KECERDASAN (IQ, EQ, SQ)
A. PENGERTIAN KECERDASAN
(IQ, EQ, SQ)
Manusia
merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki
keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lain. Akal merupakan
kelebihan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan akal manusia mampu
belajar, berfikir, memahami serta melakukan mana yang baik dan mana yang buruk.
Dengan akal yang dimiliki, seorang manusia mampu mempertahankan dan
meningkatkan kualitas hidupnya yaitu memaksimalkan proses berfikir sehingga
dapat dikatakan manusia yang dibekali kecerdasan yang luar biasa dibanding
dengan makhluk Tuhan yang lain.
Kecerdasan
merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan
menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya,
manusia dapat terus menerusmempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya
yang semakin kompleks,melalui proses berfikir dan belajar secara terus
menerus.
Kecerdasan
ialah istilah umum yang digunakan untuk
menjelaskan sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah,
berpikir abstrak,
memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan
biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat
definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater (1982)
mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Orang sering kali menyamakan arti Kecerdasan
dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler,
Kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan (inteligensi) adalah
suatu kemampuan mental yang melibatkan proses
berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat
diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan
nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence
Quotient , adalah skor yang diperoleh
dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan
demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan
kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intellgence
Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual,
analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan
keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang
tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari
hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan
mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja
dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan
menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita
memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan
gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional
Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke
dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan
diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self
mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to
understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to
trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual
Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses
penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah
material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang
sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata
akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama
manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya
mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan
taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang
kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita
kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita,
tanpa keterpaksaan belaka.
Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang
lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan
manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup
sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara
akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki
kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi
integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan
krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
a.
Kecerdasan IQ
Orang
sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti
yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secaraterarah,
berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secaraefektif.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatukemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Olehkarena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harusdisimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu.
sedangkan
IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient , adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan.Dengan demikian, IQ hanya
memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorangsecara
keseluruhan.
Intelligence
Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang
pertama kali diperkenalkan oleh
Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari
Universitas Stanford berusaha membakukan
test IQ yang dikembangkan oleh Binet denganmengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet.
Pada
masanya kecerdasan intelektual(IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari
setiap individu yang pada dasarnyahanya
bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individutersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan
untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak.
Otak
adalah organluar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5
Kg atau kurang lebih 5% dari total berat
badan kita. Namun demikian, benda kecil inimengkonsumsi lebih dari 30
persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di
dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel
saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang
sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius
memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan
sisa memori sekitar 94 %. Tingkat kecerdasan
seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia
Quotient ) memegang peranan
penting untuk suksesnya anak dalam belajar.
Menurut penyelidikan, IQ
atau daya tangkapseseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya
tangkap sangatdipengaruhi oleh garis
keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluargaayah dan ibu di samping
faktor gizi makanan yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan
berubah sampai seseorangdewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak
seperti penuaan dankecelakaan. IQ yang
tinggi memudahkan seorang murid belajar danmemahami berbagai ilmu.
Daya tangkap yang kurang
merupakan penyebabkesulitan belajar pada
seorang murid, disamping faktor lain, sepertigangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional.Awal
untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata.Ada
hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya.
Apabila
seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya
akan cepat dan banyak.Rumus kecerdasan umum,
atau IQ yang ditetapkan oleh parailmuwan adalah :
Usia Mental Anak x 100 = IQUsia
Sesungguhnya
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya
kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru
bisa berbicara seperti itu pada usia 4tahun. Inilah yang disebut dengan Usia
Mental. Berarti IQ sianak adalah 4/3 x 100 = 133.Interpretasi atau
penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :
b. Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang
dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman
(1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran,
yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan
oleh kemampuan intelektual atau “ Intelligence Quotient ”
(IQ), sedangkan pikiranemosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994)
menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi
keberhasilan seseorang hanyasekitar 20 % dan sisanya yang 80 %
ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang
disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi
pikiran, EQ mengangkatfungsi
perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan
kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang
buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat
diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan”
emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif.
Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensiemosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia
utama dilihat dari berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang
sangat erat secara fungsional. Antara satu
dengan lainnya saling menentukan. Otak berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan
emosional hanya bisa aktif didalam diri yang memiliki kecerdasan
intelektual.
Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu : Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu
untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi
diri sendiri, danmengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam
berhubungan denganorang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang
dialami individusebagai reaksi terhadap
rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupundari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam
kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayangdan takjub
(Santrock, 1994).
Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan
menyadari perasaan sendiri pada saat
perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehinggamampu memahami dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampumembuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak
‘diperbudak’ olehemosinya.
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan
menyelaraskan perasaan (emosi) dengan
lingkungannnya sehingga dapat memeliharaharmoni kehidupan individunya dengan
lingkungannya/orang lain.
Kemampuan mengenal emosi orang
lain yaitu kemampuanmemahami emosi orang
lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut
kepada orang lain yang dimaksud.
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan
mendorongdan mengarahkan segala daya upaya
dirinya bagi pencapaian tujuan,keinginan dan cita-citanya. Peran memotivasi
diri yang terdiri atasantusiasme dan
keyakinan pada diri seseorang akan sangat produktif danefektif dalam
segala aktifitasnya.
Kemampuan mengembangkan hubungan
adalah kemampuanmengelola emosi orang lain atau emosi diri
yang timbul akibat rangsang dariluar
dirinya. Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalinhubungan
dengan orang lain secara memuaskan dan mampu berfikir secararasional (IQ) serta
mampu keluar dari tekanan (stress).
Manusia dengan EQ yang baik,
mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab
penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampumembuat
keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.Makanya,
orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunyadengan lebih baik.
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan merasakan, memahamidan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan
emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang
manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah
kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya
infomasi tidak hanyadidapat lewat panca
indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalamdirinya sendiri yakni
suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebutterakhir akan menyaring dan
memilah informasi yang didapat dari pancaindra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakandan memahami untuk kemudian
disikapi secara manusiawi. Orang yangEQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang
lain, dapat membaca yangtersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa
verbal dan non verbal.Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar
bersikap sesuai dengankebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti
kenapa orang yangEQ-nya baik, sekaligus
kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karenaorang tersebut dapat
merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan
emosional mengajarkan tentangintegritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas,
ketahanan mentalkebijaksanaan dan
penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana
manusia bersikap terhadap dirinya ( intra personal ) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkansetiap
orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang
mengendalikanemosinya saat menghadapi
situasi yang menyenangkan maupunmenyakitkan. Mantan Presiden Soeharto
dan Akbar Tandjung adalah contohorang yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam
berkomunikasi.
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin
"hablun minal-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati
mengaktifkan nilai-nilai yang paling
dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yangdijalani.
Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat ,
integritas dan komitmen. Hati
merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberidorongan untuk
belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
c. Kecerdasan Spiritual
(SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa
tahun terakhir juga berkembangkecerdasan spiritual
(SQ =Spritual
Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam
bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ
adalah inti darisegala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalahkaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya
kecerdasan ini, akanmembawa seseorang
untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karenaadanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensidalam
dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan jugaada
kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu.
Intelejensiaspiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan
dankeluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga
mendefinisikan kecerdasanspiritual sebagai kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value,yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteksmakna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan
untuk menilai bahwa tindakanatau jalan hidup seseorang lebih bermakna
dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagailandasan yang diperlukan
untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.Bahkan SQ merupakan
kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataantersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karenadiperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi
dan intelektualnya.
Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ
pada diri setiap orang mampu secara proporsional
bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuhkeseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat
sebuah model ESQyang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis)
andSoul
(Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar
& Ian Marshall:SQ the ultimateintelligence : 2001, IQ
bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ
(spiritualquotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’Kecerdasan
spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dankepekaan
dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Kecerdasan ini bukan kecerdasan
agama dalam versi yang dibatasi olehkepentingan-pengertian manusia dan sudah
menjadi terkapling-kaplingsedemikian rupa.
Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai
penderitaan hidupdengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah,
bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi
makna yang positif itu, iamampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan
dan tindakanyang positif.
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami
adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan
agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalahkecerdasan
jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinyasecara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau
nilai. Tidak mengikutinilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan
kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
B.
PERAN
IQ, EQ, SQ
a.
