Ilmu Peteranakan

cHaLiK

Selasa, 18 Mei 2010

Celaan Mendalami Ilmu Dunia dan Sibuk Menekuninya dengan Melupakan Akhirat

Allah SWT berfirman, "Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai," (Ar-Ruum: 6-7). Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Sesunggubnya Allah membenci setiap orang yang kasar lagi angkuh, rakus lagi kikir, suka gaduh di pasar seperti bangkai di malam hari, lihai dalam masalah dunia tapi jahil dalam masalah akhirat."


Menguasai ilmu dunia saja merupakan salah satu bentuk kejahilan. Namun kebanyakan manusin tidak mengetahuinya. Meski secara lahiriyah mereka kelihatan seperti ulama dan mengetahui banyak hal. Sebenarnya ilmu mereka itu dangkal karena hanya berkaitan dengan perkara lahiriyah saja dari kehidupan dunia ini dan tidak mengetahui hakikat sebenarnya. Ilmu dunia tidak dapat digunakan untuk mengenal sunnatullah dan aturan-aturan-Nya. Tidak dapat mengenal wahyu dan syari'at-Nya yang Mahaagung dan hubungan-hubungannya yang sangat erat. Ilmu mereka tidak dapat melampaui hal itu dan tidak dapat mengetahui rahasia di balik itu.

Kehidupan duaia ini terbatas meskipun kelihatannya luas dan universal. Mereka terpaksa harus mengerahkan seluruh kemampuan untuk menggalinya, itupun tidak dapat mereka kuras habis dalam kehidupan mereka yang sangat singkat meskipun mereka bahu membahu menggalinya. Kehidupan ini hanyalah sekelumit kecil dari kerajaan Allah yang Mahabesar yang berjalan menurut aturan dan sistem yang kokoh dan rapi.

Siapa saja yang tidak menghubungkan hatinya dengan pencipta alam semesta ini, tidak mengetahir sunnah-Nya yang tidak akan berubah dan ber-tukar, maka ia seolah-olah tidak dapat melihat meskipun ia telah memasang matanya. la melihat berbagai macam bentuk dan gerakan namun tidak mengetahui hikmahnya. la tidak dapat hidup dengannya dan bersamanya. Demikianlah kondisi manusia pada umumnya.

Sesungguhnya ilmu yang haq akan memberi kemurnian bagi pemiliknya yang akan membuka cakrawula bashirahnya. Akan memberikan nikmat keluasan pandangan kepada hatinya. Karena ilmu yang haq yang dapat digunakan untuk mengenali kebenaran adalah ilmu yang berhubungan dengan hakikat yang pasti. Bukan sekadar maklumat terpisah-pisah dan terputus yang menjejali pikiran yang tidak dapat mengungkap rahasia dibalik fakta dan realita. Dan justru akan melahirkan prinsip dan pemikiran yang menyimpang.

Sesungguhnya orang-orang yang tidak dapat mengetahui hakikat se-benarnya, tidak memperoleh manfaat dari apa yang ia lihat, ia dengar dan ia alami, tidak dapat mencapai hakikat yang benar dari realita dan pengalaman... mereka hanyalah para pengoleksi maklumat dan bukan ulama.

Ilmu agama ini tidak akan dapat diraih puncaknya dan tidak dapat dipetik buahnya oleh orang-orang jahil. Karena ia telah terkontaminasi dengan perangai-perangai yang buruk.

Saudara-saudaraku sekalian, coba simak firman Allah SWT yang senantiasa dibaca siang dan malam tentang keadaan mereka. Mudab.-mudahan bisa me-nambah kekhusyu'an kita, "Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri daripada ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleb syaitan (sampai dia tergoda), maka jadilab dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kcpada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidabnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itn agar mereka berfikir. Amat burhklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zhalim," (Al-A'raaf: 175-177).

Allah SWT telah menurunkan ayat-ayat-Nya kepada ummat manusia, telah mencurahkan karunia-Nya kepada mereka dan menganugerahi mereka ilmu serta memberikan kesempatan yang luas untuk meninggikan derajatnya dari rendahnya dunia dan untuk berhubungan dengan pencipta langit serta me-nempuh jalur hidayah, akan teiapi manusia lebih suka melepaskan diri! la melepaskan diri dari ayat-ayat-Nya, menanggalkan pakaian wahyu yang di-berikan padanya. la lebih suka menyimpang dari hidayah lalu lebih memilih mengikuti hawa nafsu. Lebih suka berkubang dengan lumpur!

Ini adalah perenungan yang dapat dipetik dari perumpamaan dalam bentuk berita. Sebab hal seperti ini acapkali terjadi. Betapa sering kejadian se-perti itu berulang dalam kehidupan manusia! Berapa banyak orang yang telah dianugerahi keutamaan tersebut dan diberi kesempatan emas itu namun tidak mendapat petunjuk?! Mereka justru memanfaatkan ilmu sebagai wasilah untuk menyelewengkan kalimat dari maksud sebenarnya dan mengikuti hawa nafsu dalam memahaminya. Hawa nafsu mereka dan hawa nafsu para thaghut yang -menurut anggapan keliru mereka- menguasai kebutuhan duniawi mereka...

Oleh sebab itu, kamu lihat mereka berkhidmat untuk para thaghut dalam memalingkan kalimat dan maksud sebenarnya dan dalam mengeluarkan fatwa-fatwa yang diinginkan. Maka mereka pun terlepas dan ikatan agama dan syi'ar-syi'arnya.

Sesungguhnya, itulah kutukan yang Allah SWT ceritakan dalam ayat tersebut, "Dan kalau Kami menghendaki, scsunggnhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat ayat itu, tetapl dia cenderung kepada dunia dan menurutkan bawa nafsunya yang rendah maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidabnya (juga)," (Al-A'raaf : 176).

