses 50% + isi rumen 50% (Farida, 2000).
Limbah Ternak Sebagai Penghasil Gasbio
Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar gasbio. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan biogas. Ternak ruminansia mempunyai sistem pencernaan khusus yang menggunakan mikroorganisme dalam sistem pencernaannya yang berfungsi untuk mencerna selulosa dan lignin dari rumput atau hijauan berserat tinggi. Oleh karena itu pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986).
Gasbio adalah campuran beberapa gas, tergolong bahan bakar gas yang merupakan hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerob, dan gas yang dominan adalah gas metan (CH4) dan gas karbondioksida (CO2) (Simamora, 1989). Gasbio memiliki nilai kalor yang cukup tinggi, yaitu kisaran 4800-6700 kkal/m3, untuk gas metan murni (100 %) mempunyai nilai kalor 8900 kkal/m3. Menurut Maramba (1978) produksi gasbio sebanyak 1275-4318 I dapat digunakan untuk memasak, penerangan, menyeterika dan mejalankan lemari es untuk keluarga yang berjumlah lima orang per hari.
Bahan gasbio dapat diperoleh dari limbah pertanian yang basah, kotoran hewan (manure), kotoran manusia dan campurannya. Kotoran hewan seperti kerbau, sapi, babi dan ayam telah diteliti untuk diproses dalam alat penghasil gasbio dan hasil yang diperoleh memuaskan (Harahap et al., 1980). Perbandingan kisaran komposisi gas dalam gasbio antara kotoran sapi dan campuran kotoran ternak dengan sisa pertanian
Pembentukan gasbio dilakukan oleh mikroba pada situasi anaerob, yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap hidrolisis, tahap pengasaman, dan tahap metanogenik. Pada tahap hidrolisis terjadi pelarutan bahan-bahan organik mudah larut dan pencernaan bahan organik yang komplek menjadi sederhana, perubahan struktur bentuk primer menjadi bentuk monomer. Pada tahap pengasaman komponen monomer (gula sederhana) yang terbentuk pada tahap hidrolisis akan menjadi bahan makanan bagi bakteri pembentuk asam. Produk akhir dari gula-gula sederhana pada tahap ini akan dihasilkan asam asetat, propionat, format, laktat, alkohol, dan sedikit butirat, gas karbondioksida, hidrogen dan amoniak. Sedangkan pada tahap metanogenik adalah proses pembentukan gas metan. Sebagai ilustrasi dapat dilihat salah satu contoh bagan perombakan serat kasar (selulosa) hingga terbentuk gasbio Sedangkan bakteri-bakteri anaerob yang berperan dalam ketiga fase di atas terdiri dari :
1. Bakteri pembentuk asam (Acidogenic bacteria) yang merombak senyawa organik menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu berupa asam organik, CO2, H2, H2S.
2. Bakteri pembentuk asetat (Acetogenic bacteria) yang merubah asam organik, dan senyawa netral yang lebih besar dari metanol menjadi asetat dan hidrogen.
Bakteri penghasil metan (metanogens), yang berperan dalam merubah asam-asam lemak dan alkohol menjadi metan dan karbondioksida. Bakteri pembentuk metan antara lain Methanococcus, Methanobacterium, dan Methanosarcina.
Limbah Ternak Sebagai Pupuk Organik
Di negara China tidak jarang dapat dilihat pembuangan limbah peternakan disatukan penampungannya dengan limbah manusia, untuk kemudian dijadikan pupuk organik tanaman hortikultura. Selain itu ada juga yang mencampurnya dengan lumpur selokan, untuk kemudian digunakan sebagai pupuk. Sebanyak 8-10 kg tinja yang dihasilkan oleh seekor sapi per hari dapat menghasilkan pupuk organik atau kompos 4-5 kg per hari (Haryanto, 2000 dalam www.bangnak.ditjennak.go.id).
Farida (2000) mengungkapkan bahwa produksi kokon tertinggi diperoleh dari pemanfaatan 50 % limbah feces sapi yang dicampur dengan 50% limbah organik rumah tangga, yang bermanfaat untuk dijadikan pupuk organik.
Manfaat Limbah Ternak Lainnya
Di India dengan adanya tinja sapi sebanyak 5 kg perekor dan kerbau 15 kg perekor, oleh pemerintah India disarankan untuk dihasilkannya dung cake (briket) secara massal sebagai sumber energi (Jha, 2002). Dilaporkan dari percobaan Basak and Lee (2001) bahwa tinja sapi yang segar pada perbandingan 1:2 mampu mengendalikan (100%) patogen cendawan akar mentimun (Cucumis sativus L.) dari serangan root rot oleh Fusarium solani f.sp. cucurbitae Synder and Hansen, dan layu oleh Fusarium oxysporum f.sp. cucumerinum Owen. Tinja sapi kemungkinan memiliki mekanisme pertahanan dan memberikan perlindungan pada bagian leher tanaman.

Kesimpulan
1. Ekskreta ternak ruminansia berpeluang mencemari lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Namun memperhatikan komposisinya, ekskreta masih dapat dimanfaatkan lagi sebagai bahan pakan, pupuk organik, gas bio, dan briket energi.
2. Pemanfaatan limbah ternak akan mengurangi tingkat pencemaran lingkungan (air, tanah, udara)