Peran IQ
Kecerdasan
intelektual memiliki peranan penting dalam kehidupansetiap individu, karena IQ
merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh otak manusia yang dapat melakukan
beberpa kemampuan, seperti kemampuanmenalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahamigagasan, menggunakan bahasa, dan
belajar serta mengambil keputusan danmenjalankan
keputusan tersebut. Orang yang memiliki tingkat kecerdasanintelektual yang
baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanyadapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang
dan pada saatdibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.
b. Peran EQ
Sama seperti halnya IQ, EQ juga
memiliki peranan penting dalamkehidupan setiap
individu. Menurut Goleman bahwa EQ memilikikontribusi
penting dalam kesuksesan seseorang, bahkan melebihi dari IQ.IQ
mengangkat fungsi pikiran, sedangkan EQ mengangkat fungsi perasaan.Orang yang
memiliki kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakankeseimbangan dalam
dirinya, dapat mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri dan bisa
mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Dengan memiliki kecerdasan
emosional yang bagus, setiap individumemiliki kemampuan untuk mengenal diri
sendiri, kemampuan mengelolaemosi, kemampuan
memotivasi diri, berhubungan dengan orang lain,kesadaran
akan emosi orang lain (kemampuan mendengarkan, merasakanatau mengintuisikan
perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh maupun petunjuk
lain, serta kemampuan untuk menggunakan perasaan yang munculdari dalam.
Substansi dari kecerdasan emosionoal adalah kemampuan
merasakandan memahami untuk kemudian
disikapi secara manusiawi. Orang yangEQ-nya baik dapat memahami perasaan orang
lain, dapat membaca yangtersurat dan tersirat, dapat menangkap bahasa
verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntun agar
bersikap sesuai dengan kebutuhandan tuntunan
lingkungannya.
Kecerdasan emosional mengajarkan
tentangintegritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas,
ketahanan mentalkebijaksanaan dan penguasaan. Oleh karena itu, EQ mengajarkan bagaimana
manusia bersikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain, dankemampuan
memahami orang lain yang memungkinkan setiap orang dapatmengelola konflik
dengan orang lain secara baik.
c. Peran SQ
Sehebat
apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupunkecerdasan
emosional, pada saat-saat tertentu melalui pertimbangan afektif,kognitif, dan konatifnya, manusia akan meyakini
dan menerima tanpakeraguan bahwa di
luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agungyang melebihi apapun,
termasuk dirinya.
Menurut Danah Zohar, bahwa
IQ bekerja untuk melihat keluar (mata
pikiran)dan EQ bekerja mengolah yangdi dalam (telinga perasaan), maka SQ
menunjuk pada kondisi pusat diri.Orang yang ber-SQ tinggi memaknai penderitaan
hidup dengan memberimakna positif
pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yangdialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu,
seseorang mampumembangkitkan jiwanya
dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Kecerdasan spiritual (SQ)
menyadarkan seseorang akan tujuan hidupdan
pemaknaan kehidupan yang dijalaninya. Bahwa hidup memiliki arahdan
tujuan hidup, bahwa setiap kehidupan memiliki pemaknaan yang tidak sekedar makna-makna yang bersifat duniawi.
Kecerdasan ini menjadi pedoman, arah dan tujuan hidup untuk menjalani
kehidupan.
C.
HUBUNGAN
ANTARA IQ, EQ, DAN SQ
Pendidikan selama ini, terlalu menekankan arti penting
nilaiakademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari
tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, jarang sekali ditemukan
pendidikan tentangkecerdasan emosi yang
mengajarkan tentang integritas, kejujuran,komitmen,
visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau
sinergi, padahal justru inilah halyang terpenting.
Berkat kecerdasan intelektualnya, memang manusia telahmampu menjelajah ke bulan dan luar angkasa,
menciptakan alat-alatteknologi informasi dan
transportasi yang menjadikan dunia terasa lebihdekat
dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir serta sesuatu-sesuatu yang
canggih lainnya.
Namun bersama itu pula kerusakan yangmenuja kehancuran total sudah mulai nampak. Lingkungan
alam merasa terusik dan tidak bersahabat lagi. Lapisan ozon yang
semakin menipis telahmenyebabkan terjadinya
pemanasan global, banyaknya bencana alam, penyakit-penyakit yang mematikan mulai bermunculan, bahkan
tatanansosial ekonomi menjadi kacau balau karena sikap dan perilaku manusia
itusendiri.