Mereka menjulurkan lidahnya dibalik kendali yang dipegang oleh para penguasa. Dunia ini adalah bangkai, dan yang mangejarnya adalah anjing!

Itulah ilmu yang tidak dapat memelihara pemiliknya dari himpitan syahwat dan ambisi hingga membuatnya hina. la condong kepada dunia dan tidak dapat bergerak dari perangkap lumpurnya, dari kekangan dan bebannya. la gunakan ilmunya untuk berkhidmat membantu hawa nafsunya. Lalu ia diikuti oleh syaitan dan dikendalikan dengan tali kekang hawa nafsu.

 
Ilmu ialah ma'rifah, 'aqidah, dan 'ubudiyyah Jadi, ilmu bukan sekedar maklumat yang terkumpul. Akan tetapi ilmu adalah ikatan 'aqidah yang mendorongnya untuk merealisasikan ubudiyah kepada Allah dalam hatinya di atas dunia ini.

Sebenarnya, ilmu teoritis yang dangkal tidak dapat menghasilkan apa-apa. Sebab itu hanyalah sekadar maklumat kosong yang tidak dapat mengekangnya dari hawa nafsu, tidak dapat melepaskan himpitan syahwat dan tidak dapat menolak tipu daya syaitan. Bahkan sebaliknya, mempermulus jalan syaitan!

Allah SWT berfirman, "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai ilahnya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya pe-tunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. Dan mereka berkata: 'Kehidupan ini tidak lain hanyalah kebidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa, dan mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang ituy mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja," (Al-Jaatsiyah: 23-24).

Begitulah reatitanya wahai hamba yang munib (bertaubat), mereka itu adalah satu golongan manusia yang seluruh aktifitas hidupnya hanya berkaitan dengan dunia dan bumi... :sementara mereka lalai terhadap akhirat..! Sebab mereka tidak memahami hikmah penciptaan manusia, lalu mereka lalai terhadap akhirat dan tidak mengagungkannya sebagaimana. mestinya. Tidak memperhitungkannya sama sekali dan tidak mengetahui bahwa akhirat merupakan terminal akhir dan awal dari sebuah perjalauan baru. Tidak akan ditunda dan tidak akan diubah!

Lalai terhadap akhirat akan mengacaukan seluruh perhitungan! Standar yang benar akan berubah di tangan orang-orang yang lalai terhadap akhirat. Mereka tidak memilik- gambaran yang benar terhadap kehidupan dan prinsip-prinsip hidup. Ilmu mereka itu hanyalah ilmu lahiriyah yang dangkal dan kurang. Karena perhitungan akhirat dalam hari seorang insan akan merubah pandangananya terhadap seluruh perkara yang terjadi di dunia ini. Kehidupannya di alam dunia ini hanyalah sekelumit dari fase perjalanannya yang panjang. Bagiannya di dunia ini amat sedikit dibandung dengan bagiannya di akhirat.

Maka tidak selayaknya bagi manusia bersandar kepada kehidupan yang sementara dan bagian yang seiikit ini. Oleh karena itu, tidak akan dapat bertemu antara seorang insan yang beriman kepada hari akhirat dan memprioritaskan perhitungan akhirat dengan orang yang hanya mernprioritaskan perhitungan dunia dan tidak melihat kehidupan setelah mati!

Keduanya tidak akan memiliki pandangan dan perhitungan yang sama dalam persoalan-persoalan kehidupan! Tidak pula sama dalam prinsip-prinsip kehidupan yang beraneka ragam!

Keduanya tidak akan sepakat dan alani memutuskari hukum yang berkaitan dengan persoalan, keadaan atau kondisi tertentu.

Keduanya memiliki standarisasi yang berlainan. Keduanya memilik sudut pandang yang berbeda. Keduanya memiliki pelita yang berbeda dalam melihat segala sesuatu, dalam melihat peristiwa don persoalan hidup.

Hamba dunia hanya mengetahui apa yang tampak saja dalam kehldupan dunia... sementara hamba Allah mengetahui rahasia dibalik realita kehidupan dunia dan hubungannya dengan sunnatullah, aturan dan syariat-Nya, yang tersusun rapi secara lahir maupun bathin, nyata maupun ghaib, dunia maupun akhirat, kehidupan maupun kematian, masa lalu, sekarang maupun masa akan datang.

Itulah ufuk ilmu yang bersih, luas dan universal. Islam mengajak ummat manusia kepadanya. Yang akan rnengangkat mereka ke tempat yang tinggi. Fitrah hukum alam ini seluruhnya membisikkan bahwa ilmu agama ini tegak di atas kebenaran, kokoh di atas aturan-Nya, tidak akan tercerai berai jalannya, tidak akan bertolak belakang satu sama lain, tidak berjalan seiring dengan spekulasi buta, tabiat kasar dan hawa nafsu yang labil.

Ilmu ini berjalan di atas sistem-Nya yang rapi dan kokoh yang telah ditetapkan secara terperinci.

Salah satu konsekuensi kebenaran yang merupakan pilar alam semesta ini ialah adanya alam akhirat tempat pembalasan segala amal perbuatan. Amal baik atau buruk mcmperoleh ganjaran secara scmpurna. Semua itu telah ditentu-kan batas waktunya sejalan dengan hikmah yang Mahatinggi. Semua urusan akan sampai pada waktu yang telah dijanjikan tidak akan diundur dan tidak akan diajukan sesaat pun.

Bilamana tidak ada seorang pun yang tahu bila datangnya hari Kiamat. Maka itu bukanlah berarti hari Kiamat tidak akan datang! Akan tetapi penang-guhan waktu itu memperdaya orang-orang yang hanya mengetahui apa-apa yang tampak dari kehidupan dunia ini sementara mereka lalai terhadap akhirat.