protozoa pada ternak ruminansia

Protozoa Pada Ternak Ruminansia
oleh : chalik
Sistem Pencernaan Ruminansia
Pencernaan adalah rangkaian proses perubahan fisik dan kimia yangdialami bahan makanan selama berada di dalam alat pencernaan. Prosespencernaan makanan pada ternak ruminansia relatif lebih kompleksdibandingkan proses pencernaan pada jenis ternak lainnya.
Perut ternak ruminansia dibagi menjadi 4 bagian, yaitu retikulum (perutjala), rumen (perut beludru), omasum (perut bulu), dan abomasum (perut sejati).Dalam studi fisiologi ternak ruminasia, rumen dan retikulum sering dipandangsebagai organ tunggal dengan sebutan retikulorumen. Omasum disebut sebagaiperut buku karena tersusun dari lipatan sebanyak sekitar 100 lembar. Fungsiomasum belum terungkap dengan jelas, tetapi pada organ tersebut terjadipenyerapan air, amonia, asam lemak terbang dan elektrolit. Pada organ inidilaporkan juga menghasilkan amonia dan mungkin asam lemak terbang(Frances dan Siddon, 1993). Termasuk organ pencernaan bagian belakanglambung adalah sekum, kolon dan rektum. Pada pencernaan bagian belakangtersebut juga terjadi aktivitas fermentasi. Namun belum banyak informasi yangterungkap tentang peranan fermentasi pada organ tersebut, yang terletak setelahorgan penyerapan utama. Proses pencernaan pada ternak ruminansia dapatterjadi secara mekanis di mulut, fermentatif oleh mikroba rumen dan secarahidrolis oleh enzim-enzim pencernaan.
Pada sistem pencernaan ternak ruminasia terdapat suatu proses yangdisebut memamah biak (ruminasi). Pakan berserat (hijauan) yang dimakanditahan untuk sementara di dalam rumen. Pada saat hewan beristirahat, pakanyang telah berada dalam rumen dikembalikan ke mulut (proses regurgitasi),untuk dikunyah kembali (proses remastikasi), kemudian pakan ditelan kembali(proses redeglutasi). Selanjutnya pakan tersebut dicerna lagi oleh enzim-enzimmikroba rumen. Kontraksi retikulorumen yang terkoordinasi dalam rangkaianproses tersebut bermanfaat pula untuk pengadukan digesta inokulasi danpenyerapan nutrien. Selain itu kontraksi retikulorumen juga bermanfaat untukpergerakan digesta meninggalkan retikulorumen melalui retikulo-omasal orifice(Tilman et al. 1982).
Di dalam rumen terdapat populasi mikroba yang cukup banyak jumlahnya.Mikroba rumen dapat dibagi dalam tiga grup utama yaitu bakteri, protozoa danfungi (Czerkawski, 1986). Kehadiran fungi di dalam rumen diakui sangatbermanfaat bagi pencernaan pakan serat, karena dia membentuk koloni padajaringan selulosa pakan. Rizoid fungi tumbuh jauh menembus dinding seltanaman sehingga pakan lebih terbuka untuk dicerna oleh enzim bakteri rumen.
Bakteri rumen dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat utama yangdigunakan, karena sulit mengklasifikasikan berdasarkan morfologinya.Kebalikannya protozoa diklasifikasikan berdasarkan morfologinya sebab mudahdilihat berdasarkan penyebaran silianya. Beberapa jenis bakteri yang dilaporkanoleh Hungate (1966) adalah : (a) bakteri pencerna selulosa (Bakteroidessuccinogenes, Ruminococcus flavafaciens, Ruminococcus albus, Butyrifibriofibrisolvens), (b) bakteri pencerna hemiselulosa (Butyrivibrio fibrisolvens,Bakteroides ruminocola, Ruminococcus sp), (c) bakteri pencerna pati(Bakteroides ammylophilus, Streptococcus bovis, Succinnimonas amylolytica, (d) bakteri pencerna gula (Triponema bryantii, Lactobasilus ruminus), (e) bakteri pencerna protein (Clostridium sporogenus, Bacillus licheniformis).
Protozoa rumen diklasifikasikan menurut morfologinya yaitu: Holotrichsyang mempunyai silia hampir diseluruh tubuhnya dan mencerna karbohidrat yangfermentabel, sedangkan Oligotrichs yang mempunyai silia sekitar mulutumumnya merombak karbohidrat yang lebih sulit dicerna (Arora, 1989).