Manusia telah berhasil menciptakan “raksasa-raksasa
teknologi”yang dapat memberikan manfaat
bagi kepentingan hidup manusia itusendiri. Namun dibalik
itu, ciptaan-ciptaan tersebut telah bersiap-siap untuk menerkam dan
menghabisi manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual yangtidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritualnya,tampak hanya
akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagikehidupan dirinya maupun
umat manusia.Kesuksesan manusia dapat
dilihat dari tiga aspek, yaitu IQ (aspek kecerdasan), EQ (aspek emosi), dan SQ (aspek relegius).
Jika salah satutidak
terpenuhi, maka keberhasilan itu diragukan. Apabila tidak terjadiintegrasi
antara otak dan hati, kondisi ini pada suatu saat akan menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
Hal ini telahmenyadarkan para pakar
bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan o eh kemampuan
otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan
emosional dan kecerdasan spiritual.
D.
KECERDASAN
ITU ANUGERAH
Tuhan
menjadikan manusia mempunyai sifat batin yang berbeda-beda antara satu sama lain. Ada tiga jenis sifat atau kekuatan
batin yang menonjol yang merupakan sifat manusia yang berbeda-beda itu.
Diantaranya ialah: Kekuatan akal, Kekuatan perasaan dan Kekuatan jiwa. Dalam
istilah moderennya, dinamakan IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional
Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Namun tidak semua orang ataupun para
pendidik yang benar-benar faham tentang ketiga-tiga kekuatan ini dan bagaimana
untuk mengendalikannya.
Setiap
orang mempunyai salah satu dari kekuatan diatas. Jarang ada manusia yang
memiliki kekuatan tersebut sekali gus kecuali para Nabi dan para Rasul. Orang
yang mempunyai kekuatan akal selalunya kurang mempunyai kekuatan jiwa dan
kekuatan perasaan. Seterusnya, sesiapa yang mempuyai kekuatan jiwa, maka dia
kurang mempunyai kekuatan akal dan kekuatan perasaan. Kalau seseorang itu
mempunyai kekuatan perasaan pula maka kekuatan jiwanya dan kekuatan akalnya
pula kurang.
Sifat,
watak dan bakat seseorang itu bergantung kepada kekuatan batin yang ada
padanya. Inilah sebab utama dan terbesar mengapa berlaku perbedaan sifat, watak
dan bakat antara seseorang dengan orang lain.
Inilah
diantara hikmah dan rahmat Tuhan dalam penciptaan manusia. Sifat, bakat, minat
dan kecenderungan manusia itu tidak sama dan berbeda-beda mengikut sifat dan
kekuatan batinnya. Ini sesuai denga keperluan masyarakat itu sendiri yang tidak
sama dan berbeda-beda. Yang kuat jiwa suka dan berbakat menjadi polisi,
tentera, bertani, penternak dan nelayan. Yang kuat akal berbakat menjadi guru,
saint, doktor, teknokrat. Yang kuat perasaan berbakat menjadi ahli seni,
pekerja media, sasterawan dan sebagainya.
Memang
benar bahawa system pendidikan sekarang amat lemah dan mementingkan kekuatan
akal atau IQ semata-mata. Tidak ada tempat dan ruang untuk pelajar yang kuat
jiwa dan kuat perasaan atau dalam istilah lain yang kuat SQ dan EQnya. Oleh itu
mereka ini terpinggir dalam system yang hanya mementingkan IQ semata-mata.
System ini tidak relevan bagi mereka. Tidak heran kalau mereka ini rusak dan
hanyut karana tidak dapat menyesuaikan diri dengan system yang ada. Mereka di
asah dan diuji untuk menghasilkan kerja akal padahal kekuatan mereka bukan
terletak disitu. Dalam hal-hal yang mereka minati dan mampu berdasarkan
kekuatan perasaan dan jiwa mereka tidak pernah dibina. Kesannya ialah tekanan
perasaan, kekecewaan, putus asa dan kekeliruan. Maka berlakulah tindak balas
dendam sebagai manifestasi kepada kekecewaan, tekanan perasaan, putus asa dan
kekeliruan ini. Yang kuat jiwa mengganas, memberontak dan melanggar disiplin
dan peraturan. Yang kuat perasaan pula mendongkol, murung, merasa inferiority
complex, putus asa dan sakit jiwa.