Maka dari itu, Islam menawarkan ilmu yang berisi 'aqidah yang me-motivasi diri, menghidupkan dan menyadarkan jiwa, menaikkan dan meninggikan derajatnya. Mendorongnya kepada iman dari kepada pelaksanaan konsekuensi amal dari keimanan secara langsung begitu iman melekat dalam hatinya. Sehingga hatinya menjadi hidup dan khusyu' menghadap Maulanya. Maka terpancarlah kecintaan kepada-Nya yang menggerakkan anggota badannya untuk kembali kepada fitrahnya yang asli. la pun berhasil mencapai tujuan dan cita-citanya. Lumpur-lumpur kehidupan dunia tidak lagi menghalargi langkahnya, kecintaan-nya kepada kampung dunia tidak lagi menghadang perjalannya dan ia tidak lagi condong dan kerasan kepada dunia untuk selama-lamanya.

Islam menawarkan ilmu yang menjadi pedoman dalam meneliti dan mentadabburi yang jauh berbeda dengan pedomari-pedoman produk manusia. Karena Islam datang untuk menyelamatkan manusia dari kelemahan mereka dalam membuat pedoman, dari kekeliruan dan penyimpangan-penyimpangan mereka yang berada dibawah permainan hawa nafsu, tuntutan syahwat dan tipu daya iblis.

Allah SWT berfirman, "Kami akan meraperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur-an itu berar. Dan apakah Rabb-mu tidak cukup (bagi kamu) babwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu. Ingatlah, bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang pertemuan dengan Rabb mereka. Ingatlah, babwa sesungguhnya Dia Mahameliputi segala sesuatu," ( Fushshilat: 53-54).

Itulah janji Allah kepada hamba-hamba-Nya. Allah akan memperlihatkan kepada mereka rahasia-rahasia alam yang tersembunyi dan rahasia diri mereka sendiri.

Allah SWT berjanji akan memperlihatkan tanda-tanda kekuasaan-Nya di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Dia-lah Ilah yang haq, inilah din yang lurus dan inilah Kitab yang agung dan inilah Rasul yang mulia yang menuntun ummat manusia selangkah demi selangkah di jalan mendaki menuju puncak kehidupan yang tinggi sesuai dengan apa yang telah Allah wahyukan kepada beliau.

Di tengah perjalanan dunia, Allah menjelaskan kepada ummat manusia pedoman hidup mereka, dasar syari'at mereka, kaidah-kaidah mu'amalah mereka dalam berekonomi, berpolitik, bermasyarakat dan berwawasan. Dan meresapkan ke dalam akal pikiran mereka kaidah-kaidah yang tersusun rapi dan kokoh dalam segala disiplin ilmu pengetahuan alam dan dunia. Dan meresapkan ke dalam jiwa mereka kemanisan iman dan kontribusiriya, kebenaran syari'at dan aktualisasinya, kebutuhan dunia dan cara pengelolaannya.

Allah telah memenuhi janji-Nya. Dia telah menampakkan kepada ummat manusia tanda-tanda kekuasaan-Nya di segenap ufuk semenjak Allah menetapkan janji tersebut. Allah telah menampakkan tanda-tanda kekuasaan-Nya pada diri mereka sendiri. Daa sampai sekarang tanda-tanda kekuasaan-Nya terus Dia perlihatkan kepada mereka.

Ummat manusia sekarang tentu dapat melihat, mereka tentu dapat me nyaksikan banyak sekali rahasia-rahasia alarn yang telah mereka ketahui semenjak firman Allah SWT itu turun. Ufuk-ufuk langit telah terbuka bagi mereka. Ilmu-ilmu tentang eksplorasi langit dan bumi tidaklah lebih sedikit dibanding dengan ilmu-ilmu tentang anatomi tubuh manusia.

Ummat manusia telah mengetahui banyak perkara, dan mereka sekarang sedang dalam perjalanan menuju Allah!

"Dan katakanlah, 'Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlibatkan ke-padamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka karnu akan mengetahuinya. Dan Rabb-mu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan," (QS. An-Naml (27): 93).

Mereka telah melihatnya, mereka telah membacanya dan mereka telah mengetahuinya... namun adakah mereka mensyukurinya!?

Siapa saja yang melihat hamparan alam semesta yang terbuka dan maha luas ini tentu akan tumbuh rasa takut dan khusyu' dalam hati. Sebagaimana yang Allah katakan dalam Kitab-Nya yang diturunkan kepada hamba pilihan-Nya, Muhammad SAW. Allah SWT berfirman, "Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit, lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara, hamba-hamba-Nya, hanya-lah ulama. Sesunggubnya Allah Mahaperkasa lagi Mahapengampun," (Faathir: 27-28).

Sungguh! Alam ini merupakan lembaran yang sangat indah dan menawan, dihiasi dengan berbagai macam warna dan bentuk. Buah-buahan yang beraneka warna, gunung-gunung dengan jalan-jalan yang beraneka warna. Demikian pula manusia, hewan dan binatang ternak yang beraneka ragam warna dan jenis.

Alam ini merupakan lembaran yang menakjubkan untuk dapat melihat tanda-tanda kekuasaan Allah yang lain, yaitu keaneka ragaman warna. Allah SWT berfirman, "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikum uu bcnar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui, " (Ar-Ruum: 22).

Sungguh, itu merupakan salah satu tanda kekuasaan Allah yang merupa-kan bukti kebenaran Kitab yang Allah turunkan ini. Tanda kekuasaan yang tersebar di seluruh penjuru bumi; Keaneka ragaman warna di atas seluruh permukaannya: Dari buah-buahan, gunung-gunung, manusia, hewan sampai binatang ternak, sehingga hati tertarik kepada ciptaan-ciptaan Allah yang telah menciptakan segala sesuatu dengan sempurna, lalu hati khusyu' kcpada Allah dan tunduk mengikuti aturan-aturan-Nya yang haq. Dia-lah yang telah membuka hamparan alam semesta yang indah dan mengagumkan corak dan warnanya, dan Dia-lah yang telah mengatur segala prosesnya; Dia-lah yang mengatakan, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara bamba-hamba-Nya, hanyalah ulama." (Faathir: 28).