PENGAWETAN HIJAUAN UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA

PENGAWETAN HIJAUAN UNTUK PAKAN TERNAK RUMINANSIA
oleh : chalik 07
Ada beberapa proses pengawetan yang umum di lakukan adalah :
Hay :
hijauan yang dikeringkan sehingga kandungan air 12-20%, disebut juga sale hijauan
Silase :
hijauan yang difermentasi sehingga hijauan tersebut tetap awet karena terbentuk asam laktat.
Amoniasi :
proses pengawetan hijauan dengan menggunakan amonia.
2. SILASE (SILAGE)
Silase adalah pakan yang telah diawetkan yang di proses dari bahan baku yang berupa tanaman hijauan , limbah industri pertanian, serta bahan pakan alami lainya, dengan jumlah kadar / kandungan air pada tingkat tertentu kemudian di masukan dalam sebuah tempat yang tertutup rapat kedap udara , yang biasa disebut dengan Silo, selama sekitar tiga minggu.
Didalam silo tersebut tersebut akan terjadi beberapa tahap proses anaerob (proses tanpa udara/oksigen), dimana “bakteri asam laktat akan mengkonsumsi zat gula yang terdapat pada bahan baku, sehingga terjadilah proses fermentasi.
Silase yang terbentuk karena proses fermentasi ini dapat di simpan untuk jangka waktu yang lama tanpa banyak mengurangi kandungan nutrisi dari bahan bakunya.
Tujuan pembuatan Silase
Tujuan utama pembuatan silage adalah untuk memaksimumkan pengawetan kandungan nutrisi yang terdapat pada hijauan atau bahan pakan ternak lainnya, agar bisa di disimpan dalam kurun waktu yang lama, untuk kemudian di berikan sebagai pakan bagi ternak. Sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Sayangnya fermentasi yang terjadi didalam silo (tempat pembuatan silase), sangat tidak terkontrol prosesnya, akibatnya kandungan nutrisi pada bahan yang di awetkan menjadi berkurang jumlahnya.. Maka untuk memperbaiki berkurangnya nutrisi tersbut, beberapa jenis zat tambahan (additive) harus di gunakan agar kandungan nutrisi dalam silase tidak berkurang secara drastis, bahkan bisa meningkatkan pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi ternak yang memakannya.
Pembuatan silase dapat juga menggunakan bahan tambahan, yang kegunaan nya tergantung dari bahan tambahan yang akan di pergunakan. Adapun penggunaan bahan tambahan sangat tergantung dari kebutuhan hasil yang ingin di capai.
Prinsip Dasar Fermentasi Silase
Prinsip dasar dari pengawetan dengan cara silase fermentasi adalah sebagai berikut.
Respirasi
Sebelum sel-sel di dalam tumbuhan mati atau tidak mendapatkan oksigen, maka mereka melakukan respirasi untuk membentuk energi yang di butuhkan dalam aktivitas normalnya. Respirasi ini merupakan konversi karbohidrat menjadi energi.
Respirasi ini di bermanfaat untuk menghabiskan oksigen yang terkandung, beberapa saat setelah bahan di masukan dalam silo.
Namun respirasi ini mengkonsumsi karbohidrat dan menimbulkan panas, sehingga waktunya harus sangat di batasi.
Respirasi yang berkelamaan di dalam bahan baku silase, dapat mengurangi kadar karbohidrat, yang pada ahirnya bisa menggagalkan proses fermentasi.
Pengurangan kadar oksigen yang berada di dalam bahan baku silase, saat berada pada ruang yang kedap udara yg disebut dengan Silo, adalah cara terbaik meminimumkan masa respirasi ini.
Fermentatsi.
Setelah kadar oksigen habis , maka proses fermentasi di mulai. Fermentasi adalah menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase. Sampai dengan kadar pH dimana tidak ada lagi organisme yang dapat hidup dan berfungsi di dalam silo.
Penurunan kadar pH ini dilakukan oleh lactic acid yang di hasilkan oleh bakteri Lactobacillus.
Lactobasillus itu sendiri sudah berada didalam bahan baku silase, dan dia akan tumbuh dan berkembang dengan cepat sampai bahan baku terfermentasi. Bakteri ini akan mengkonsumsi karbohidrat untuk kebutuhan energinya dan mengeluarkan lactic acid. Bakteri ini akan terus memproduksi lactic acid dan menurunkan kadar pH di dalam bahan baku silase. Sampi pada tahap kadar pH yang rendah, dimana tidak lagi memungkinkan bakteri ini beraktivitas. Sehingga silo berada pada keadaan stagnant, atau tidak ada lagi perubahan yang terjadi, sehingga bahan baku silase berada pada keadaan yang tetap. Keadaan inilah yang di sebut keadaan terfermentasi, dimana bahan baku berada dalam keadaan tetap , yang disebut dengan menjadi awet.
Pada keadaan ini maka silase dapat di simpan bertahun-tahun selama tidak ada oksigen yang menyentuhnya
Bakteri Clostridia
Bakteri ini juga sudah berada pada hijauan atau bahan baku silase lainnya, saat mereka di masukan kedalam silo.
Bakteri ini mengkonsumsi karbohidrat, protein dan lactic acid sebagai sumber energi mereka kemudian mengeluarkan Butyric acid, dimana Butyric acid bisa diasosiasikan dengan pembusukan silase
Keadaan yang menyuburkan tumbuhnya bakteri clostridia adalah kurangnya kadar karbohidrat untuk proses fermentasi , yang biasanya di sebabkan oleh : kehujanan pada saat pencacahan bahan baku silase, proses respirasi yang terlalu lama, terlalu banyaknya kadar air di dalam bahan baku. Dan juga kekurangan jumlah bakteri Lactobasillus . Itulah sebabnya kadang di perlukan penggunaan bahan tambahan atau aditive.
Tahapan atau Phase yang terjadi pada proses fermentasi Silase
Proses fermentasi ini (yang biasa di sebut dengan Ensiling), berjalan dalam enam phase, yaitu:
Phase I
Saat pertama kali hijauan di panen, pada seluruh permukaan hijauan tersebut terdapat organisme aerobic, atau sering disebut sebagai bakteri aerobic, yaitu bacteri yang membutuhkan udara / oksigen.
Sehingga pada saat pertamakali hijauan sebagai bahan pembuatan silase di masukan ke dalam silo, bakteri tersebut akan mengkonsumsi udara/oksigen yang terperangkap di dalam rang silo tersebut. Kejadian ini merupakan sesuatu yang tidak di inginkan untuk terjadi saat ensiling, karena pada saat yang sama bakteri aerobik tersebut juga akan mengkonsumsi karbohidrat yang sebetulnya di perlukan bagi bakteri lactic acid.
Walaupun kejadian ini nampak menguntungkan dalam mengurangi jumlah oksigen di dalam silo , sehingga menciptakan lingkungan anaerob seperti yang kita kehendaki dalam ensiling, namun kejadian tersebut juga menghasilkan air dan peningkatan suhu / panas. Peningkatan panas yang berlebihan akan mengurangi digestibility kandungan nutrisi, seperti misalnya protein.
Proses perubahan kimiawi yang terjadi pada phase awal ini adalah terurainya protein tumbuhan, yang akan terurai menjadi amino acid, kemudian menjadi amonia dan amines. Lebih dari 50% protein yang terkandung di dalam bahan baku akan terurai.
Laju kecepatan penguraian protein ini (proteolysis), sangat tergantung dari laju berkurangnya kadar pH.
Raung lingkup silo yang menjadi acid, akan mengurangi aktivitas enzym yang juga akan menguraikan protein.
Lama terjadinya proses dalam tahap ini tergantung pada kekedapan udara dalam silo, dalam kekedapan udara yang baik maka phase ini hanya akan bejalan beberapa jam saja. Dengan teknik penanganan yang kurang memadai maka phase ini akan berlangsung sampai beberapa hari bahkan beberapa minggu.
