Ilmu Peteranakan

cHaLiK

Senin, 30 Juli 2012

Kecerdasan (IQ EQ SQ)

KECERDASAN (IQ, EQ, SQ)

A.    PENGERTIAN KECERDASAN (IQ, EQ, SQ)
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh makhluk Tuhan yang lain. Akal merupakan kelebihan yang telah diberikan Tuhan kepada manusia. Dengan akal manusia mampu belajar, berfikir, memahami serta melakukan mana yang baik dan mana yang buruk. Dengan akal yang dimiliki, seorang manusia mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yaitu memaksimalkan proses berfikir sehingga dapat dikatakan manusia yang dibekali kecerdasan yang luar biasa dibanding dengan makhluk Tuhan yang lain.
Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerusmempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks,melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Kecerdasan ialah  istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar.
Kecerdasan biasanya merujuk pada kemampuan atau kapasitas mental dalam berpikir, namun belum terdapat definisi yang memuaskan mengenai kecerdasan. Stenberg & Slater (1982) mendefinisikannya sebagai tindakan atau pemikiran yang bertujuan dan adaptif.
Orang sering kali menyamakan arti Kecerdasan dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, Kecerdasan adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan (inteligensi) adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient , adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf  kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
Intellgence Quotient (IQ) adalah ukuran kemampuan intelektual, analisis, logika dan rasio seseorang. Dengan demikian, hal ini berkaitan dengan keterampilan berbicara, kesadaran akan ruang, kesadaran akan sesuatu yang tampak, dan penguasaan matematika. IQ mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian pada aneka tugas dan latihan, menyimpan dan mengingat kembali informasi objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak dan analitis, serta memecahkan permasalahan dan menerapkan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. Jika IQ kita tinggi, kita memiliki modal yang sangat baik untuk lulus dari semua jenis ujian dengan gemilang, dan meraih nilai yang tinggi dalam uji IQ.
Emosional Quotient (EQ) mempunyai dua arah dan dua dimensi, arah ke dalam (personal) berarti sebuah kesadaran diri (self awareness), penerimaan diri (self acceptance), dan hormat diri (self respect), dan penguasaan diri (self mastery) dan arah keluar (interpersonal) berarti kemampuan memahami orang (to understand others), menerima orang (to accept others), mempercayai orang (to trust others), dan mempengaruhi orang (to influence others).
Spiritual Quotient (SQ) intinya adalah transendensi, yaitu proses penyeberangan, pelampauan, penembusan makna yang lazim, khususnya dari wilayah material ke wilayah spiritual, dan dari bentuk yang kasar ke bentuk yang sublime. Dalam hal ini hidup bukan semata-mata untuk memperoleh materi semata akan tetapi harus betul-betul dihayati sebagai serangkaian amal bagi sesama manusia dan beribadah kepada Tuhan. Sehingga tidak cukup jika kita hanya mengandalkan kecerdasan intelegensi dan emosional saja. Mempertebal iman dan taqwa kita akan membangun budi dan akhlak mulia sehingga segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata mohon perkenan dan ridho Tuhan, sehingga apa yang kita kerjakan akan terasa bermakna, nikmat, dan kita lakukan penuh dengan suka cita, tanpa keterpaksaan belaka.
Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
a.        Kecerdasan IQ
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secaraterarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secaraefektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatukemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Olehkarena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harusdisimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient , adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan.Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorangsecara keseluruhan.
 Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet denganmengembangkan norma populasi, sehingga selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet.
Pada masanya kecerdasan intelektual(IQ) merupakan kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnyahanya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individutersebut. Tes Stanford-Binet ini banyak digunakan untuk mengukur kecerdasan anak-anak sampai usia 13 tahun.Inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak.
Otak adalah organluar biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1,5 Kg atau kurang lebih 5% dari total berat badan kita. Namun demikian, benda kecil inimengkonsumsi lebih dari 30 persen seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak memiliki 10 sampai 15 triliun sel saraf dan masing-masing sel saraf mempunyai ribuan sambungan. Otak satu-satunya organ yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan. Kapasitas memori otak yang sebanyak itu hanya digunakan sekitar 4-5 % dan untuk orang jenius memakainya 5-6 %. Sampai sekarang para ilmuan belum memahami penggunaan sisa memori sekitar 94 %. Tingkat kecerdasan seorang anak yang ditentukan secara metodik oleh IQ (Intellegentia Quotient ) memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar.
