Ilmu Peteranakan

cHaLiK

Minggu, 05 Februari 2012

MANAJEMEN PAKAN PADA TERNAK SAPI POTONG

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ternak-ternak dipelihara untuk dimanfaatkan tenaga/diambil hasilnya dengan cara mengembangbiakkannya sehingga dapat meningkatkan pendapatan para petani. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, anak, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Fungsi lain dari pakan adalah untuk memelihara daya tahan tubuh dan kesehatan. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Pakan yang sering diberikan pada ternak kerja antara lain berupa: hijauan dan konsentrat (makanan penguat) (Anonimus 2010).
Ternak menggunakan komponen zat-zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mempertahankan kondisi normal tubuhnya, pertumbuhan jaringan tubuh, berproduksi danbereproduksi. Produk-produk ternak, seperti daging, susu, telur dan hasil-hasil ikutan lain,pada dasarnya merupakan hasil dari serangkaian proses yang kompleks, mulai dari prosespencernaan sampai metabolisme zat-zat gizi, yang mengakumulasikan protein, karbohidrat,lemak dan mineral pada jaringan-jaringan tubuh. Laju akumulasinya menentukan jumlahproduk yang dibentuk dan komposisi atau kualitas dari produk tersebut ditentukan oleh lajuakumulasi dari masing-masing komponennya selama waktu tertentu (Kartadiasastra, 1997)
Produksi daging identik dengan pertumbuhan jaringan pada ternak muda yangbertumbuh. Protein, karbohidrat dan lemak berakumulasi pada jaringan-jaringan dengan lajuyang sama dengan perbedaan antara laju sintesis dan katabolismenya. Pada keadaan normal,laju akumulasi lebih sedikit dibandingkan laju sintesis ataupun laju katabolismenya.Komponen-komponen organik pada susu dan telur berakumulasi pada laju yang sama denganlaju sintesisnya karena produk-produk tersebut merupakan produk sel yang langsungdiekskresikan oleh sel yang bersangkutan dan tidak mengalami proses katabolik. Tenagayang dibutuhkan untuk mengendalikan rangkaian proses sintesis tersebut berasal dari energy yang dibebaskan oleh proses oksidatif dalam sel-sel (Kartadiasastra, 1997)
Laju akumulasi vitamin dan mineral mempunyai nilai yang penting yang menentukan kualitas dari produk-produk ternak, akan tetapi memberikan pengaruh yang terbatas terhadap kuantitas produk. Neraca vitamin dan mineral mempengaruhi jumlah produk secara tidak langsung, karena metabolisme protein, karbohidrat dan lemak banyak bergantung pada kehadirannya. Umumnya tanaman mengandung zat-zat tersebut, karena itu maka dalam makalah ini akan diulas lebih lanjut tentang bahan pakan asal hijauan tersebut (Kartadiasastra, 1997).
Pakan untuk ternak sapi potong dapat berupa Hijauan (rumput, kacang-kacangan dan limbah pertanian), konsentrat (dedak padi, onggok, ampas tahu) dan makanan tambahan (vitamin, mineral dan urea.). Secara umum jumlah makanan yang diberikan untuk seekor sapi setiap hari adalah sebagai berikut :
- Hijauan : 35 - 47 Kg, atau bervariasi menurut berat dan besar badan.
- Konsentrat : 2 - 5 kg
- Pakan tambahan : 30 - 50 gr (Anonimus 2010).
B . Tujuan
1. Mengetahui jenis-jenis pakan untuk ternak
2. Mengetahui manfaat dan komposisi pakan untuk ternak
3. mengetahui cara pembuatan dan teknologi pakan untuk trernak












BAB II
PEMBAHASAN

A. J E N I S PAKAN
1. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan kepada ternak dalam bentuk segar, baik yang dipotong terlebih dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunan yang berasal dari rumput-rumputan, tanaman bijibijian/ jenis kacang-kacangan.Rumput-rumputan merupakan hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh karena memiliki kemampuan tumbuh tinggi, terutama di daerah tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh ternak sehingga menguntungkan para peternak/pengelola ternak. Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam menghasilkan energi.
a. Rumput-rumputan
Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan rumput lapangan yang tumbuh secara liar.
b. Kacang-kacangan.
Kacang-kacangan: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro (Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan jenis kacang-kacangan lain.
c. Daun-daunan:
Daun nangka, daun pisang, daun turi, daun petai cina dll.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan. Kandungan serat kasarnya lebih dari 18% (jerami, hay dan kulit biji kacang-kacangan).

3. Silase
Silase adalah hijauan pakan ternak yang disimpan dalam bentuk segar biasanya berasal dari tanaman sebangsa padi-padian dan rumput-rumputan
4. Konsentrat (pakan penguat)
Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan mineral.