Untuk itu maka tujuan utama yang harus di capai pada phase ensiling ini adalah, semaksimum mungkin di lakukan pencegahan masuknya udara/oksigen, sehingga keadaan anaerobic dapat secepatnya tercapai.
Kunci sukses pada phase ini adalah:
- Kematangan bahan
- Kelembaban bahan
- Panjangnya pemotongan yang akan menentukan kepadatan dalam silo
- Kecepatan memasukan bahan dalam silo
- Kekedapan serta kerapatan silo
Phase II
Setelah oksigen habis di konsumsi bakteri aerobic, maka phase dua ini di mulai, disinilah proses fermentasi dimulai, dengan dimulainya tumbuh dan berkembangnya bakteri acetic – acid..
Bakteri tersebut akan menyerap karbohidrat dan menghasilkan acetic acid sebagai hasil ahirnya.
Pertumbuhan acetic acid ini sangat diharapkan, karena disamping bermanfaat untk ternak ruminansia juga menurunkan kadar pH yang sangat di perlukan pada phase berikutnya.
Penurunan kadar pH di dalam silo di bawah 5.0, perkembangan bakteri acetic acid akan menurun dan ahirnya berhenti
Dan itu merupakan tanda berahirnya phase-2. Dalam fermentasi hijauan phase-2 ini berlangsung antara 24 s/d 72 jam.
Phase III
Makin menurunnya kadar pH akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan bakteri anaerob lainnya yang memproduksi latic acid. Maka pada phase ini latic acid akan bertambah terus
Phase IV Dengan bertambahnya jumlah bakteri pada phase 3, maka karbohidrat yang akan terurai menjadi latic acid juga makin bertambah.
Latic acid ini sangat di butuhkan dan memegang peranan paling penting dalam proses fermentasi. Untuk pengawetan yang efisien, produksinya harus mencapai 60% dari total organic acid dalam silase.
Saat silase di konsumsi oleh ternak, latic acid akan di manfaatkan sebagai sumber energi ternak tersebut.
Phase 4 ini adalah phase yang paling lama saat ensiling, proses ini berjalan terus sampai kadar pH dari bahan hijauan yang di pergunakan turun terus, hingga mencapai kadar yang bisa menghentikan pertumbuhan segala macam bakteri, dan hijauan atau bahan baku lainnya mulai terawetkan. Tidak akan ada lagi proses penguraian selama tidak ada udara/oksigen yang masuk atau di masukan.
Phase V
Pencapaian final kadar pH tergantung dari jenis bahan baku yang di awetkan, dan juga kondisi saat di masukan dalam silo. Hijauan pada umumnya akan mencapai kadar pH 4,5, jagung 4.0.
Kadar pH saja tidaklah merupakan indikasi dari baik buruknya proses fermentasi ini.
Hijauan yang mengandung kadar air di atas 70% akan mengalami proses yang berlainan pada phase 4 ini. Bukan bakteri yang memproduksi latic acid yang tumbuh dan berkembang, namun bakteri clostridia yang akan tumbuh dan berkembang. Bakteri anaerobic ini akan memproduksi butyric acid dan bukan latic acid, yang akan menyebabkan silase berasa asam. Kejadian ini berlangsung karena pH masih di atas 5.0
Phase VI
Phase ini merupakan phase pengangkatan silage dari tempatnya /silo.
Proses pengangkatan ini sangatlah penting namun biasanya tidak pernah di perhatikan oleh para peternak yang kurang berpengalaman.
Hasil riset mengatakan bahwa lebih dari 50% silase mengalami kerusakan atau pembusukan yang di sebabkan oleh bakteri aerobic, saat di keluarkan dari silo.
Kerusakan terjadi hampir di seluruh permukaan silase yang terekspos oksigen, saat berada pada tempat penyimpanan atau pada tempat pakan ternak, setelah di keluarkan dari silo.
Kecermatan kerapihan dan kecepatan penanganan silase setelah dikeluarkan dari silo yang kedap udara sangatlah perlu untuk di cermati, agar tidak terjadi pembusukan.
Proses yang terjadi dalam 6 phase (HARUSNYA DALAM TABEL TAPI NGGAK BISA BIKIN TABEL DI SINI)
Bahan pembuatan Silase
Bahan untuk pembuatan silase adalah segala macam hijauan dan bahan dari tumbuhan lainnya yang di sukai oleh ternak ruminansia, seperti :
-Rumput, Sorghum, Jagung, Biji-bijian kecil, tanaman tebu, tongkol gandum, tongkol jagung, pucuk tebu, batang nanas dan jerami padi, dll
Syarat hijauan (tanaman) yang dibuat Silase :
Segala jenis tumbuhan atau hijauan serta bijian yang di sukai oleh ternak, terutama yang mengandung banyak karbohidrat nya. Untuk penjelasan mengapa dan apa sebabnya lihat di bagian Prinsip Fermentasi
Bahan tambahan
Dengan mengetahui prinsip fermentasi dan phase tahapan prosesnya , maka kita bisa memanipulasi proses fermentasi dalam pebuatan silase.
Manipulasi di tujukan untuk mempercepat proses atau untuk meningkatkan dan mempertahankan kadar nutrisi yang terkandung pada bahan baku silase
Manipulasi dengan penambahan bahan additive ini bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Pemberian bahan tambahan secara langsung dengan menggunakan:
- Natrium bisulfat
- Sulfur oxida
- Asam chlorida
- Asam sulfat
- Asam propionat.
- dll.
Pemberian bahan tambahan secara tidak langsung ialah dengan memberikan tambahan bahan-bahan yang mengandung karbohidrat yang siap diabsorpsi oleh mikroba, antara lain :
-Molase (melas) : 2,5 kg /100 kg hijauan.
-Onggok (tepung) : 2,5 kg/100 kg hijauan.
-Tepung jagung : 3,5 kg/100 kg hijauan.
-Dedak halus : 5,0 kg/100 kg hijauan.
-Ampas sagu : 7,0 kg/100 kg hijauan.
Biasanya ini diperlukan bila bahan dasarnya kurang banyak mengadung karbohidrat
Proses pembuatan Silase
Setelah memahami prinsip dasar pembuatan silase, maka proses tahap pelaksanaan pembuatan silase akan menjadi sangat mudah di fahami apa dan mengapanya.
Penyiapan Silo
Silo hanyalah nama sebuah wadah yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dar dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan.
Untuk memenuhi kriteria ini maka bahan plastik merupakan jawaban yang terbaik dan termurah serta sangat fleksibel penggunaannya. Walaupun bahan dari metal, semen dll tetap baik untuk di gunakan.
Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan, mulai kantong keresek plastik ukuran satu kilogram, sampai silo silindris dengan garis tengah 100 meter dan ketinggian 30 meter.
Pilihlah ukuran, bahan serta konstruksi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan anda.
Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa di kunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Karena di samping ukurannya yang sedang sehingga mudah untuk di angkat manusia, kemudian dengan penambahan jumlah bisa memenuhi kebutuhan yang lebih banyak.
Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak sekali gus, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran di sesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantung plastik yang di jual meteran, sehingga penutupannya bisa dilakukan dengan sangat rapat.
Prinsip yang harus di perhatikan adalah, saat membuka dan memberikan silase pada ternak, maka silo tersebut akan kemasukan udara/oksigen yang bisa dan akan merusak silase yang telah jadi karena terjadinya proses aerobic, lihat dip hase-6.
Inilah sebabnya kenapa pembuatan dalam jumlah kecil dengan menggunakan silo yang banyak serta portable (seperti gentong plastik biru, atau kantong plastik), jauh lebih berdaya guna di banding dengan pembuatan dalam jumlah sangat besar dalam satu wadah/silo.