Didalam
setiap kekuatan batin yang disebutkan diatas, ada kebaikan dan ada pula
keburukannya. Yang baik akan memberi faedah. Yang buruk pula akan membawa
kerugian. Sifat-sifat baik dan buruk ini adalah seperti berikut:
a.
Kekuatan Akal
Orang yang kuat akal
mempunyai keupayaan berfikir. Melalui pemikirannya itu, dia dapat membuat
berbagai-bagai penemuan dan teori. Dia juga mudah faham dan mudah mengingati
ilmu-ilmu yang dipelajarinya bahkan dia mampu mengambil ilmu yang tersirat dan
yang tersembunyi. Dia juga sangat berhati-hati supaya hasil kerja akalnya tidak
salah.
Kelemahannya, orang yang
kuat akal selalu asyik-mahsyuk dengan kerja akalnya sehingga dia selalu terlupa
dan lalai dari tanggungjawapnya terhadap Tuhan, terhadap masyarakat, keluarga
bahkan pada dirinya sendiri. Jiwanya penuh dengan rasa ego maupun sombong (rasa
diri hebat).
b.
Kekuatan Perasaan
Orang yang kuat perasaan
selalunya sangat berhati-hati dan tidak gopoh. Dia sangat bertimbang-rasa dan
wataknya lemah lembut.
Namun keburukan sifat
orang yang kuat perasaan ini ada banyak. Dia bakhil, mudah merajuk, mudah
kecewa, suka menyendiri, rasa rendah diri dan tidak yakin pada diri sendiri.
Dia juga mudah beralah, pemalu, penakut, tidak tahan diuji dan suka buruk
sangka.
c.
Kekuatan Jiwa
Orang yang kuat jiwa pula
berani, yakin pada diri, pemurah, tabah, tahan diuji dan tidak putus asa.
Keburukannya pula, dia
selalu gopoh, boros (membazir), zalim (suka menindas), pemarah, sombong, pendendam
dan ujub.
Dalam hendak mendidik para
pelajar, kekuatan batin mereka harus dikenalpasti terlebih dahulu. Setiap guru
dan pendidik mesti tahu dimana letaknya kekuatan batin setiap pelajar mereka.
Adakah akalnya kuat, perasaannya atau adakah jiwanya yang kuat. Kemudian mereka
perlu di didik mengikut kekuatan mereka masing-masing.
Setiap pelajar mempunyai
sifat –sifat batin yang baik disamping sifat-sifat batin yang buruk. Tegasnya
setiap pelajar mempunyai kelebihan dan keistimewaan dan juga kekurangan dan
kelemahan yang tertentu bergantung kepada kekuatan batin yang ada padanya.
Setiap sifat yang baik itu tidak akan sempurna selagi ianya tidak di pimpin
dengan syariat Islam dan diarahkan kepada jalan Allah. Begitu juga, setiap
sifat yang buruk itu boleh di didik hingga menjadi baik atau sekurang-kurangnya
ia boleh dibendung agar ia tidak meliar.
Inilah yang perlu difahami
oleh para guru dan pendidik dan semua yang terlibat dengan para pelajar disemua
peringkat samada di peringkat sekolah, pendidikan daerah, pendidikan negeri dan
kementerian sendiri. Kalau istilah pembelajaran itu berkaitan dengan ilmu,
kemahiran dan akal, istilah pendidikan pula melibatkan pengurusan dan
pengendalian sifat batin pelajar. Selagi perkara ini tidak difahami, tidak
diambil kira dan tidak dijadikan konsep dan prinsip dalam mendidk, membimbing
dan membentuk para pelajar, selagi itulah kita tidak akan dapat menghasilkan
pelajar yang benar-benar cemerlang lahir dan batinnya.
E. KESEIMBANGAN IQ, EQ DAN SQ DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam rentang waktu dan
sejarah yang panjang, manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan
daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri
yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan
manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup
sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara
akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki
kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi
integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan
krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
Fenomena tersebut telah
menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh
kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang
salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan
mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya
diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan
memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ.
Pertanyaan yang muncul
kemudian adalah, bagaimana konsep Islam tentang keseimbangan IQ, EQ dan SQ.
Apakah Islam juga mengutamakan IQ semata atau sebaliknya memberi penekanan yang
sama terhadap ketiga potensi tersebut. Makalah sederhana ini mencoba
mendeskripsikan konsep Islam tentang keseimbangan IQ , EQ dan SQ.
a.