Menurut penyelidikan, IQ atau daya tangkapseseorang mulai dapat ditentukan sekitar umur 3 tahun. Daya tangkap sangatdipengaruhi oleh garis keturunan (genetic) yang dibawanya dari keluargaayah dan ibu di samping faktor gizi makanan yang cukup. IQ atau daya tangkap ini dianggap takkan berubah sampai seseorangdewasa, kecuali bila ada sebab kemunduran fungsi otak seperti penuaan dankecelakaan. IQ yang tinggi memudahkan seorang murid belajar danmemahami berbagai ilmu.
Daya tangkap yang kurang merupakan penyebabkesulitan belajar pada seorang murid, disamping faktor lain, sepertigangguan fisik (demam, lemah, sakit-sakitan) dan gangguan emosional.Awal untuk melihat IQ seorang anak adalah pada saat ia mulai berkata-kata.Ada hubungan langsung antara kemampuan bahasa si anak dengan IQ-nya.
Apabila seorang anak dengan IQ tinggi masuk sekolah, penguasaan bahasanya akan cepat dan banyak.Rumus kecerdasan umum, atau IQ yang ditetapkan oleh parailmuwan adalah :
Usia Mental Anak  x 100 = IQUsia Sesungguhnya
Contoh : Misalnya anak pada usia 3 tahun telah punya kecerdasan anak-anak yang rata-rata baru bisa berbicara seperti itu pada usia 4tahun. Inilah yang disebut dengan Usia Mental. Berarti IQ sianak adalah 4/3 x 100 = 133.Interpretasi atau penafsiran dari IQ adalah sebagai berikut :
Untitled.jpg

b.      Kecerdasan Emosional (EQ)
EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional. Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “ Intelligence Quotient ” (IQ), sedangkan pikiranemosional digerakkan oleh emosi.
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanyasekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkatfungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensiemosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Hubungan antara otak dan emosi mempunyai kaitan yang sangat erat secara fungsional. Antara satu dengan lainnya saling menentukan. Otak  berfikir harus tumbuh dari wilayah otak emosional. Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa kecerdasan emosional hanya bisa aktif didalam diri yang memiliki kecerdasan intelektual.
Beberapa pengertian EQ yang lain, yaitu : Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenal emosi diri sendiri, emosi orang lain, memotivasi diri sendiri, danmengelola dengan baik emosi pada diri sendiri dalam berhubungan denganorang lain (Golleman, 1999). Emosi adalah perasaan yang dialami individusebagai reaksi terhadap rangsang yang berasal dari dirinya sendiri maupundari orang lain. Emosi tersebut beragam, namun dapat dikelompokkan kedalam kategori emosi seperti; marah, takut, sedih, gembira, kasih sayangdan takjub (Santrock, 1994).
Kemampuan mengenal emosi diri adalah kemampuan menyadari perasaan sendiri pada saat perasaan itu muncul dari saat-kesaat sehinggamampu memahami dirinya, dan mengendalikan dirinya, dan mampumembuat keputusan yang bijaksana sehingga tidak ‘diperbudak’ olehemosinya.
Kemampuan mengelola emosi adalah kemampuan menyelaraskan perasaan (emosi) dengan lingkungannnya sehingga dapat memeliharaharmoni kehidupan individunya dengan lingkungannya/orang lain.
Kemampuan mengenal emosi orang lain yaitu kemampuanmemahami emosi orang lain (empaty) serta mampu mengkomunikasikan pemahaman tersebut kepada orang lain yang dimaksud.
Kemampuan memotivasi diri merupakan kemampuan mendorongdan mengarahkan segala daya upaya dirinya bagi pencapaian tujuan,keinginan dan cita-citanya. Peran memotivasi diri yang terdiri atasantusiasme dan keyakinan pada diri seseorang akan sangat produktif danefektif dalam segala aktifitasnya.