Untuk itu ketahuilah jumlah kebutuhan ternak anda, lalu sesuaikan pembuatan silo, sehingga penggunaannya bisa sekali buka silo , isinya langsung habis di konsumsi sehingga tidak adalagi sisa yang harus di simpan.
Penyimpanan sisa silase ini , di samping sangat merepotkan juga sangat riskan terhadap terjadinya proses pembusukan karena terjadi nya eksposur tehadap oksigen yang akan mengaktive kan bakteri aerob
Penyiapan bahan baku silase serta penempatan pada silo:
Bahan baku sebaiknya berasal dari tumbuhan atau bijian yang segar yang langsung di dapat dari pemanenan, jangan yang telah tersimpan lama – mengapa – lihat pada Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
1.Pemotongan atau Pencacahan Bahan Baku
Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 centimeter.
Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya
ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan.
Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di aduk secara
merata, sebelum di masukan dalam silo
2.Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis.
3.Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap
lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan
sama sekali dari ruang silo – Lihat Prinsip Dasar Fermentasi Silase.
4.Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo — Lihat Prinsip
Dasar Fermentasi Silase.
5.Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung,
selama tiga minggu
6.Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil
pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, jika penilaian anda mendapatkan hasil 100 atau
mendekati 100, maka cara and membuat silase sudah sangat baik, lakukan cara tersebut untuk pembuatan silase
berikutnya.
7.Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.
8.Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan
yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.
Bagi Pemula:
Bagi pemula yang belum pernah membuat fermentasi silase, akan menganggap proses ini adalah proses yang sulit dan serba canggih. Namun jika telah mengetahui prinsip dasarnya maka pembuatan silse ini bukanlah merupakan sesuatu yang sulit ataupun aneh serba canggih serta padat teknologi.
Sedikit menyinggung sejarah di temukannya silase;
Pada jaman dahulu kala di daratan Eropa ada seorang penggembala sapi, yang selalu dengan rajin dan penuh perhatian pada ternak yang di gembalanya. Dia sangat memperhatikan keberadaan beberapa anak sapi gembalaannya yang sering tidak kebagian hijauan saat merumput. Kemudian dia menyabit rumput, yang kemudian dia tempatkan pada kantung kain tebal yang selalu dia bawa sebagai tempat menyimpan bekal makannya. Rumput yang di bawanya kemudian dengan penuh rasa kasih sayang di berikan pada anak-anak sapi setibanya di kandang.
Pada suatu ketika , setelah menyabit dan menempatkan rumput di dalam kantung tebalnya, anak–anak sapi tersebut selalu mendekatinya dan berusaha memakan rumput yang berada dalam kantung tersebut. Penggembala itu merasa kesal, menghardik agar anak sapi tersebut belajar merumput, kemudian dia mengubur kantung plastiknya di dalam tanah, agar anak sapi tersebut tidak manja dan mau berusaha lebih keras dalam merumput.
Sebagai manusia biasa si penggembala tidak bisa menemukan kembali kuburan kantung plastiknya, saat mereka pulang ke kandang.
Beberapa minggu kemudian saat menggembala pada tempat yang sama dimana dia mengubur kantung plastiknya, secara kebetulan dia menemukan kembali kuburan tersebut.
Setelah di gali ulang, di buka dan dilihat isinya, ternyata rumput tersebut masih ada serta beraroma wangi dan berasa kemanisan. Dia coba berikan pada anak-anak sapi, ternyata mereka sangat menyukainya, demikian juga saat di berikan pada sapi dewasa lainnya.
Sejak itulah proses fermentasi di kenal dan di pergunakan untuk mengawetkan hijauan.
Jika saat ini proses fermentasi silase terkesan serba scientific, itu karena para ilmuwan terus menyelidiki dan mengembangkannya , dengan menggunakan istilah-istilah yang ruwet njlimet serta susah di mengerti, walaupun tujuannya memudahkan bagi para peternak.
Bagi para pemula dan peserta yang belum pernah membuat fermentasi silase, lakukan tahapan pada penjelasan di atas, dengan sekala jumlah yang kecil terlebih dahulu.
Gunakan kantung plastik bekas pembungkus sebagi silo, sebanyak sepuluh kantung silo atau kelipatan dari sepuluh. Perhatikan betul-betul jangan sampai ada yang bocor silo mini nya.
Lima silo mini diperuntukan pembuatan silase tanpa bahan tambahan, lima lainnya untuk pembuatan silase dengan menggunakan bahan tambahan.
Setiap minggu bukalah masing-masing satu silo yang memakai bahan tambahan dan yang tidak.
Periksa dengan seksama hasilnya. Lakukan pencatatan dari apa yang anda temukan, bandingkan dengan penjelasan diatas.
Pada minggu ke empat dan kelima, anda akan mampu memberikan skore atau penilaian hasil fermentasi yang anda lakukan , dengan melihat Kriteria Silase yang baik di bawah ini.
Setelah melakukan berulang ulang, maka anda akan merasakan bahwa proses pembuatan silase adalah suatu proses yang penuh dengan nuansa seni yang tinggi, sehingga sangat menyenangkan untuk di lakukan.
Ketekunan, kecepatan, kebersihan serta kepatuhan pada prosedur dan tahap pembuatan silase, akan menentukan perbedaan hasil yang di dapat.
Penilai ahir dari produksi silase anda , adalah ternak anda, jika ternak anda menyukainya, pertumbuhannya lebih baik, serta anda tidak takut lagi menghadapi kelangkaan hijauan saat musim panas yang panjang. Berarti anda telah meraih satu tahap kesuksesan dalam hidup anda. Tiada yang menilai kesuksesan anda, tiada yang memberikan penghargaan pada kesuksesan anda ini, namun dengan pasti kesuksesan berikutnya telah menanti anda.
Kriteria Silase yang baik :
Indikasi dan penjelasan serta nilai keberhasilannya:
KEWANGIAN
1. Wangi seperti buah-buahan dan sedikit asam, sangat wangi dan terdorong untuk mencicipinya. Nilai 25
2. Ingin mencoba mencicipinya tetapi asam, bau wangi Nilai 20
3. Bau asam, dan apabila diisap oleh hidung,rasa/wangi baunya semakin kuat atau sama sekali tidak ada bau. Nilai 10
4. Seperti jamur dan kompos bau yang tidak sedap. Nilai 0
RASA
5. Apabila dicoba digigit, manis dan terasa asam seperti youghurt/yakult. Nilai 25
6. Rasanya sedikit asam Nilai 20
7. Tidak ada rasa Nilai 10
8. Rasa yang tidak sedap, tidak ada dorongan untuk mencobanya. 0
WARNA
9. Hijau kekuning- kuningan. Nilai 25
10.Coklat agak kehitam-hitaman. Nilai 10
11.Hitam, mendekati warna kompos Nilai 0
SENTUHAN
12. Kering, tetapi apabila dipegang terasa lembut dan empuk. Apabila menempel ditangan karena baunya yang wangi tidak dicucipun tidak apa-apa. Nilai 25
13. Kandungan airnya terasa sedikit banyak tetapi tidak terasa basah. Apabila ditangan dicuci bau wanginya langsung hilang. Nilai 10
14. Kandungan airnya banyak, terasa basah sedikit (becek) bau yang menempel ditangan, harus dicuci dengan sabun supaya baunya hilang. Nilai 0
Jumlah nilai = Nilai wangi + Nilai rasa + Nilai warna + Nilai sentuh, angka 100 adalah yang terbaik
Penyimpanan Silase:
Silase dapat di simpan dalam waktu yang sangat lama selama tetap berada dalam keadaan kedap udara