Ajaran Islam Tentang IQ, EQ dan SO
Selaku orang yang beriman, tidak perlu ada keraguan betapa komplit
dan universalitas ajaran Islam . Petunjuk Ilahi begitu sempurna, rahmat bagi
seluruh alam dan berlaku hingga akhir zaman. Tinggal lagi kemauan dan
kepiawaian orang beriman untuk menggali dan mengemas prinsip-prinsip yang telah
diletakkan oleh al-Qur'an dan al-Hadis untuk menjawab tema yang menjadi bahan
diskusi saat ini.
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika
dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah
infomasi menjadi fakta.1 Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya
tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, untuk pada
waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.
Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi
yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut
"berfikir". Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah
otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam
semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya mensejahterakan diri dan
kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan akal sangat dianjurkan oleh
Islam. Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW
yang mendorong manusia untuk selalu berfikir dan merenung. Redaksi al-Qur'an
dan al-Hadis tentang berfikir atau mempergunakan akal cukup variatif. Ada yang
dalam bentuk khabariah, insyaiyah, istifham inkary. Semuanya itu
menunjukkan betapa Islam sangat concern terhadap kecerdasan intelektual
manusia. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga dipanggil
untuk memikirkan alam jagad raya. Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta
akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan ke-Mahakuasaan Sang Pencipta
(Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuhnya Tauhid yang murni ."Agama
adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal" hendaknya
dimaknai dalam konteks ini.
Sekedar contoh mari dilihat ayat-ayat berikut :
1.
Firman-Nya dalam al-Baqarah 164 sebagai berikut :
¨
Terjemahnya: Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa
apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa
air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia
sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan
dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
Firman Allah tersebut mendorong manusia untuk memikirkan kejadian
langit dan bumi, pergantian malam dengan siang, dan betapa air hujan mengubah
tanah yang tandus menjadi hijau kembali.
2.
Firman Allah dalam Ar Ra’du sebagai berikut :
Terjemahnya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian
yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir.
Firman-Nya dalam ar-Ra'du 4
mengajak manusia untuk merenungkan betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna
tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.
3.
Firman Allah dalam An Nahl ayat 12 sebagai berikut :
Terjemahnya : Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan
bulan
untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan
perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),
Firman-Nya dalam an-Nahlu 12 mengimbau orang yang berfikir
untuk memikirkan pergantian malam dengan siang dan perjalanan planet-planet
yang kesemuanya itu bergerak dengan aturan Allah.
4.
Firman Allah salam Syurah Ar Rum ayat 24 sebagai berikut :
Terjemahnya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan
harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan
air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.
Firman-Nya dalam ar-Rum 24 mengajak manusia untuk memikirkan
proses turunnya hujan dan manfaat air hujan bagi kehidupan di muka bumi.
5.
Teori "Big Bang" disebut al-Qur'an dalam al-Anbiyaa':30,
sebagai berikut :
Terjemahnya : Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala
sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?
Teori "Nebula" (1 C': milyar galaksi) dalam ar-Rahman
:38, thawaf alam semesta dalam al-Israa:44, dan "Black Hole"dengan
gravitasinya yang sangat kuat, menjangkar dan menarik seluruh planet agar tetap
pada orbitnya , dalam Yasin 38-40, dan sebagainya.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara
efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi
koneksi dan pengaruh yang manusiawi.2 Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan
mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik,
baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada
sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber
infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang
didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan
memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik,
dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang
tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman
tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus
kehidupan sosialnya juga baik. Lain tidak karena orang tersebut dapat merespon
tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang integritas kejujuran komitmen, visi,
kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri.3 Oleh karena
itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra
personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi
diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal)
seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang
memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik
. Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min
al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan
nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu
yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh
otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen.
Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk
belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat
dianjurkan oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar lah yang dapat memancarkan
EQ dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya
adalah dosa. Oleh karena itu ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW
banyak bicara tentang kesucian hati. Sekedar untuk menunjuk contoh dapat
dikemukakan ayat-ayat dan hadis berikut :
1.
Firman-Nya dalam al-A'raf 179 menyatakan bahwa orang yang
hatinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan kotor , disamakan
dengan binatang, malahan lebih hina lagi.
2.
Firman-Nya dalam al-Hajj 46 menegaskan bahwa orang yang tidak
mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya di muka bumi, adalah orang yang
buta hatinya.