A. Metode Penggemukan
1. Metode Penggemukan
Usaha pemeliharaan sapi saat ini bertujuan untuk penggemukan (fattening) dan pembibitan (reproduksi). Sistem pemeliharaan untuk tujuan penggemukan dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu :
a. Penggemukan dry lot fattening, cara penggemukan dengan pemberian pakan penguat yang terdiri dari : biji-bijian, jagung serta hasil ikutan produk pertanian seperti katul, bungkil kelapa dan bungkil kacang. Pada pola ini ternak dikandangkan terus menerus.
b. Penggemukan pasture fattening, cara penggemukan dengan cara melepas ternak di padang penggembalaan.
c. Penggemukan campuran, merupakan perpaduan antara dry lot fattening dan pasture fattening. Selain digembalakan juga diberi pakan penguat (konsentrat).
2. Pemberian Pakan
Dalam usaha budidaya ternak, hewan ternak membutuhkan zat makanan yang mengandung protein dan energi. Pakan ternak ruminansia meliputi hijauan rumput-rumputan sebagai sumber energi dan hijauan leguminosa sebagai sumber protein serta dapat disertakan pakan tambahan konsentrat. Rumput atau campuran rumput dan leguminosa diberikan dengan perbandingan 10 bagian leguminosa. Pada prinsipnya, hijauan diberikan 10 persen dari berat badan sapi, yakni antara 30 sampai 40 kg per ekor perhari. Pemberiannya sebanyak 2 sampai 3 kali sehari. Pakan tambahan ( konsentrat ) diberikan 3 sampai 4 bulan menjelang akhir penggemukan. Umumnya diberikan sebanyak 1,5 % dari berat badan hidup atau 3 sampai 4 kg per ekor per hari. Pemberiannya pada pagi hari atau siang hari. Cara pemberian yang baik adalah, dengan menggunakan tempat pakan guna menghindari ransom yang berserakan. Minuman harus bersih dan selalu tersedia. Pemberian garam dapur sekedar saja yang disediakan dalam bentuk batangan ditaruh ditempat makan ( akan dijilat sendiri ) rumput yang diberikan pada sapi kereman harus dalam bentuk potongan antara 10 cm sampai 20 cm.
Hijauan rumput yang biasa dijadikan pakan ternak seperti rumput alam, rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput setaria (Setaria sphacelata), rumput benggala, rumput raja (Pennisetum purpureophoides). Sedangkan jenis leguminosa seperti lamtoro (Leucaena leucocephala), kaliandra (Calliandra calothyrsus Meissn), gamal (Gliricidia sepium), turi (Sesbania grandiflora), albesia. Sisa hasil pertanian yang dapat dijadikan sumber hijauan pakan ternak seperti jerami padi, daun dan tongkol jagung, jerami kacang tanah. Jerami padi mempunyai kadar serat yang tinggi dan kadar energi rendah sehingga nilai cernanya rendah. Untuk itu diperlukan suatu perlakuan agar mudah dicerna yaitu dengan proses fermentasi.
Produktivitas ternak ruminansia dapat diperbaiki dengan memanfaatkan mikroorganisme/probiotik dalam pakan guna meningkatkan kualitas pakan dan memperbaiki kondisi rumen. Ada dua cara pengolahan hijauan pakan ternak yaitu melalui pengawetan dan melalui teknologi pengkayaan nutrisi (khusus untuk limbah hasil pertanian/perkebunan).

B. MANFAAT PAKAN
1. Sumber energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%. Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energi dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d. Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput benggala dan rumput setaria).
2. Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanaman). Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan sebagai hasil sampingan (daun nangka, daun pisang, daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam, misalnya lamtoro, turi kaliandra, gamal dan sentero
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan sebagainya).
3. Sumber Vitamin dan Mineral
Hampir semua bahan pakan ternak, baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, mengandung beberapa vitamin dan mineral dengan konsentrasi sangat bervariasi tergantung pada tingkat pemanenan, umur, pengolahan, penyimpanan, jenis dan bagian-bagiannya (biji, daun dan batang). Disamping itu beberapa perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan beberapa mineral.
C. KEBUTUHAN DAN KONSUMSI PAKAN
1. Kebutuhan Pakan.
Kebutuhan ternak terhadap pakan dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat bergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh (normal, sakit) dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur, kelembaban nisbi udara) serta bobot badannya. Maka, setiap ekor ternak yang berbeda kondisinya membutuhkan pakan yang berbeda pula.Rekomendasi yang diberikan oleh Badan Penelitian Internasional (National Research Council) mengenai standardisasi kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-angka kebutuhan nutrisi ternak ruminansia. Rekomendasi tersebut dapat digunakan sebagai patokan untuk menentukan kebutuhan nutrisi ternak ruminansia, yang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai/bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
2. Konsumsi Pakan
Ternak ruminansia yang normal (tidak dalam keadaan sakit/sedang berproduksi), mengkonsumsi pakan dalam jumlah yang terbatas sesuai dengan kebutuhannya untuk mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhan, perkembangan kondisi serta tingkat produksi yang dihasilkannya, konsumsi pakannya pun akan meningkat pula.Tinggi rendah konsumsi pakan pada ternak ruminansia sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal (lingkungan) dan faktor internal (kondisi ternak itu sendiri).
a. Temperatur Lingkungan
Ternak ruminansia dalam kehidupannya menghendaki temperatur lingkungan yang sesuai dengan kehidupannya, baik dalam keadaan sedang berproduksi maupun tidak. Kondisi lingkungan tersebut sangat bervariasi dan erat kaitannya dengan kondisi ternak yang bersangkutan yang meliputi jenis ternak, umur, tingkat kegemukan, bobot badan, keadaan penutup tubuh (kulit, bulu), tingkat produksi dan tingkat kehilangan panas tubuhnya akibat pengaruh lingkungan.
Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan hidupnya, maka akan terjadi pula perubahan konsumsi pakannya. Konsumsi pakan ternak biasanya menurun sejalan dengan kenaikan temperatur lingkungan. Makin tinggi temperatur lingkungan hidupnya, maka tubuh ternak akan terjadi kelebihan panas, sehingga kebutuhan terhadap pakan akan turun. Sebaliknya, pada temperatur lingkungan yang lebih rendah, ternak akan membutuhkan pakan karena ternak membutuhkan tambahan panas. Pengaturan panas tubuh dan pembuangannya pada keadaan kelebihan panas dilakukan ternak dengancara radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi.
b. Palatabilitas
Palatabilitas merupakan sifat performansi bahan-bahan pakan sebagai akibat dari keadaan fisik dan kimiawi yang dimiliki oleh bahan-bahan pakan yang dicerminkan oleh organoleptiknya seperti kenampakan, bau, rasa (hambar, asin, manis, pahit), tekstur dan temperaturnya. Hal inilah yang menumbuhkan daya tarik dan merangsang ternak untuk mengkonsumsinya. Ternak ruminansia lebih menyukai pakan rasa manis dan hambar daripada asin/pahit. Mereka juga lebih menyukai rumput segar bertekstur baik dan mengandung unsur nitrogen (N) dan fosfor (P) lebih tinggi.
c. Selera
Selera sangat bersifat internal, tetapi erat kaitannya dengan keadaan “lapar”. Pada ternak ruminansia, selera merangsang pusat saraf (hyphotalamus) yang menstimulasi keadaan lapar. Ternak akan berusaha mengatasi kondisi ini dengan cara mengkonsumsi pakan. Dalam hal ini, kadang-kadang terjadi kelebihan konsumsi (overat) yang membahayakan ternak itu sendiri.