Itulah pedoman Islam dalam membimbing jiwa yang senantiasa tunduk dan menuntunnya kepada kehidupan yang Islami.

Adapun pengetatan yang hanya bersifat -teoritis belaka- dan tidak dapat memberikan inti dan buah ilmu. . . Itu sebenarnya bukanlah ilmu; Sebab tidak dapat memelihara diri dari kubangan lumpur dunia, tidak dapat menolak tun-tutan hawa nafsu, tidak dapat membendung tipu daya syaitan dan tidak dapat memberi hasil yang posltif kepada ummat manusia. Siapa saja yang meneliti kehidupan orang-orang kafir yang terpedaya dengan kilauan modernisasi dan kemajuan iptek dan materi tentu dapat melihat kenyataan tersebut. Itulah yang telah Allah SWT tetapkan dalam Kitab-Nya dan telah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW dalam hadits-hadits shahih.

Maka dari itu, orang-orang yang mewakili suara ummat ini hendaknya takut kepada Allah, terutama orang-orang yang mengatur urusan pendidikan kaum Muslimm. Banyak di antara mereka yang menjauhkan pedoman belajar ilmiah dari buah yang diharapkan darinya, yaitu memperdalam keimanan kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan hari akhirat. Menurut mereka tujuan belajar hanyalah memperoleh kemampuan untuk menafsirkan atau menjabarkan perkara-perkara lahiriyah saja. Oleh sebab itu lahirlah generasi-generasi yang menyimpang dan jauh dari nilai ukhrawi. Mereka tidak mengusai ilmu dunia dan tidak pula meraih kebaikan akhirat.

Dan oleh karena itu, metodologi syaitan dalam pengajaran materi-materi ilmiah harus dibuang jauh-jauh dan metodologi Rabbani harus dihidupkan kembali. Agar hati menjadi hidup saat melihat kehebatan ciptaan Allah yang telah memberikan segala sesuatu kepada makhluk-Nya dan memberi mereka petunjuk.

"Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya al-Qur-an itulah yang hak dari Rabb-mu, lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus." (QS. Al-Hajj (22): 54).

Kemajuan Sains dan Teknologi Pada Masa Kekhilafahan Islam

Khilafah Info. Menelusuri sejarah peradaban kaum Muslim sama artinya dengan membuka kembali lembaran-lembaran sejarah yang menggambarkan kemajuan yang pernah diperoleh oleh generasi kaum Muslim terdahulu. Zaman keemasan kaum Muslim saat itu dikenal dengan sebutan The Golden Age. Pada saat itu, kaum Muslim berhasil mencapai puncak kejayaan sains dan ilmu pengetahuan yang memberikan kemaslahatan yang amat besar bagi peradaban umat manusia pada umumnya.

Pada masa itu, berbagai cabang sains dan teknologi lahir. Sains dan teknologi yang telah diletakkan dasar-dasarnya oleh peradaban-peradaban sebelum Islam mampu digali, dijaga, dikembangkan, dan dijabarkan, secara sederhana oleh kaum Muslim. Sains dan teknologi tersebut kemudian diwariskan kepada generasi dan peradaban modern serta turut memberikan andil yang amat besar bagi proses kebangkitan kembali (renaissance) bangsa-bangsa Eropa.

Bisa dikatakan, kebangkitan kembali bangsa Eropa yang memicu proses industrialisasi besar-besaran di Eropa dan Amerika tidak akan muncul jika para pionir Eropa tidak belajar kepada kaum Muslim. ‘Berkah’ Perang Salib yang berkecamuk hampir selama dua abad antara kaum Muslim dan Eropa yang Kristen telah membuka mata bangsa Eropa terhadap kemajuan sains dan teknologi yang dimiliki oleh kaum Muslim. Mereka masih sempat merampas buku-buku dan berbagai manuskrip kuno yang merekam perkembangan sains dan teknologi yang tersimpan di perpustakan-perpustakaan milik kaum Muslim, meskipun sebagian besarnya mereka bakar.

Untuk mengetahui betapa hebatnya kemajuan sains dan teknologi yang pernah dicapai oleh kaum Muslim pada masa pemerintahan para khalifah Islam di masa lalu, perjalanan tarikh kali ini akan menguak beberapa cabang sains dan teknologi.

A. Ilmu Bumi

Pada masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun (paruh pertama abad IX M), Al-Khawarizmi dan 99 orang asistennya telah membuat peta bumi sekaligus peta langit (peta bintang). Mereka berhasil mengukur lingkaran bumi dengan tingkat akurasi yang amat tinggi dengan dilandaskan pada pemahaman bahwa bumi itu bentuknya bulat. Kesimpulan tersebut diperoleh setelah eksperimen sederhana dilakukan di dataran Sinyar (dekat kota Palmyra). Dengan menggabungkan pengetahuan matematika sederhana (sinus, cosinus dan tangent) dengan sudut jatuh sinar matahari serta peredaran bumi dalam setahun, mereka menyimpulkan bahwa derajat zawal = 56 2/3 mil atau 959 yard lebih panjang dari nilai yang sebenarnya. Setelah diperoleh derajat zawal, mereka dapat menghitung panjang keliling bumi, yaitu 20.000 mil, dan jari-jari bumi 6.500 mil.

Pada saat yang sama, bangsa Eropa masih yakin bahwa bumi itu datar, hingga Columbus berhasil menginjakkan kakinya di benua Amerika, dan membuktikan bahwa bumi itu bulat.