3.
Firman-Nya dalam al-Baqarah 74 menegaskan bahwa orang yang
hatinya tidak disinari dengan petunjuk Allah SWT diumpamakan lebih keras dari
batu.
4.
Firman-Nya dalam Fushshilat 5 menyatakan adanya pengakuan
dari orang yang tidak mengindahkan petunjuk agama bahwa hati mereka tertutup
dan telinga mereka tersumbat.
5.
Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia ada
segumpal daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh , dan bila ia rusak , rusak
pulalah seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
6.
Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa bila manusia berbuat dosa
tumbuhlah bintik-bintik hitam di hatinya. Bila dosanya bertambah, maka
bertambah pulalah bintik-bintik hitam tersebut, yang kadang kala sampai menutup
seluruh hatinya.
Mengacu kepada ayat dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa EQ
berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan . Apabila petunjuk agama dijadikan
panduan kehidupan, maka akan berdampak positif terhadap kecerdasan emosional .
Begitu pula sebaliknya.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan
makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup
dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan
atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat
juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi
makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah
dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif
dan ikhlas5. SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk
berbuat atau tidak berbuat .
Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati
nurani" (Fuad/dhamir). Kebenaran suara fuad tidak perlu
diragukan Sejak awal kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada
perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab
:" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di
samping itu, secara eksplisit Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/
al-Af’idah selaku komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih
dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat
di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang
Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan
qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah bahwa
kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan qalbu
Agar SQ dapat bekerja optimal, maka "Fuad" harus
sesering mungkin diaktifkan. Manusia dipanggil untuk setiap saat berkomunikasi
dengan fuad-nya Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanya dulu
pendapat fuad/dhamir. Dengan cara demikian maka daya kerja SQ akan
optimal, sehingga dapat memandu pola hidup seseorang. Inilah yang dimaksudkan
oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau “sal dhamiruka” (tanya hati
nuranimu). Fuad ibarat battery, yang kalau jarang dipakai maka
daya kerjanya akan lemah, malah mungkin tidak dapat bekerja sama sekali. Dalam
kaitan ini lah, agama menyeru manusia agar mengagungkan Allah, membersihkan
pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa. (al-Mudatstir, 74:1-5) Semuanya
itu diperintahkan dalam kerangka optimalisasi daya kerja fuad / mempertinggi
SQ seseorang.
Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam
memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana manusia
memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal. Sebagai perbandingan ada
baiknya penulis mengambil contoh berikut : "Apabila kita lupa sesuatu ,
bukan berarti hal yang terlupakan itu telah hilang dari tempat penyimpanannya,
melainkan karena sistem untuk mengakses ke tempat penyimpanan memori tersebut
sudah lemah. Akses ke tempat penyimpanan akan kembali kuat bila sering
dipergunakan. Begitu pula sebaliknya."6 Demikian juga halnya dengan SQ,
kalau sistem untuk mengaksesnya sering dipergunakan, maka daya kerjanya akan
optimal. Allah SWT menjamin kebenaran SQ , karena ia merupakan pancaran sinar Ilahiyah.
(al-Najmu, 53:11). Penegasan al-Qur'an ini menunjukkan bahwa SQ adalah
landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ
merupakan kecerdasan tertinggi saling membutuhkan dan melengkapi . Namun kalau
akan dibedakan , maka SQ merupakan "Prima Causa " dari IQ dan
EQ. SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan
EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa
ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai
statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi.
Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun
min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat
diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran
Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan
memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan
hati dan hati nurani berarti orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran
agamanya. Kondisi yang tidak ideal tersebut sudah waktunya diakhiri , dengan
memberikan pendidikan dan kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ . Wa
Allah 'alamu bi al-shawab
1.
A. Winarno dan Tri Saksono, Kecerdasan Emosional, Jakarta,
LAN, 2001, hal. 4.
2.
Ibid, hal. 8
3.
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7,
hal. xliii
4.
Daniel Goleman, Working with Emotional Intelligence, (New
York : Bantam Books, 1999) hal. 13.
5.
Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Op. cit., hal 57
6.
Taufik Bahaudin, Brainware Management, Jakarta : PT Gramedia,
2000, cet. Kedua, hal. 60
7.
Ary Ginanjar Agustia, loc.cit
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
peternakan
inseminasi
pakan ternak