d. Status fisiologi
Status fisiologi ternak ruminansia seperti umur, jenis kelamin, kondisi tubuh (misalnya bunting atau dalam keadaan sakit) sangat mempengaruhi konsumsi pakannya
e. Konsentrasi Nutrisi
Konsentrasi nutrisi yang sangat berpengaruh terhadap konsumsi pakan adalah konsentrasi energi yang terkandung di dalam pakan. Konsentrasi energi pakan ini berbanding terbalik dengan tingkat konsumsinya. Makin tinggi konsentrasi energi di dalam pakan, maka jumlah konsumsinya akan menurun. Sebaliknya, konsumsi pakan akan meningkat jika konsentrasi energi yang dikandung pakan rendah
f. Bentuk Pakan
Ternak ruminansia lebih menyukai pakan bentuk butiran (hijauan yang dibuat pellet atau dipotong) daripada hijauan yang diberikan seutuhnya. Hal ini berkaitan erat dengan ukuran partikel yang lebih mudah dikonsumsi dan dicerna. Oleh karena itu, rumput yang diberikan sebaiknya dipotong-potong menjadi partikel yang lebih kecil dengan ukuran 3-5 cm.
g. Bobot Tubuh
Bobot tubuh ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi pakannya. Makin tinggi bobot tubuh, makin tinggi pula tingkat konsumsi terhadap pakan. Meskipun demikian, kita perlu mengetahui satuan keseragaman berat badan ternak yang sangat bervariasi. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengestimasi berat badannya, kemudian dikonversikan menjadi “berat badan metabolis” yang merupakan bobot tubuh ternak tersebut. Berat badan ternak dapat diketahui dengan alat timbang. Dalam praktek di lapangan, berat badan ternak dapat diukur dengan cara mengukur panjang badan dan lingkar dadanya. Kemudian berat badan diukur dengan menggunakan formula:Berat badan = Panjang badan (inci) x Lingkar Dada2 (inci) / 661 Berat badan metabolis (bobot tubuh) dapat dihitung dengan cara meningkatkan berat badan dengan nilai 0,75Berat Badan Metabolis = (Berat Badan)0,75