Upaya para intelektual Muslim saat itu untuk memetakan bumi—beserta informasi mengenai keadaan alam, hasil bumi, dan barang tambangnya—telah dimulai pada abad ke-9 M. Al-Muqaddasi (Abu ‘Abdillah) yang hidup pada tahun 985 M melakukan pengembaraan panjang mendatangi berbagai negeri hingga 20 tahun lamanya. Tujuannya adalah untuk menyusun ensiklopedia sederhana mengenai ilmu bumi. Ia memberikan banyak informasi yang amat teliti tentang tempat-tempat yang dikunjunginya.

Sejak saat itu, mulailah berkembang upaya-upaya spesifik yang akan melahirkan cabang ilmu historio topographical maupun demografi. Di antara buku-buku ilmu bumi yang banyak tersebar saat itu ada yang memfokuskan tentang sejumlah peraturan pos pada masa para khalifah dan peraturan mengenai kharaj di masing-masing wilayah; ada pula yang menggambarkan kondisi udara (tingkat hujan, kelembaban, intensitas sinar matahari dsb), pertambangan/logam; dan sejenisnya.

Pada pertengahan abad ke-10 M, Al-Astakhri menerbitkan karyanya tentang ilmu bumi negeri-negeri Islam yang disertai dengan peta berwarna yang membedakan data potensi masing-masing negeri. Pada akhir abad ke-11 M, Al-Biruni mengekspose bukunya tentang ilmu bumi Rusia dan Eropa Utara. Ia adalah Abu Raihan Biruni yang lahir di negara bagian Khurasan. Ia belajar ilmu pasti, astronomi, kedokteran, matematika, sejarah, serta ilmu tentang bangsa India dan Yunani. Ia sering melakukan korespondensi dengan Ibn Sina.

Pertengahan abad ke-12 M, Al-Idrisi, seorang ahli ilmu bumi dan pelukis peta, telah membuat peta langit dan bola bumi yang berbentuk bulat. Kedua karyanya itu dibuat dari perak dan dihadiahkan kepada Raja Roger II dari Sisilia. Namun demikian, hasil karya Al-Idrisi yang amat terkenal adalah peta sungai Nil. Peta tersebut menjelaskan asal sumbernya (hulu sungai) yang kemudian dijadikan acuan bagi pengelana Eropa dalam menemukan hulu sungai Nil pada abad ke-19 M.

Tahun 1290 M, Quthbuddin as-Syirazi, ahli ilmu bumi, berhasil membuat peta Laut Mediterania, yang kemudian dihadiahkannya kepada Gubernur Persia saat itu. Pada era yang sama, Yaqut ar-Rumi (1179-1229) menyusun ensiklopedia ilmu bumi tebal yang terdiri dari 6 jilid. Ensiklopedia ini dikemas dengan judul, Mu‘jam al-Buldân.

B. Ilmu Astronomi

Khalifah al-Manshur dari generasi ke-Khilafahan Abasiyah pernah memerintahkan untuk menerjemahkan buku tentang astronomi yang berasal dari India yang berjudul Sidhanta. Penerjemahnya adalah al-Farabi (meninggal antara 796-806 M). Ia kemudian terkenal sebagai astronom pertama di dalam sejarah Islam.

Sepeninggal al-Farabi, direktur yang membidangi ilmu astronomi adalah al-Khawarizmi. Ia berhasil merumuskan perjalanan matahari dan bumi serta menyusun jadwal terbitnya bintang-bintang tertentu. Pada masa pemerintahan al-Makmun, al-Khawarizmi berhasil menemukan kenyataan tentang miringnya zodiak (rasi/letak) bintang. Ia berhasil pula memecahkan perhitungan sulit yang disebut dengan persamaan pangkat tiga (a qubic equation), yang oleh Archimides pernah disinggung, tetapi tidak berhasil dipecahkan. Penemuannya yang paling masyhur dan tetap digunakan dalam berbagai cabang ilmu adalah ditemukan dan mulai digunakannya angka nol serta berhasil disusunnya perhitungan desimal. Perlu diketahui bahwa bangsa Romawi, Yunani, maupun berbagai peradaban sebelum Islam, penjumlahan maupun pengurangan, bahkan lambang angka/bilangan belum mengenal angka nol.

Pakar-pakar astronomi yang pernah hidup pada masa itu, antara lain, adalah Ahmad Nihawand; Habsi ibn Hasib (831 M); Yahya ibn Abi Manshur (hidup antara 870-970 M); an-Nayruzi (922 M), pengulas buku Euclides dan penulis beberapa buku tentang instrumen untuk mengukur jarak di udara dan laut; al-Majriti (1029-1087 M), yang dikenal lewat bukunya, Ta‘dîl al-Kawâkib; az-Zarqali (1029-1089 M), yang di Barat lebih dikenal sebagai Arzachel; Nashiruddin at-Tusi (wafat 1274) yang membangun observatorium di kota Maragha atas perintah Hulaghu.

Az-Zarqali berhasil membeberkan kepada dunia cara menentukan waktu dengan mengukur tinggi matahari. Ia adalah orang pertama yang membuktikan gerak apogee matahari dibandingkan dengan kedudukan bintang-bintang. Menurut perhitungannya, gerak itu besarnya 12,04 derajat. Bandingkan akurasinya dengan nilai sebenarnya yang diperoleh saat ini, yaitu 11,8 derajat.

Ibn Jaber al-Battani, yang dikenal orang Eropa sebagai Al-Batanius (858-929 M), berhasil mengembangkan beberapa penyelidikan yang pernah dilakukan oleh Ptolomeus. Ia memperbaiki perhitungan-perhitungan mengenai waktu dan jarak tempuh bulan maupun beberapa planet. Ia juga membuktikan kemungkinan terjadinya gerhana matahari setiap tahun. Perhitungannya yang teliti tentang besarnya kemiringan ekliptika, panjang tahun tropis, waktu dan jarak tempuh matahari diakui oleh pakar-pakar astronomi.