Kemampuan mengembangkan hubungan adalah kemampuanmengelola emosi orang lain atau emosi diri yang timbul akibat rangsang dariluar dirinya. Kemampuan ini akan membantu individu dalam menjalinhubungan dengan orang lain secara memuaskan dan mampu berfikir secararasional (IQ) serta mampu keluar dari tekanan (stress).
Manusia dengan EQ yang baik, mampu menyelesaikan dan bertanggung jawab penuh pada pekerjaan, mudah bersosialisasi, mampumembuat keputusan yang manusiawi, dan berpegang pada komitmen.Makanya, orang yang EQ-nya bagus mampu mengerjakan segala sesuatunyadengan lebih baik.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahamidan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanyadidapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalamdirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebutterakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari pancaindra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakandan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yangEQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yangtersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal.Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengankebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yangEQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Tidak lain karenaorang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentangintegritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mentalkebijaksanaan dan penguasaan diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya ( intra personal ) seperti self awamess (percaya diri),  self motivation (memotivasi diri),  self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkansetiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik .
Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengendalikanemosinya saat menghadapi situasi yang menyenangkan maupunmenyakitkan. Mantan Presiden Soeharto dan Akbar Tandjung adalah contohorang yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, mampu mengendalikan emosinya dalam berkomunikasi.
Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun minal-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yangdijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberidorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
c.       Kecerdasan Spiritual (SQ)
Selain IQ, dan EQ, di beberapa tahun terakhir juga berkembangkecerdasan spiritual (SQ =Spritual Quotiens). Tepatnya di tahun 2000, dalam bukunya berjudul ”Spiritual Intelligence : the Ultimate Intellegence, Danah Zohar dan Ian Marshall mengklaim bahwa SQ adalah inti darisegala intelejensia.
Kecerdasan ini digunakan untuk menyelesaikan masalahkaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan adanya kecerdasan ini, akanmembawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan hakikinya. Karenaadanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat apa potensidalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan jugaada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu. Intelejensiaspiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan dankeluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Denah Zohar dan Ian Marshall juga mendefinisikan kecerdasanspiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value,yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteksmakna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakanatau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain.
Spiritual Quotient (SQ) adalah kecerdasan yang berperan sebagailandasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Dari pernyataantersebut, jelas SQ saja tidak dapat menyelesaikan permasalahan, karenadiperlukan keseimbangan pula dari kecerdasan emosi dan intelektualnya.
Jadi seharusnya IQ, EQ dan SQ pada diri setiap orang mampu secara proporsional bersinergi, menghasilkan kekuatan jiwa-raga yang penuhkeseimbangan. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat sebuah model ESQyang merupakan sebuah keseimbangan Body (Fisik), Mind (Psikis) andSoul (Spiritual).
Selain itu menurut Danah Zohar & Ian Marshall:SQ the ultimateintelligence : 2001, IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (spiritualquotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’Kecerdasan spiritual ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dankepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini.
Kecerdasan ini bukan kecerdasan agama dalam versi yang dibatasi olehkepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi terkapling-kaplingsedemikian rupa. Kecerdasan spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang ber-SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidupdengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, iamampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakanyang positif.
Mengenalkan SQ Pengetahuan dasar yang perlu dipahami adalah SQ tidak mesti berhubungan dengan agama. Kecerdasan spiritual (SQ) adalahkecerdasan jiwa yang dapat membantu seseorang membangun dirinyasecara utuh. SQ tidak bergantung pada budaya atau nilai. Tidak mengikutinilai-nilai yang ada, tetapi menciptakan kemungkinan untuk memiliki nilai-nilai itu sendiri.