h. Produksi
Ternak ruminansia, produksi dapat berupa pertambahan berat badan (ternak potong), air susu (ternak perah), tenaga (ternak kerja) atau kulit dan bulu/wol. Makin tinggi produk yang dihasilkan, makin tinggi pula kebutuhannya terhadap pakan. Apabila jumlah pakan yang dikonsumsi (disediakan) lebih rendah daripada kebutuhannya, ternak akan kehilangan berat badannya (terutama selama masa puncak produksi) di samping performansi produksinya tidak optimal.
Kandungan Nutrisi Pakan Ternak.
Setiap bahan pakan atau pakan ternak, baik yang sengaja kita berikan kepada ternak maupun yang diperolehnya sendiri, mengandung unsur-unsur nutrisi yang konsentrasinya sangat bervariasi, tergantung pada jenis, macam dan keadaan bahan pakan tersebut yang secara kompak akan mempengaruhi tekstur dan strukturnya. Unsur nutrisi yang terkandung di dalam bahan pakan secara umum terdiri atas air, mineral, protein, lemak, karbohidrat dan vitamin. Setelah dikonsumsi oleh ternak, setiap unsur nutrisi berperan sesuai dengan fungsinya terhadap tubuh ternak untuk mempertahankan hidup dan berproduksi secara normal. Unsur-unsur nutrisi tersebut dapat diketahui melalui proses analisis terhadap bahan pakan yang dilakukan di laboratorium. Analisis itu dikenal dengan istilah “analisis proksimat”.
D. PEMBUATAN PAKAN TERNAK
1. Macam-Macam Silo
Silo dapat dibuat dengan berbagai macam bentuk tergantung pada lokasi, kapasitas, bahan yang digunakan dan luas areal yang tersedia. Beberapa silo yang sudah dikenal adalah
a. Pit Silo: silo yang dirancang berbentuk silindris (seperti sumur) dan di bangun di dalam tanah.
b. Trech Silo: silo yang dibangun berupa parit dengan struktur membentuk huruf V.
c. Fench Silo: silo yang bentuknya menyerupai pagar atau sekat yang terbuat dari bambu atau kayu.
d. Tower Silo: silo yang dirancang membentuk sebuah menara menjulang ke atas yang bagian atasnya tertutup rapat.
e. Box Silo: silo yang rancangannya berbentuk seperti kotak.
2. Cara Memformulasi Pakan
Dalam memformulasikan penyusunan ransum atau pakan, perlu dilakukan beberapa langkah :
1. lihatlah tabel kebutuhan zat pakan sesuaidengan tujuan beternak
2. lihatlah tabel komposisi zat pakan
3. pertimbangkan beberapa factor pembatas
4. pertimbangkan harga
5. sususn ransumnya
telah dikenal beberapa cara atau metode dalam penyususnan ransom, siantaranya adalah :
1. metode diagonal (pearson’s square)
2. metode coba-coba (trial and error)
3. metode simultaneous
4. metode linear programming
E. TEKNOLOGI PAKAN
Teknologi pakan ternak ruminansia meliputi kegiatan pengolahan bahan pakan yang bertujuan meningkatkan kualitas nutrisi, meningkatkan daya cerna dan memperpanjang masa simpan. Sering juga dilakukan dengan tujuan untuk mengubah limbah pertanian yang kurang berguna menjadi produk yang berdaya guna.Pengolahan bahan pakan yang dilakukan secara fisik (pemotongan rumput sebelum diberikan pada ternak) akan memberi kemudahan bagi ternak yang mengkonsumsinya. Pengolahan secara kimiawi (dengan menambah beberapa bahan kimia pada bahan pakan agar dinding sel tanaman yang semula berstruktur sangat keras berubah menjadi lunak sehingga memudahkan mikroba yang hidup di dalam rumen untuk mencernanya.
Banyak teknik pengolahan telah dilakukan di negara-negara beriklim subtropis dan tropis, akan tetapi sering menyebabkan pakan menjadi tidak ekonomis dan masih memerlukan teknik-teknik untuk memodifikasinya, terutama dalam penerapannya di tingkat peternak.Beberapa teknik pengolahan bahan pakan yang mudah dilakukan di lapangan adalah:

1. Pembuatan Hay
Hay adalah tanaman hijauan pakan ternak, berupa rumputrumputan/ leguminosa yang disimpan dalam bentuk kering berkadar air: 20-30%. Pembuatan Hay bertujuan untuk menyeragamkan waktu panen agar tidak mengganggu pertumbuhan pada periode berikutnya, sebab tanaman yang seragam akan memilik daya cerna yang lebih tinggi. Tujuan khusus pembuatan Hay adalah agar tanaman hijauan (pada waktu panen yang berlebihan) dapat disimpan untuk jangka waktu tertentu sehingga dapat mengatasi kesulitan dalam mendapatkan pakan hijauan pada musim kemarau.
Ada 2 metode pembuatan Hay yang dapat diterapkan yaitu:
a. Metode Hamparan
Merupakan metode sederhana, dilakukan dengan cara meghamparkan hijauan yang sudah dipotong di lapangan terbuka di bawah sinar matahari. Setiap hari hamparan di balik-balik hingga kering. Hay yang dibuat dengan cara ini biasanya memiliki kadar air: 20 - 30% (tanda: warna kecoklat-coklatan).
b. Metode Pod
Dilakukan dengan menggunakan semacam rak sebagai tempat menyimpan hijauan yang telah dijemur selama 1 - 3 hari (kadar air ±50%). Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
2. Pembuatan Silase
Silase adalah bahan pakan ternak berupa hijauan (rumput-rumputan atau leguminosa) yang disimpan dalam bentuk segar mengalami proses ensilase. Pembuatan silase bertujuan mengatasi kekurangan pakan di musim kemarau atau ketika penggembalaan ternak tidak mungkin dilakukan. Prinsip utama pembuatan silase:
a) menghentikan pernafasan dan penguapan sel-sel tanaman.
b) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap
udara.
c) menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk.Pembuatan silase pada temperatur 27-35 derajat C., menghasilkan kualitas yang sangat baik. Hal tersebut dapat diketahui secara organoleptik, yakni:
a) mempunyai tekstur segar
b) berwarna kehijau-hijauan
c) tidak berbau
d) disukai ternak
e) tidak berjamur
f) tidak menggumpal
Beberapa metode dalam pembuatan silase:
a. Metode Pemotongan
Hijauan dipotong-potong dahulu, ukuran 3-5 cm - Dimasukkan kedalam lubang galian (silo) beralas plastic - Tumpukan hijauan dipadatkan (diinjak-injak) - Tutup dengan plastik dan tanah
b. Metoode Pencampuran
Hijauan dicampur bahan lain dahulu sebelum dipadatkan (bertujuan untuk mempercepat fermentasi, mencegah tumbuh jamur dan bakteri pembusuk, meningkatkan tekanan osmosis sel-sel hijauan. Bahan campuran dapat berupa: asam-asam organik (asam formiat, asam sulfat, asam klorida, asam propionat), molases/tetes, garam, dedak padi, menir /onggok dengan dosis per ton hijauan sebagai berikut:
- asam organik: 4-6kg,
- molases/tetes: 40kg
- garam : 30kg
- dedak padi: 40kg
- menir: 35kg
- onggok: 30kg
Pemberian bahan tambahan tersebut harus dilakukan secara merata ke seluruh hijauan yang akan diproses. Apabila menggunakan molases/tetes lakukan secara bertahap dengan perbandingan 2 bagian pada tumpukan hijauan di lapisan bawah, 3 bagian pada lapisan tengah dan 5 bagian pada lapisan atas agar terjadi pencampuran yang merata.
c. Metode Pelayuan
Hijauan dilayukan dahulu selama 2 hari (kandungan bahan kering 40% - 50%)
- Lakukan seperti metode pemotongan
3. Amoniasi
Amoniasi merupakan proses perlakuan terhadap bahan pakan limbah pertanian (jerami) dengan penambahan bahan kimia: kaustik soda (NaOH), sodium hidroksida (KOH) atau urea (CO(NH2) 2. Proses amoniasi dapat menggunakan urea sebagai bahan kimia agar biayanya murah serta untuk menghindari polusi. Jumlah urea yang diperlukan dalam proses amoniasi: 4 kg/100 kg jerami. Bahan lain yang ditambahkan yaitu : air sebagai pelarut (1 liter air/1 kg jerami).
4. Pakan Pemacu
Merupakan sejenis pakan yang berperan sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen, sehingga dapat merangsang penambahan jumlah konsumsi serat kasar yang akan meningkatkan produksi. Molases sebagai bahan dasar pakan pemacu merupakan bahan pakan yang dapat difermentasi dan mengandung beberapa mineral penting. Dapat memperbaiki formula menjadi lebih kompak, mengandung energi cukup tinggi sehingga dapat meningkatkan palatabilitas serta citarasa. Urea merupakan bahan pakan sumber nitrogen yang dapat difermentasi. Setiap kilogram urea mempunyai nilai yang setara dengan 2,88 kg protein kasar (6,25X46%). Dalam proporsi tertentu mempunyai dampak positif terhadap peningkatan konsumsi serat kasar dan daya cerna.
Proses Pembuatan
Dilakukan dalam suasana hangat dan bertahap
- Molases (29% dari total formula) dipanaskan pada suhu ± 50 derajat C.
- Buat campuran I (tapioka 16%, dedak padi 18%, bungkil kedelai 13%).
- Buat campuran II (urea: 5%, kapur 4%, garam 9%).
- Buat campuran III (tepung tulang 5% dan mineral 1%).
- Buat campuran IV dari campuran I, II, III yang diaduk merata.
- Masukkan campuran IV sedikit sedikit ke dalam molases, diaduk hingga
merata (±15 menit).
- Masukkan dalam mangkok/cetakan kayu beralas plastik dan padatkan.
- Simpan di tempat teduh dan kering.
Kualitas Nutrisi
Hasil analisis proksimat, pakan pamacu yang dibuat dengan formulasi tersebut mempunyai nilai nutrisi sebagai berikut: Energi 1856 Kcal, protein 24%, kalsium 2,83% dan fosfor 0,5%.
Jumlah dan Metode Pemberian
Pemberian pakan pamacu dapat meningkatkan konsentrasi amonia dalam rumen dari (60-100) mgr/liter menjadi 150-250 mgr/liter. Jumlah pemberian pakan pemacu disesuaikan dengan jenis dan berat badan ternak. Untuk ternak ruminansia kecil (domba/kambing) maksimum 4 gram untuk setiap berat badan. Untuk ternak ruminansia besar (sapi) 2 gram untuk setiap berat badan dan 3,8 gram untuk kerbau. Pemberian pakan pemacu sangat cocok bagi ternak ruminansia yang digembalakan dan diberi sisa tanaman pangan seperti jerami atau bahan pakan berkadar protein rendah.
5. Pakan Penguat
Pakan penguat atau konsentrat yang berbentuk seperti tepung adalah sejenis pakan komplet yang dibuat khusus untuk meningkatkan produksi dan berperan sebagai penguat. Mudah dicerna, karena terbuat dari campuran beberapa bahan pakan sumber energi (biji-bijian, sumber protein jenis bungkil, kacang-kacangan, vitamin dan mineral). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pakan penguat:
1. Ketersediaan Harga Satuan Bahan Pakan
Beberapa bahan pakan mudah diperoleh di suatu daerah, dengan harga bervariasi, sedang di beberapa daerah lain sulit didapat. Harga perunit bahan pakan sangat berbeda antara satu daerah dan daerah lain, sehingga keseragaman harga per unit nutrisi (bukan harga per unit berat) perlu dihitung terlebih dahulu.
2. Standar kualitas Pakan Penguat
Kualitas pakan penguat dinyatakan dengan nilai nutrisi yang dikandungnya terutama kandungan energi dan potein. Sebagai pedoman, setiap Kg pakan penguat harus mengandung minimal 2500 Kcal energi dan 17% protein, serat kasar 12%.