Pada masa Bani Fatimiyah berkuasa, pakar astronom Muslim ternama, Ali ibn Yunus (meninggal tahun 1009 M) mempersembahkan sebuah buku mengenai ilmu astronomi kepada negara berjudul Al-Zij al-Kâbir al-Hâkimî. Manfaat buku ini diakui oleh para pakar astronomi sehingga disalin ke bahasa Persia oleh ‘Umar Khayyam. Umar Khayyam sendiri berhasil menyusun sistem penanggalan yang lebih teliti dibandingkan dengan penanggalan Gregorian, karena penyimpangannya hanya satu hari dalam 5000 tahun, sedangkan penanggalan Gregorian penyimpangannya satu hari dalam 3300 tahun). Buku Ali ibn Yunus juga diterjemahkan ke dalam bahasa China oleh Co Cheon King (tahun 1280 M). Pada masa yang sama, al-Biruni (1048 M) memaparkan teorinya mengenai rotasi bumi, perhitungan serta penentuan bujur dan lintang bumi dengan akurasi yang amat teliti.

C. Ilmu Pasti/Matematika

Bangsa Barat mengenal angka-angka Arab, atau biasa disebut algoritma, dengan menisbatkannya kepada al-Khawarizmi, seorang pakar matematika dan aljabar. Kata algoritma, yang disingkat menjadi augrim, bersumber dari buku-buku al-Khawarizmi. Orang-orang Eropa saat itu amat terpengaruh oleh teori-teorinya yang brilian. Hal itu tampak dalam buku Karmen de Algorismo, karangan Alexander de Villa Die (tahun 1220 M), dan buku Algorismus Vulgaris, karangan John of Halifax (tahun 1250 M).

Buku al-Khawarizmi yang paling masyhur adalah Hisâb al-Jabr wa al-Muqâbalah. Gerald of Cremona menerjemahkan buku ini ke dalam bahasa Latin, yang edisi Inggrisnya berjudul The Mathematics of Integration and Equations. Buku ini menjadi referensi utama di berbagai perguruan tinggi Eropa hingga abad ke-16 M. Selain itu, al-Khawarizmi berhasil mengembangkan perhitungan Platolemy dalam perhitungan busur dan ilmu ukur sudut dengan mengetengahkan istilah sinus serta menyusun penyelesaian yang sistematis dalam persaman pangkat dua. Ibn Ibrahim al-Fazari mengembangkannya lebih lanjut hingga ke bentuk persamaan pangkat tiga. Hal sama sebenarnya juga dilakukan dalam persamaan pangkat tiga oleh Abu Ja’far al-Khazen (960 M). Hanya saja, ia lebih memfokuskan penggunaan aljabar dalam ilmu ukur, dan ia adalah peletak dasar bagi ilmu ukur analitis.

Keahlian dalam aljabar yang digunakan dalam ilmu ukur sudut didalami oleh Al-Battani (858-929 M). Dialah yang menguraikan persamaan sin Q/cos Q = k. Ia pun menjabarkan lebih lanjut formulasi cos a = cos b cos c + sin b sin c cos a pada sebuah segi tiga.

Abu al-Wafa (940-998 M) termasuk kelompok pertama pakar matematika yang mengungkapkan teori sinus dalam kaitannya dengan segi tiga bola. Ia orang pertama yang menggunakan istilah tangent, cotangent, secant, dan cosecant dalam ilmu ukur sudut, yang sekaligus membuktikan adanya hubungan di antara keenam unsur itu.

Jabir ibn Aflah, yang dikenal oleh bangsa Eropa dengan sebutan Geber (wafat tahun 1150 M), telah menulis buku dalam ilmu astronomi sebanyak 9 jilid. Para pengkaji manuskrip kuno menganggap bahwa bukunya merupakan pengembangan labih lanjut dari buku Almagest-nya Platomeus. Jabir ibn Aflah adalah orang pertama yang menyusun formulasi cos B = cos b sin A, cos C = cos A cos B pada sebuah segi tiga, yang sudut C-nya siku-siku.

D. Ilmu Fisika

Pencapaian kaum Muslim dalam perkembangan ilmu fisika, sama pesatnya dengan perkembangan yang diperoleh dalam ilmu pasti maupun ilmu kimia. Salah seorang pakar ilmu fisika yang terkenal pada abad ke-9 M adalah al-Kindi. Ia menguraikan hasil eksperimennya tentang cahaya. Karyanya tentang fenomena optik diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, De Sspectibus, dan memberikan pengaruh besar dalam proses pendidikan Roger Bacon.

Di samping itu, ada pula Ibn Haytham, yang di Barat lebih dikenal sebagai Alhazen (965-1039 M). Ia bukan saja ahli dalam bidang ilmu pasti dan filsafat, tetapi juga amat mumpuni dalam bidang ilmu optik dan pencahayaan. Sebanyak 200 judul buku mengenai optik dan pencahayaan dinisbatkan kepada Ibn Haytham. Teorinya yang amat terkenal adalah tentang sumber cahaya yang menyebabkan benda dapat dilihat. Ditegaskan juga bahwa cahaya itu bukan berasal dari mata yang melihat melainkan dari benda tersebut. Teori ini jelas-jelas bertentangan dengan teori Euclides dan Platomeus yang mengatakan bahwa benda dapat dilihat karena mata yang bercahaya. Ibn Haytham juga menunjukkan tentang fenomena refleksi dan refraksi cahaya. Ia juga membuktikan adanya perbedaan berat jenis antara udara dengan benda-benda. Teorinya ini mendahului teori yang sama yang dikeluarkan atas nama Torricelli jauh lima abad sebelumnya. Ibn Haytham pula yang mulai melakukan eksperimen tentang gravitasi bumi jauh sebelum Newton merumuskan teorinya tentang gravitasi. Kepiawaian Ibn Haytham dalam ilmu optik membuatnya berhasil menemukan lensa pembesar pertama. Padahal, lensa sejenis baru dapat dibuat di Italia beberapa abad kemudian. Buku Ibn Haytham yang membahas tentang optik diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1572 M. Bukunya amat mempengaruhi para sarjana Eropa di abad pertengahan seperti Keppler, Bacon, maupun Leonardo da Vinci.