Selasa, 15 Desember 2009

teknologi reproduksi

Mengenal Teknologi Reproduksi
oleh: chalik
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, jamur, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia, matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal.
Pada masa ini, bioteknologi berkembang sangat pesat, terutama di negara negara maju. Kemajuan ini ditandai dengan ditemukannya berbagai macam teknologi semisal rekayasa genetika, kultur jaringan, rekombinan DNA, pengembangbiakan sel induk, kloning, dan lain-lain. Teknologi ini memungkinkan kita untuk memperoleh penyembuhan penyakit-penyakit genetik maupun kronis yang belum dapat disembuhkan, seperti kanker ataupun AIDS. Penelitian di bidang pengembangan sel induk juga memungkinkan para penderita stroke ataupun penyakit lain yang mengakibatkan kehilangan atau kerusakan pada jaringan tubuh dapat sembuh seperti sediakala. Di bidang pangan, dengan menggunakan teknologi rekayasa genetika, kultur jaringan dan rekombinan DNA, dapat dihasilkan tanaman dengan sifat dan produk unggul karena mengandung zat gizi yang lebih jika dibandingkan tanaman biasa, serta juga lebih tahan terhadap hama maupun tekanan lingkungan. Penerapan bioteknologi di masa ini juga dapat dijumpai pada pelestarian lingkungan hidup dari polusi. Sebagai contoh, pada penguraian minyak bumi yang tertumpah ke laut oleh bakteri, dan penguraian zat-zat yang bersifat toksik (racun) di sungai atau laut dengan menggunakan bakteri jenis baru.
Kemajuan bioteknologi di berbagai bidang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas dari suatu produk. Bioteknologi mempunyai beberapa arti antara lain:
1. Suatu kumpulan teknik yang memungkinkan pemasukan gen-gen asing dengan stabil ke dalam jalur bibit suatu organisme.
2. Suatu kumpulan teknik yang memungkinkan individu-individu memberikan suatu sumbangan yang luar biasa kepada lubuk (pool) gamet atau sigot dari beberapa populasi tertentu.
Dengan demikian pada prinsipnya bioteknologi merupakan pemanfaatan makhluk hidup (mikroba, tumguhan, hewan) beserta sistemnya, sehingga menghasilkan bahan atau sumber daya yang memiliki nilai tambah bagi kesejahteraan umat manusia.
Contoh bioteknologi pada bidang peternakan, khususnya bioteknologi reproduksi adalah inseminasi buatan (IB), transfer embrio (TE), pemisahan jenis kelamin, peisahan spermatozoa X dan Y, In Vitro Fertilization (IVF) atau lebih dikenal dengan bayi tabung, kloning dan sebagainya.
Di Bidang peternakan khususnya sapi, bioteknologi reproduksi mulai berkembang pesat pada tahun1970-an. Teknologi Inseminasi Buatan berperan penting dalam rangka peningkatan mutu geneti dari segi pejantan. Sperma beku dapat diproduksi dan digunakan dalam jumlah banyak cukup dengan memelihara pejantan berkualitas baik dipusat IB.
Teknologi transfer embrio yang diterapkan secara bersama dengan teknologi IB dapat mengoptimalkan sekaligus potensi dari sapi jantan dan betina berkualitas unggul. Kemajuan di Bidang manipulasi mikro, khususnya pembelian embrio sebelum ditransfer pada resipien sangat bermanfaat bila ditinjau dari segi eknomi. Sapi jantan lebih menguntungkan untuk usaha produksi daging., sedangkan sapi betina lebih menguntungkan untuk usaha produksi susu. Untuk tujuan penentuan jenis kelamin embrio, biopsi dapat dilakukan pada tahap embrional dan selanjutnya embrio dapat langsung di transfer pada resipien tau disimpan dengan teknik pembekuan.
Dalam rangka meneruskan keturunan suatu individu, secara alamiah diperlukan suatu proses perkawinan dimana jantan dan betina mutlai diperlukan. Jantan akan menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan betina akan menghasilkan sel kelamin betina (sel telur). Pada hewan menyusui proses pembuahan dan perkembangan selanjutnya terjadi di dalam tubuh induk sampai proses kelahiran.
Program peningkatan produksi dan kualitas pada hewan ternak (dalam hal ini sapi) berjalan lambat bila proses reproduksi dilakukan secara alamiah. Dengan rekayasa bioteknologi reproduksi, proses reproduksi dapat dimaksimalkan antara lain dengan teknologi Inseminasi Butana (IB). Transfer Embrio (TE), pembekuan embrio dan manipulasi embrio. Tujuan utama dari teknik IB adalah memaksimalkan potensi pejantan berkualitas unggul. Sperma dari sutau pejantan berkualitas unggul dapat digunakan untuk beberapa ratus bahkan ribuan betina, meksipun seprma tersebut dikirim kesuatu tempat yang jauh. Perkembangngan selanjutnya adalah teknologi TE dimana bukan hanya potensi dari jantan saja yang dioptimalkan, melainkan potensi betina berkualitas unggul juga dapat dimanfatkan secara optimal. Pada betina untuk bunting hanya sekali dalam setahun (9 bulan bunting dan persiapan bunting selanjutnya) dan hanya mampu menghasilkan satu atau dua anak bila terjadi kembar. Dengan teknik TE betina unggul tidak perlu bunting tetapi hanya berfungsi menghasilkan embrio yang untuk selanjutnya bias ditransfer (dititipkan) pada induk titipan (resipien) dengan kualitas yang tidak perlu bagus tetapi mempunyai kemampuan untuk bunting.
Kematian bukan lagi merupakan berakhirnya proses untuk meneruskan keturunan. Dengan teknik bayi tabung (IVF), sel telur yang berada dalam ovarium betina berkualitas unggul sesaat setelah mati dapat diproses diluar tubuh sampai tahap embrional. Selanjutnya embrio tersebut ditransfer pada resipien sampai dihasilkan anak. Produksi embrio dalam jumlah banyak (baik dengan teknik TE maupun bayi tabung) ternyata juga dapat menghasilkan masalah karena keterbatasan resipien yang siap menerima embrio. Untuk mengatasi masalah tersebut dikembangkan metode pembekuan embrio.
Selain berbagai teknik tersebut di atas, potensi dari hasil yang masih dapat dioptimalkan dengan teknologi manipulasi mikro, penetuan jenis kelamin tahap embrional, sexing sperma dan teknik kloning.

bagi temen-temen uin makassar jurusan peternakan silahkan kunjungi blog aku yah....

teknik pengolahan susu sapi

Susu segar adalah susu dari sapi, kerbau, kuda, kambing atau domba yang sehat dan tidak tercampur kolostrum.
* Syarat susu segar yang baik:
-mengandung tidak kurang dari 3,25 persen lemak susu dan 8,25 persen padatan bukan lemak.
-Tidak mengandung tambahan air, bahan tambahan pangan dan antibiotik, serta belum mengalami perubahan warna, bau dan kekentalan.
-Memiliki citarasa paling baik dibanding susu cair yang telah diproses karena kandungan asam lemak susu (asam butirat) masih bagus.

Susu pasteurisasi adalah susu segar yang dipanaskan dengan metode high temperature short time atau dengan metode holding dan segera dikemas dalam kemasan steril . Selain susu segar, proses pengawetan dengan cara pasteurisasi diterapkan pula pada susu rekonstitusi dan susu rekombinasi. Susu rekonstitusi adalah susu cair yang disiapkan dengan penambahan air pada bubuk susu berlemak ( full cream), atau bubuk susu skim, atau bubuk susu rendah lemak. Sedangkan susu rekombinasi adalah susu cair yang dihasilkan dari campuran komponen susu (susu skim, krim) dan air.


SUSU KENTAL MANIS
* Produk susu kental manis diperoleh dengan cara menghilangkan sebagian air melalui proses evaporasi (penguapan) sehingga diperoleh kepekatan tertentu.
* Kandungan gizinya berbeda dari susu segar. Bahkan kandungan vitaminnya lebih rendah bila dibandingkan dengan susu segar. Susu jenis ini memang tidak ditujukan untuk pemenuhan pola 4 sehat 5 sempurna. Lebih banyak digunakan sebagai campuran bahan masakan.
* Kandungan gula dan lemaknya sangat tinggi, sehingga tidak cocok diberikan kepada bayi.
* Produk ini dapat digolongkan sebagai produk dengan masa kedaluwarsa panjang karena tingginya kandungan gula yang dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Kemasan yang belum dibuka mampu bertahan sampai 2 tahun. Sedangkan kemasan yang sudah dibuka hanya mampu bertahan kurang lebih 2 bulan, itu pun bila disimpan dalam lemari pendingin.