3. Metode dan Teknik Pembuatan
Metode formulasi untuk pakan penguat adalah metode simultan, metode segiempat bertingkat, metode aljabar, metode konstan kontrol, metode ekuasi atau metode grafik.
4. Prosedur Memformulasi
- Buat daftar bahan pakan yang akan digunakan, kandungan nutrisinya (energi, potein), harga per unit berat, harga per unit energi dan harga per unit protein
- Tentukan standar kualitas nutrisi pakan penguat yang akan dibuat.
- Memformulasi, dilakukan pada form formulasi
- Tentukan sebanyak 2% (pada kolom %) bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral
- Tentukan sebanyak 30% bahan pakan yang mempunyai kandungan energi lebih tinggi daripada kandungan energi pakan penguat, tetapi harga per unit energinya yang paling murah (dapat digunakan lebih dari 1 macam bahan pakan).
- Jumlahkan (% bahan, Kcal energi, % protein dan harganya), maka 50% formula sudah diperoleh
- Lakukan pengecekan kualitas dengan membandingkan kualitas nutrisi %0% formula dengan kualitas nutrisi 50% pakan penguat.
F. PEMBERIAN PAKAN
Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian pakan ternak potong adalah :
1. Kondisi
2. Umur
3. Bangsa
4. Jenis kelamin
5. Tipe ransum
6. Kondisi lingkungan
a. Manajemen pakan induk
Pemberian pakan utamanya ditujuakan untuk menunjang fertilitas, menghasilkan produksi susu yang tinggi, Selain itu pedet yang dilahirkan memiliki laju pertumbuhan yang baik. Pemberian pakan harus diperhatikan utamanya pada masa beranak yaitu 60 hari sebelum melahirkan sampai dengan 90 hari setelah melahirkan. Pada 90 sampai 120 hari akhir kebuntingan, kebutuhan pakan induk harus mencapai pertambahan berat badan antara 0,2 sampai 0,5 kg per hari.
b. Manajen pakan betina pengganti
Sapi dara (heifer) pengganti pada umur 14 sampai 15 bulan perlu pertambahan berat badan sebesar 0,5 sampai 0,7 kg per hari. Betina yang telah kawin perlu pertambahan berat badan 0,5 kg per hari pada trimester pertama kebuntingannya.
c. Manajemen pakan pejantan
Pemberian pakan yang kualitas tinggi sekurang-kurangnya 2 bulan terakhir sebelum masa kawin. Pejantan yearling (1-2 tahun) perlu pertambahan berat badan 0,7 kg per hari. Pejantan umur lebih dari 2 tahun pertambahan berat badan o,75 kg per hari.
d. Manajemen pakan bakalan
Kebutuhan protein dan energy ditingkatkan sejak umur 3 bulan sampaih disapih. Walaupun belum disapih, pedet yang akan dijadikan bakalan, sudah diberikan pakan hijauan setengah dari kebutuhannya.

BAB III
PENUTUP


A. Kesimpulan
1. jenis pakan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu hijauan segar, jerami dan hijauan kering, silase dan konsentrak
2. pakan bagi ternak mempunyai manfaat sebagai sumber energi,sumber protein,sumber vitamin dan mineral.
3. dalam menyusun ransim dilakukan beberapa metode yaitu :
1. metode diagonal (pearson’s square)
2. metode coba-coba (trial and error)
3. metode simultaneous
4. metode linear programming
B. Saran
1. Semoga para pembaca dapat memanfaatkan makalah ini dengan sebaik mungkin
2. Jika ada ejaan yang salah maka harap dimaklumi.














DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2009. http:// Manajemen Pemeliharaan sapi potong. animal-Intelektual. Blogspot.Com. Html.
Hartadi, H. S., S. Reksohadiprodo, dan AD Tillam. 1997. Table Komposisi pakan Untuk Indonesia. Gadja Madah University Press. Yogyakarta.
Kartadisastra, H.R. (1997). Penyediaan & Pengelolaan Pakan ternak Ruminansia (Sapi, Kerbau, Domba, Kambing). Yogyakarta, Kanisius
Sudarmono A. S, Y. Bambang Sugeng. 2008. Sapi Potong. Jakarta. Penebar Swadaya.
Sutardi, I.1980. Landasan Ilmu Nutrisi. Jilid I. departemen Ilmu Makanan ternak. Fakultas peternakan. Institut Pertanian Bogor.