Pembahasan tentang mekanika yang dituangkan dalam sebuah buku berjudul, Kitâb fî Ma‘rifah, karya al-Jazari (nama aslinya Badi’uz Zaman Ismail) muncul pada awal abad ke-13 M. Di dalamnya diuraikan berbagai fenomena mekanika sederhana yang menjadi dasar bagi para sarjana Eropa dalam menyusun ilmu mekanika moderen.

E. Ilmu Sejarah Alam

Tumbuhan maupun hewan tidak luput dari sasaran pengkajian ilmiah para intelektual Muslim. Perkebunan (botanical garden) yang sederhana dijadikan tempat untuk melakukan eksperimen. Hal itu dijumpai di kota-kota seperti Baghdad, Kairo, Cordova dan lain-lain. Melalui eksperimennya, para intelektual Muslim berhasil mengetahui perbedaan jenis tumbuh-tumbuhan, membagi tumbuhan berdasarkan tempat asalnya, mempelajari bermacam-macam perbanyakan tumbuhan, dan mulai menyusun klasifikasi tumbuhan secara sederhana.

Pada abad ke-11 M, pakar pertanian bernama Abu Zakaria Yahya menulis buku tentang pertanian berjudul Kitâb al-Falahah. Langkahnya kemudian diikuti oleh Abu Ja‘far al-Qurthubi (1165 M) yang menyusun buku yang berisi seluruh jenis tumbuhan yang dijumpai di daerah Andalusia dan Afrika Utara. Setiap jenis tumbuhan diberi nama Arab, Latin, dan Barbar. Periode ini diikuti oleh Ibn Baythar (1248 M), yang melakukan ekseperimen tentang rumput-rumputan dan berbagai jenis tumbuhan. Ia menyusun dua buah judul buku hasil penyelidikannya. Salah satunya memuat keterangan rinci lebih kurang 200 jenis tumbuhan. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada tahun 1759 M di Cremona.

Kaum Muslim turut memberikan andil bagi para pakar tumbuhan dan menyediakan informasi yang amat berguna mengenai sekitar 2000 jenis tumbuh-tumbuhan yang sebelumnya belum dikenal.

Pakar zologi yang terkenal antara lain adalah al-Jahir. Ia menulis buku berjudul Kitâb al-Hayawân. Di dalamnya dijelaskan anatomi sederhana, makanan, kebiasaan hidup, serta manfaat yang diperoleh dari berbagai jenis hewan. Di samping itu, terdapat pula ad-Damiri (1405 M), seorang pakar zologi yang berasal dari Mesir.


F. Ilmu Kedokteran

Perhatian kaum Muslim terhadap ilmu kedokteran sudah ada sejak peradaban Islam terbentuk di kota Madinah, ditambah lagi dengan kebutuhan yang dijumpai setiap kali kaum Muslim melakukan jihad fi sabilillah. Ilmu kedokteran termasuk cabang ilmu yang paling pesat perkembangannya di Dunia Islam saat itu, karena manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat luas. Wajar kalau Khalifah Harun ar-Rasyid (abad ke IX M) memberikan perhatian yang amat besar dengan membuka fakultas khusus tentang ilmu kedokteran di berbagai perguruan tinggi di kota Baghdad, lengkap dengan rumah sakitnya. Seiring dengan perkembangannya, berbagai buku tentang ilmu kedokteran pun mulai tersebar luas. Buku-buku tersebut di kemudian hari disalin ke dalam bahasa Latin.

Kemungkinan besar, buku kedokteran pertama yang disusun oleh pakar kedokteran Muslim adalah Firdaus al-Hikmah. Buku tersebut ditulis pada tahun 850 M oleh Ali at-Tabari. Pada saat yang sama, Ahmad ibn at-Tabari melakukan eksperimen pertama tentang penyakit kurap. Ia termasuk pakar kedokteran pertama yang berhasil menyingkap penyakit kulit tersebut.

Di kota Baghdad, muncul pula pakar kedokteran bernama Abubakar Muhammad ibn Zakaria. Ia dikenal dengan ar-Razi (864-932 M). karangan-karangannya tergolong sebagai encyclopedia karena tebal dan banyaknya. Untuk bidang kedokteran saja, ia menyusun sekitar 200 judul buku. Prestasinya yang hebat dipandang oleh sebagian orientalis melebihi prestasi Galinus, seorang filosof Yunani terkenal. Di antara bukunya yang terkenal adalah Al-Manshûri. Buku tersebut terdiri dari 10 jilid dan telah disalin ke dalam bahasa Latin (di kota Milano) pada akhir abad ke-15 M. Bukunya yang lain adalah Al-Judari wa al-Hasbah. Buku tersebut mengupas tentang penyakit cacar dan campak. Buku ini tergolong sebagai buku pertama yang membahas penyakit cacar dan campak serta penjelasan mengenai cara-cara pencegahan dan pengobatannya. Buku ini telah disalin ke dalam bahasa Latin tahun 1565 M. Buku lainnya adalah Al-Hawi yang terdiri dari 20 jilid. Buku ini memaparkan sejarah dan mengumpulkan berbagai penemuan di bidang kedokteran yang pernah dijumpai dalam peradaban Yunani, Persia, India, dan hasil analisis sang penyusunnya sendiri. Tahun 1279 M, buku ini disalin di Sisilia ke dalam bahasa Latin dan dicetak tahun 1486 M.