TIP-TIP PRAKTIS MEMILIH SUSU CAIR
M emilih produk susu cair tidaklah sulit. Yang penting periksa dengan teliti sebelum membeli. Berikut panduannya:
* Pilih produk dengan kemasan sempurna (tidak cacat, tidak penyok, dan sebagainya).
* Baca tanggal kedaluwarsa yang terdapat dalam kemasan.
* Bila kemasan sudah tampak menggembung, pertanda sudah tercemar oleh mikroba.
* Walaupun kemasan produk terlihat sempurna (tidak cacat), cobalah keluarkan sebagian. Cicipi apakah terasa asam. Bila asam pertanda sudah ada bakteri di dalamnya. Ini bisa terjadi karena kebocoran kemasan yang sangat kecil sekalipun. Selanjutnya, bakteri penghasil asam itu akan membuat cairan susu menggumpal.

Pasteurisasi Air Susu
a. Pasteurisasi lama : temperature 62-65 selama 0,5-1 jam. Temperature 72 selama 20 menit.
b. Pasteurisasi sekejap : Temperatur 85-95 c selama 1-2 menit
Keuntungan Pasteurisasi :
a. Air susu dapat disimpan lebih lama pada suhu yang rendah (10 c).
b. Air susu tidak lagi mengandung kuman pathogen.
c. Baud an nilai gizi sedikit dan menurun (pada Pasteurisasi sekejap).

Sterilisasi Air Susu
Sterilisasi dilakukan di dalam sterilisator dengan menggunakan tekanan dari uap air panas.
Cara :
d. pemanasan pendahuluan pada temperature 35 c selama ½ -1 jam.
e. Pasteurisasi sekejap pada temperature 90 c selama 1 menit.
f. Air susu homogen (diratakan) pada temperature tinggi (susu Pasteurisasi 90 c).
g. Air susu didinginkan sampai temperature mencapai 40 c.
h. Air susu dimasukan ke dalam botol-botol/kaleng yang sudah steril, ditutup secara sempurna.

Temperature dan lamanya Sterilisasi
TEMPERATUR
120 c
127 c
126 c
120 c
11 c-117 c
109 c-113 c
100 c 1 menit
2 menit
3 menit
10 menit
25 menit
45 menit
5 ½ - 6 jam

Pembuatan mentega
Cara pembuatannya :
1. Pemisahan Cream
2. Netralisasi cream dipakai basa NaOH
3. Pasteurisasi lambat (60 c, 60 menit), juga dilakukan pasteurisasi cepat 74 c, 5 menit.
4. Pemberian starter
5. Pendinginan
6. Penambahan starter
7. Pewarnaan
8. Pemukulan, untuk mendapatkan butir-butir lemak
9. Bahan mentega dicuci air dingin, agar ampas mentega yang putih terus terbang
10. Pemberian garam sebanyak 1 ½ -3 % sambil terus diaduk
11. Pengulian/pengocokan dengan maksud :
i. agar bahan menjadi homogen
j. supaya lebih banyak butir-butir lemak yang pecah
k. supaya butir-butir air mebjadi lebih kecil dan rata terbagi-bagi dalam mentega.
Macam-macam kerusakan mentega
• Kerusakan oleh kuman : - rasa berubah
- warna berubah
• Kerusakan oleh enzyme : tengik
• Kerusakan oleh bahan-bahan kimia, missal logam.
Pembuatan Keju
1. Keju yang terkenal berasal dari :
• Belanda
• Belgia
• Australia
• Amerika
2. Macam-macam keju berdasarkan texturnya :
Soft Cheese :
- Tidak difermentasi sampai matang, disebut : cottage cheese/cream cheese/myosost cheese.
- Yang difermentasi sampai matang :
a. Oleh jamur/ragi : Camembert cheese
b. Oleh bakteri : Limburger cheese
Semi solid cheese
a. difermentasi oleh fungsi (jamur) disebut : Requefirt cheese/stilton cheese.
b. difermentasi oleh bakteri disebut Brick cheese
Hard Cheese
a. Yang mempunyai gelembung gas (open texture) disebut Ementaler cheese-Swiss cheese.
b. Yang tidak mempunyai gelembung udara (close texture) disebut Gauda cheese/Edam cheese/Romano cheese.

Veri hard cheese - Grating cheese/Romano cheese

3. Klasifikasi berdasarkan Pembuatannya
Sour milk cheese
keju yang dibuat secara alam, susu diberikan mengendap dibantu bacteri laktat
Sweat milk cheese
susu yang diendapkan dengan rennet (enzyme rennin dari usus halus anak sapi)

4. Klasifikasi berdasarkan daerahnya
1. Stilton cheese : Inggris
2. Petit Swisse cheese : Perancis
3. Appen Zeller : Swiss
4. Leiden Cheese : Belanda
5. Romadur Cheese : Jerman
6. Danabler cheese/Mysella cheese : Denmark
7. Hal-hal yang penting dalam pembuatan keju :
- Bahan : susu penuh atau skim milk
- Kadar : air mempengaruhi sifat fisik
hard cheese : 35 % , soft cheese : 50-80 %

5. Pematangan dipengaruhi oleh bakteri, enzyme, suhu dan kelembaban ruangan, mempunyai pengaruh terhadap aroma, rasa serta struktur phisik.
6. Tiap keju menggunakan bakteri yang berlainan missal :
• Cheddar cheese : streptococcus lactis lactobacillus
• Swiss cheese : bacterim shermani

7. Cara membuat keju :
6.1 Bahan :
- Air susu penuh atau skim milk
- Na Cl
- rennet
- Starter, digunakan streptococcus lactis atau S
- cremonis
- Ca Cl2
- Zat warna
- Lilin/paraffin

6.2 Alat-alat :
- Bak keju
- Pisau pemotong
- Alat pengaduk
- Alat penekan
- Ruangan kayu dari kayu jati
-
6.3 Tahap dan pengolahan (cheedar cheese)
1. Susu dipasteurisasi dahulu pada temperature 62-65oc selama 30 menit atau pada suhu 71,1-71,7oc selama 15-20 detik, lalu didinginkan pada suhu 300c.
2. Masukan ke dalam bak-bak keju dan diantara bak-bak keju dialirkan air panas 45o selama 15 menit. Untuk mempercepat fermentasi oleh asam laktat diberi starter 0,5-1 %, aduk sampai 10 menit dan dibiarkan sampai derajat asam 0,5 % (biasanya tercapai setelah ½ - 1 jam)
3. Pemberian zat warna dari tumbuh-tumbuhan sebanyak 0,5 – 3 cm larutan zat warna untuk 100 liter susu
4. Penambahan rennet sebanyak 4,2 ml/liter susu, 40 menit kemudian terjadi coagulasi protein (casein) dan terbentuk tahu keju (curd) untuk mempercepat pembentukannya ditambahkan CaCl2 sebanyak 0,02 %.
Agar tahu keju tidak tergumpal-bumpal, sebelum rennet ditambahkan harus dilarutkan dahulu ke dalam air dengan perbandingan 40 x pada temperature 85 – 90oF. pada permulaan penambahan rennet, susu diaduk untuk meratakan lemaknya dan rennet ditambahkan sedikit demi sedikit sambil doiaduk pelan-pelan secara konstan dalam beberapa menit setelah itu susu diaduk perlahan-lahan dekat permukaannya untuk mencegah pemecahan cream pengadukan dihentikan segera setelah ada tanda-tanda coagulasi.
5. Pemotongan tahu keju dengan pisau untuk mengeluarkan cairannya yang disebut whey.
6. Pemisahan tahu keju dengan whey, dengan cara:
- disaring dengan kain blacu, whey akan menetes
- bak keju diberi kran di bawahnya
7. Penambahan garam 1 ½ - 3 %, sambil tahu keju ditumbuk-tumbuk sehingga whey yang tersedia dapat keluar.
8. Bahan keju dicetak sambil ditekan ± 3 – 4
9. Proses pengeringan selama ± 3 – 4 hari
10. Seluruh permukaan dilapisi lilin/paraffin
11. Proses pematang, dalam ruangan yang gelap/sejuk pada suhu 13 – 14oc dan R.H 90 %, selama 2 minggu sampai 6 bulan tergantung dari keju yang dibuat. Makin lama makin baik.