Pencernaan Pada Unggas

SISTEM PENCERNAAN PADA UNGGAS
Pencernaan adalah penguraian bahan makanan ke dalam zat-zat makanan dalam saluran pencernaan agar dapat diserap dan digunakan oleh jaringan-jaringan tubuh, dimana dalam proses pencernaan terjadi proses mekanis, khemis dan mikrobiologis.
Saluran pencernaan terbentang dari bibir sampai anus dengan bagian utama terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar. Sistem pencernaan pada unggas diklasifikasikan menjadi dua bagian penting, yakni:
1. Traktus Alimentarius
- Paruh  berfungsi mematuk dan memasukkan makanan ke dalam mulut
- Pharinx  merupakan lanjutan dari ruang mulut. Bagian belakang pharynx terdapat oesophagus yang mempunyai kemampuan berkembang menjadi besar agar makanan dengan mudah melalui saluran tersebut.
- Tembolok  merupakan terminal sementara makanan untuk dilunakkan
- Proventrikulus  merupakan lambung yang mengeluarkan getah-getah pencernaan
- Ampela (ventrikulus)  merupakan bagian pencernaan yang berfungsi sebagai penggiling makanan
- Usus halus  merupakan saluran panjang yang berawal dari lubang keluar lambung otot. Usus halus ini menghasilkan getah usus.
- Usus besar  meruakan penampung zat-zat makanan yang sudah dicerna dan diserap oleh usus halus.
- Kloaka  merupakan muara dari beberapa saluran.
2. Organa alimentarius
- Hati, merupakan alat accessories yang terletak pada lingkungan lambung otot dan duodenum. Hati terbagi menjadi dua bagian lobus yang memiliki warna merah-coklat dan menghasilkan empedu yang ditampung di dalam kantong empedu. Empedu itu berfungsi membantu pencernaan lemak. Warna empedu hijau yang bereaksi alkalie. Hati berfungsi sebagai organ penyaringan zat makanan yang telah diserap, dan selanjutnya masuk ke peradaran darah. Selain itu hati juga merupakan tempat penyimpangan glikogen dan mengubah sisa-sisa pembakaran protein menjadi asam urine, serta bahan lain yang tidak berfungsi dikeluarkan lewat ginjal.
- Pancreas merupakan alat accessories yang berwarna merah muda, dan dari sini dihasilkan enzim amylase, tripsin, dan lipase. Amylase adalah enzim untuk mencerna karbohidrat. Sedangkan tripsin untuk mencerna protein, dan lipase untuk mencerna lemak. Dari pancreas dihasilkan pula insulin atau hormone yang berfungsi mengatur metabolisme gula.
- Limpa, merupakan organ yang sebenarnya tidak ada hubungan dengan pencernaan. Limpa sebagai organ dalam tubuh ayam, memiliki fungsi menghancurkan butir-butir darah merah yang pecah dan rusak. Selain itu, di dalam limpa tersimpan zat besi yang berguna untuk membuat hemoglobin.
3. Tahap pencernaan
Sistem pencernaan pada unggas berbeda dengan sistem pencernaan pada hewan non ruminansia (kuda, babi dan yang lainnya). Unggas tidak memiliki gigi untuk mencerna makanan secara mekanik. Bagian lambung kelenjar (proventrikutus). Antara proventrikulus dan mulut terdapat tembolok yang berfungsi menyimpan makanan sementara waktu. Kemudian makanan dilunakkan sebelum ke proventrikalas dan secepatnya ke ventrikulus (empedal). Fungsi utama empedal adalah untuk menghancurkan dan menggiling makanan kasar, yang dibantu oleh grit. Dari empedal makanan bergerak melalui lekulean usus (dodenam) yang secara anatomi sejajar dengan pankreas. Pankreas berfungsi untuk menghasilkan getah pankreas yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik, dan proteolitik. Ketiga enzim ini menghindrolisapati, lemak, proteosa dan peptone.
Usus halus menghasilkan getah usus yang mengandung erepsin dan beberapa enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein dan menghasilkan asam-asam amino. Enzim memecah gula (disakharida) menjadi gula sederhana (monosakharida) sehingga dapat diserap (asimilasi) tubuh yang dilaksanakan oleh villi usus halus.
Usus besar merupakan penampung zat-zat makanan yang sudah dicerna dan diserap oleh usus halus. Pada usus besar terdapat rectum dan kolon sebagai kotoran (manure) sebelum ke kloaka.
Kloaka merupakan muara dari beberapa saluran seperti saluran usus besar, saluran telur, dan saluran air kencing masing-masing hasil dari saluran tersebut akan keluar melewati kloaka dan mengalami pelepasan terakhir lewat anus.
Jika ayam mengkomsumsi karbohidrat terlalu banyak maka kelebihan tersebut akan diubah kedalam bentuk lemak yang akan disimpang sebagai sumber energi potensial serat kasar (selulosa) merupakan sumber kalori.








Susunan alat pencennaan ayam
Keterangan:
1. Oesophagus
2. Tembolok
3. Lambung kelenjar
4. Lambung otot
5. Limpha
6. Hati
7. Pancreas
8. Duodenum
9. Usus halus
10. Caecum
11. Kolon
12. Rectum
13. Kloaka
14. Anus
15. Ureter

Bahan Alternatif Pakan Dari Hasil Samping Industri Pangan

Keberhasilan usaha budidaya ikan sangat ditentukan oleh penyediaan pakan yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, karena pakan merupakan unsur utama dalam pertumbuhan ikan. Namun penyediaan pakan seringkali menjadi kendala disebabkan harganya yang tinggi karena biaya pembuatannya yang cukup tinggi (hampir 70% dari biaya produksi). Untuk itu Balai Budidaya Air Tawar Jambi melalui Proyek Pengembangan Rekayasa Teknologi Balai Budidaya Air Tawar Jambi mengadakan penelitian untuk mencari alternatif pakan lain yang dapat dibuat sendiri dari bahan-bahan lokal serta memanfaatkan hasil samping.