Ali ibn ‘Abbas (994 M) menyusun buku berjudul Kitâb al-Mâlik. Buku ini mengupas tentang masalah gizi dan pengobatan dengan menggunakan rempah-rempah. Ia juga menyusun buku lainnya yang memaparkan tentang sistem peredaran darah di dalam pembuluh, kehamilan dan persalinan, dan banyak lagi yang lain.

Dalam spesialisasi penyakit mata, terdapat nama-nama seperti al-Haysam (965 M), Ali al-Baghdadi, ‘Ammar al-Moseli (yang menulis buku Al-Muntakhah fî al-‘Ilâj al-‘Ayn). Buku-buku mereka mereka telah disalin ke dalam bahasa Latin dan dicetak berulang-ulang bagi mahasiswa kedokteran Eropa pada abad pertengahan.

Pakar farmasi (obat-obatan) yang terkenal di Dunia Islam adalah Ibn Bayhthar ad-Dimasyqi (1197-1248 M) yang menyusun buku Al-Adwiyah al-Mufradah. Buku tersebut berisi kumpulan berbagai resep obatan-obatan. Penulisnya menjadi peletak dasar ilmu farmasi. Sedemikian besar manfaatnya di Eropa, buku ini sempat dicetak ulang sebanyak 23 kali pada abad ke-15 M dan diberi judul Simplicibus.

Spesialis bedah yang terkenal adalah Ibn Qasim az-Zahrawi al-Qurthubi (lahir 1009 M). Ia menyusun buku berjudul At-Tashrîh. Beberapa bagian buku ini disalin oleh Gerald of Cremona pada abad ke-16 M ke dalam bahasa latin. Hingga abad ke-18 M, buku ini dijadikan referensi di berbagai perguruan tinggi kedokteran Eropa, terutama ilmu bedah. Di dalam buku itu juga dijelaskan jenis-jenis dan penggunaan alat bedah, perlakuan pasca bedah yang mencakup sterilisasi luka, dan sejenisnya.

Menyinggung perkembangan ilmu kedokteran Islam, tidak lengkap tanpa menyebut Ibn Sina (1037 M). Bukunya yang terkenal adalah Al-Qânûn fî ath-Thibb yang dianggap sebagai ensiklopedia ilmu kedokteran dan ilmu bedah terlengkap pada zamannya. Selama kurun waktu abad ke-12 sampai abad ke-14 M, buku ini dijadikan referensi utama pada fakultas kedokteran di berbagai perguruan tinggi Eropa. Sejak abad ke-15 M, buku ini telah dicetak ulang sebanyak 15 kali, bahkan beberapa bagian buku tersebut masih dicetak tahun 1930 di kota London. Sedemikian terkesannya orang-orang Eropa terhadap buku-buku dan prestasi Ibn Sina hingga Encyclopedia Britannica mengutip ucapan salah seorang orientalis Sir Thomas Clifford yang berkata, “Orang-orang Eropa berpendapat bahwa karya-karya Ibn Sina dalam ilmu kedokteran telah menenggelamkan karya-karya lain seperti karya Hypocrates, bahkan karya Galinus sekali pun.”

Selain itu terdapat juga spesialis ilmu tulang dan mikrobiologi, seperti Ibn Zuhr (1162 M), yang di Barat lebih dikenal sebagai Avenzoar. Bukunya yang terkenal adalah At-Taysîr fî Mudâwah wa at-Tadbîr. Ibn Rusyd—seorang dokter, penulis buku Al-Kulliyât fî ath-Thibb, sekaligus seorang faqih penulis buku Bidâyah al-Mujtahid—berkomentar bahwa Ibn Zuhr adalah seorang pakar kedokteran Islam yang paling besar.

Sejarah Islam juga dipenuhi degan pakar kedokteran lain yang memiliki spesialisasi di bidang epidemi dan kesehatan lingkungan, seperti Lisanuddin ibn al-Khatib (1313-1374 M) yang menyusun kitab tentang penularan penyakit. Ia mengikuti jejak dari Ibn Jazlah (110 M), yang di Eropa lebih dikenal dengan sebutan Ben Gesla. Ia menyingkap tentang periodisasi dan jadwal berbagai penyakit dengan memperhitungkan cuaca. Ia juga menentukan obat-obatan bagi masing-masing penyakit yang dianalisisnya. Bukunya telah disalin dan dicetak di Tassburg tahun 1532 M.

Perhatian para khalifah dan kaum Muslim terhadap kesehatan dan ilmu kedokteran direalisasikan dengan dibukanya poliklinik harian dan poliklinik keliling. Para dokter yang bertugas di situ bertugas bukan saja membuka pelayanan umum bagi masyarakat, tetapi juga bagi orang-orang sakit yang ada di lembaga pemasyarakatan. Sistem pemeriksaan secara periodik bagi para pegawai yang memperoleh beban tugas tertentu dan membutuhkan kriteria kesehatan yang amat ketat merupakan prosedur rutin yang sudah dilakukan oleh kaum Muslim. Pada saat yang sama, di Eropa terdapat kepercayaan bahwa mandi itu dapat mengakibatkan penyakit tertentu, dan penggunan sabun sebagai alat pembersih sangat berbahaya bagi mereka.

Tidak pelak lagi, pencapaian sains dan teknologi yang amat tinggi, yang tidak pernah dicapai oleh umat manusia pada masa sebelumnya, adalah berkat diterapkannya Islam sebagai sebuah sistem hidup dan ideology. Benar kiranya pernyatan salah seorang intelektual Muslim dari Mesir, Syekh Syaqib Arselan, yang mengatakan bahwa orang-orang Barat maju karena meninggalkan agamanya, dan kaum Muslim mundur karena meninggalkan agamanya.

it's me

it's me
chalik in the bloger