Pembuatan Es kriem
1. Komposisi es kriem
-Lemak 10-19%
-B.K 30-35 %
-Gula 15 %
Gelatin 0.5%

2. Bahan-bahan
- Calon susu
- Susu Penuh
2.2 Gula : sucrose, dextrose, glucose
2.3 Bahan padat
- stabilizer : gelatin, Na-Alginot, teber, agar-agar
- zat warna coloric agent
- Flavoring agent

3. Cara pembuatan
• 6 telur (± 240 gram) ditambah gula 270 gr dikocok
• Tepung maezena 40 gram ditambah cream susu 500 gram ditambah air 50 gram, ditambah susu penuh 350 gram, dikocok, lalu dipanaskan.
• Campurkan adonan c1 dan c2, lalu diaduk dan dimasukan ke dalam tabung es kriem. Di dinginkan dalam air di ember, tambahkan flavoring agen aduk, simpan dalam temperature rendah.

#Pembuatan susu asam (Joghurt)
Susu yang diasamkan melalui proses peragian/fermentasi. Bersifat sangat mudah dicerna dalam usus dan dapat dibuat dari susu kambing, kerbau serta air susu sapi.

Pembuatan :
1. Bahan : susu murni atau susu bawah (skim milk)
2. Proses pembuatan :
o Pembuatan starter, yakni pupukan murni dari strepto coccus thermophilis dan bacteri lactobacillus bulgaricus dalam susu yang steril.
o Air susu dipanaskan dulu pada temperature ± 60oC dan ditambahkan 3 5 % susu kering tak berlemak agar agak kental dan diaduk-aduk sampai rata.
o Pemanas ditingkatkan sampai titik didih selama 15 – 30 menit lalu didinginkan sampai mencapai temperature sekitar 44 – 45oC.
o Starter ditambahkan (dalam temperature 44 – 45o C) sebanyak 2 -3 % aduk-aduk/kocok dengan baik
o Tempatkan pada temperature 44 – 45o C dalam waktu 3 – 4 jam (sampai mencapai PH 4,4 – 4,5)
o Untuk menghentikan perkembangan bacteri-bacteri yoghurt lebih lanjut segera yoghurt tersebut masukan ke dalam alat pendingin. Dalam tahan selama 2 minggu disimpan dalam keadaan dingin/beku.

Pembuatan Karamel (gula-gula susu, permen susu)
1. Bahan :
• air susu : 5 kg
• gula pasir : 3 kg
• essence : vanilie
• (Penambahan rasa) :
• coklat
• air jeruk
• kopi, dsb

2. Alat-alat :
• panci
• kompor
• papan tipis dengan batas dipinggirnya
• botol penggiling

3. Pembuatan :
- Air susu dan gula dipanaskan pada api yang tidak terlalu besar lalu ditambahkan salah satu essence yang disukai terus diadu-aduk sampai mengental.
- Adonan yang sudah mengental dituangkan kedalam papan yang sudah diulur/diolesi minyak/mentega dan permukaannya diratakan dengan botol penggiling.
- Adonan setelah dingin dan membeku dipotong-potong menurut ukuran tertentu lalu dibungkus.


-yoghurt
Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :
1. Siapkan susu yang sudah dicairkan dengan air matang sebanyak 1 liter lalu tambahkan susu krim sebanyak 15%.
2. Masak dengan api kecil sambil diaduk terus selama 30 menit tetapi jangan sampai mendidih. Hal ini hanya bertujuan untuk menguapkan air sehingga nantinya akan terbentuk gumpalan atau solid yoghurt.
3. Jika sudah, solid yoghurt lalu diangkat dan didinginkan kira-kira sampai hangat-hangat kuku baru kemudian ditambahkan bibit yoghurt sebanyak 2 – 5% dari jumlah yoghurt yang sudah mengental tadi. Bibit yoghurt memang tidak dijual di pasaran secara bebas tetapi dapat anda peroleh disalah satu toko. Atau secara sederhananya kita dapat menggunakan yogurt yang plain (tanpa rasa tambahan), tanpa gula dan tanpa aroma sebagai bibit yoghurt.
4. Diamkan selama 24 jam dalam wadah tertutup untuk menghasilkan rasa asam dan bentuk yang kental.
5. Semakin tinggi total solidnya maka cairan bening yang tersisa semakin sedikit, dan yoghurt yang dihasilkan semakin bagus. Solid yoghurt yang belum diberikan tambahan rasa ini dapat juga dijadikan bibit yoghurt untuk pembuatan selanjutnya.
6. Setelah berbentuk yoghurt dapat ditambahkan sirup atau gula bagi yang tidak kuat asamnya, bahkan bisa ditambahkan dengan perasa tambahan makanan seperti rasa jeruk, strawberry dan leci yang dapat kita peroleh di apotek-apotek. Yoghurt dapat disajikan tidak hanya sebagai minuman, tetapi juga dapat disajikan bersama salad buah sebagai sausnya ataupun sebagai bahan campuran es buah.
7. Yoghurt yang sudah jadi dapat ditempatkan di wadah plastik ataupun kaca. Kalaupun kita ingin menggunakan wadah plastik sebaiknya yang agak tebal, akan tetapi bila ingin menyimpan yoghurt untuk waktu yang lebih lama sebaiknya menggunakan wadah kaca.
8. Sterilisasi Susu
9.
10. Kategori Mesin: Pengolah Susu

11. Autoclave ini dapat digunakan untuk mensterilsasi botol,alat medis,dan lain-lain Digunakan untuk keperluan rumah sakit, pabrik pembotolan,dan farmasi. Bisa juga digunakan untuk membuat bandeng presto,ayam presto,sterilisasi susu.
12. Informasi Detail
13. Dimesi Mesin: DxT 550 x 1000 mm
Penggerak/Power: Listrik
Bahan Utama: Stainless Steel 5 mm
Bahan Rangka: Besi profil
Kapasitas: 200 botol/batch
Pemanas: LPG
Kelengkapan: Pemanas Automatic ThermoControl Kelengkapan Katup pengaman Solenoid Valve Manometer teka

it's me

it's me
chalik in the bloger