Bahan baku merupakan faktor utama yang harus tersedia dalam produksi pakan buatan dan pakan alternatif. Bahan baku secara umum dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar yaitu bahan baku yang berasal dari tumbuhan dan hasil ikutannya (nabati) serta yang berasal dari hewan dan hasil ikutannya (hewani).

Bahan – bahan baku yang dipakai dalam pembuatan pakan ikan berfungsi sebagai sumber protein, energi, mineral dan vitamin. Faktor utama yang harus diperhatikan dalam pemilihan bahan pakan adalah kandungan nutrisi bahan, tingkat kecernaan, ketersediaan, kontinuitas dan harga.

Pakan Alternatif
Pakan alternatif adalah istilah yang diberikan untuk pakan ikan yang bahannya berasal dari bahan-bahan limbah baik yang berasal dari industri olahan makanan atau ternak yang masih termanfaatkan. Beberapa pakan alternatif yang berasal dari limbah pengolahan makanan seperti onggok, molasses, ampas tahu, ampas kecap, CPO, dll sudah banyak digunakan sebagai pakan ternak. Penggunaannya sebagai bahan pakan dapat dicampurkan dengan bahan tambahan pakan lainnya atau bisa juga diberikan secara langsung pada ikan/ternak.

1. Minyak Inti Sawit dan Ampas Minyak Sawit
Minyak inti sawit merupakan minyak murni hasil ekstraksi biji sawit. Sedangkan sisa dari pembersihan/pemurnian tersebut diperoleh ampas minyak sawit yang berbentuk padat. Sejauh ini sudah banyak yang memanfaatkan limbah ini sebagai pakan ternak (sapi). Penggunaan minyak sawit (CPO) pada pakan dapat langsung dicampur pada pakan siap, sedangkan ampas minyak sawit dapat dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan pakan lainnya.

Nilai gizi dari minyak inti sawit ini cukup baik yaitu kandungan protein 15,3%, lemak 57,2%; air 23,4% dan abu 11,3%, sedangkan ampas minyak sawit sebagai bahan baku pakan ikan terlebih dahulu harus diproses menjadi tepung dengan nilai gizi yang terkandung didalamnya protein 16,09%; lemak 5,39% dan abu 8,59%.

2. Ampas Kecap
Ampas kecap merupakan limbah dari proses pembuatan kecap yang berbahan dasar kedelai yang memiliki kandungan protein cukup tinggi. Untuk menjadi bahan baku pakan,ampas kecap harus diolah menjadi tepung dengan lebih dahulu dikeringkan dalamoven/dijemur. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 10,32%;lemak 6,93%;air 52,98% dan abu 6,72%.

3. Onggok
Onggok yang berasal dari ubi singkong merupakan limbah padat dari pengolahan tepung tapioka. Sebagai ampas pati singkong yang mengandung banyak karbohidrat, onggok dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi, nilai gizi yang terkandung pada onggok adalah protein 3,6%; lemak 2,3%;air 20,31% dan abu 4,4%.

4. Ampas Tahu
Ampas Tahu merupakan limbah dari proses pembuatan tahu. Untuk menjadi bahan baku pakan, ampas tahu bisa langsung diberikan pada ikan dengan tambahan sedikit ikan asin, atau dapat juga diolah lebih dulu menjadi tepung dengan mengeringkannya dalam oven/dijemur lalu digiling. Nilai gizi yang terkandung adalah protein 8,66%; lemak 3,79%; air 51,63% dan abu 1,21%.

5. Ampas Tempe
Limbah pengolahan tempe yang berasal dari bahan baku kacang kedelai, baik berupa kupasan kulit ari kacang kedelai juga limbah cair berupa air rebusan dapat dimanfaatkan untuk bahan makanan ikan. Nilai gizi limbah pengolahan tempe lebih tinggi dibanding ampas tahu,sebagaimana pada tabel :

-Nutrisi Bahan
-Protein
-Lemak
-Air
-Abu

6. Molases
Molases merupakan sisa hasil produksi pada industri pengolahan gula yang berbentuk cair. Molases sudah banyak dimanfaatkan sebagai bahan tambahan pakan ternak, karena kandungan gizinya cukup baik

7. Orgami
Orgami merupakan hasil buangan pengolahan penyedap rasa. Setelah melalui proses penyaringan raw sugar (tetes tebu) dan molases sebagai bahan baku, dihasilkan gypsum. Selanjutnya melalui tahap koagulasi dihasilkan orgami sebagai limbah cair dan dielet humus sebagai limbah padatnya. Nilai gizi orgami adalah protein 5,28%; lemak 3,41%; air 68,29% dan abu 4,77%.

Kandungan Nutrisi beberapa bahan baku pakan ikan :
-Nutrisi Bahan
-Protein
-Lemak
-Air
-Abu


Sementara kandungan Nutrisi dari berbagai Minyak Olahan :
-Nutrisi Bahan
-Protein
-Lemak
-Air
-Abu

it's me

it's me
chalik in the bloger