B.     PERAN IQ, EQ, SQ
a.        Peran IQ
Kecerdasan intelektual memiliki peranan penting dalam kehidupansetiap individu, karena IQ merupakan kecerdasan yang dimiliki oleh otak manusia yang dapat melakukan beberpa kemampuan, seperti kemampuanmenalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahamigagasan, menggunakan bahasa, dan belajar serta mengambil keputusan danmenjalankan keputusan tersebut. Orang yang memiliki tingkat kecerdasanintelektual yang baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanyadapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang dan pada saatdibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali.
b.      Peran EQ
Sama seperti halnya IQ, EQ juga memiliki peranan penting dalamkehidupan setiap individu. Menurut Goleman bahwa EQ memilikikontribusi penting dalam kesuksesan seseorang, bahkan melebihi dari IQ.IQ mengangkat fungsi pikiran, sedangkan EQ mengangkat fungsi perasaan.Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi akan berupaya menciptakankeseimbangan dalam dirinya, dapat mengusahakan kebahagiaan dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Dengan memiliki kecerdasan emosional yang bagus, setiap individumemiliki kemampuan untuk mengenal diri sendiri, kemampuan mengelolaemosi, kemampuan memotivasi diri, berhubungan dengan orang lain,kesadaran akan emosi orang lain (kemampuan mendengarkan, merasakanatau mengintuisikan perasaan orang lain dari kata, bahasa tubuh maupun petunjuk lain, serta kemampuan untuk menggunakan perasaan yang munculdari dalam.
Substansi dari kecerdasan emosionoal adalah kemampuan merasakandan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yangEQ-nya baik dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yangtersurat dan tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntun agar bersikap sesuai dengan kebutuhandan tuntunan lingkungannya.
Kecerdasan emosional mengajarkan tentangintegritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mentalkebijaksanaan dan penguasaan. Oleh karena itu, EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain, dankemampuan memahami orang lain yang memungkinkan setiap orang dapatmengelola konflik dengan orang lain secara baik.
c.       Peran SQ
Sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupunkecerdasan emosional, pada saat-saat tertentu melalui pertimbangan afektif,kognitif, dan konatifnya, manusia akan meyakini dan menerima tanpakeraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agungyang melebihi apapun, termasuk dirinya.
Menurut Danah Zohar, bahwa IQ bekerja untuk melihat keluar (mata pikiran)dan EQ bekerja mengolah yangdi dalam (telinga perasaan), maka SQ menunjuk pada kondisi pusat diri.Orang yang ber-SQ tinggi memaknai penderitaan hidup dengan memberimakna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yangdialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, seseorang mampumembangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif.
Kecerdasan spiritual (SQ) menyadarkan seseorang akan tujuan hidupdan pemaknaan kehidupan yang dijalaninya. Bahwa hidup memiliki arahdan tujuan hidup, bahwa setiap kehidupan memiliki pemaknaan yang tidak sekedar makna-makna yang bersifat duniawi. Kecerdasan ini menjadi pedoman, arah dan tujuan hidup untuk menjalani kehidupan.
C.    HUBUNGAN ANTARA IQ, EQ, DAN SQ
Pendidikan selama ini, terlalu menekankan arti penting nilaiakademik, kecerdasan otak atau IQ saja. Mulai dari tingkat sekolah dasar sampai ke perguruan tinggi, jarang sekali ditemukan pendidikan tentangkecerdasan emosi yang mengajarkan tentang integritas, kejujuran,komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan, keadilan, prinsip kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, padahal justru inilah halyang terpenting.
Berkat kecerdasan intelektualnya, memang manusia telahmampu menjelajah ke bulan dan luar angkasa, menciptakan alat-alatteknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia terasa lebihdekat dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir serta sesuatu-sesuatu yang canggih lainnya.
Namun bersama itu pula kerusakan yangmenuja kehancuran total sudah mulai nampak. Lingkungan alam merasa terusik dan tidak bersahabat lagi. Lapisan ozon yang semakin menipis telahmenyebabkan terjadinya pemanasan global, banyaknya bencana alam, penyakit-penyakit yang mematikan mulai bermunculan, bahkan tatanansosial ekonomi menjadi kacau balau karena sikap dan perilaku manusia itusendiri.
Manusia telah berhasil menciptakan “raksasa-raksasa teknologi”yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan hidup manusia itusendiri. Namun dibalik itu, ciptaan-ciptaan tersebut telah bersiap-siap untuk menerkam dan menghabisi manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual yangtidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya,tampak hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagikehidupan dirinya maupun umat manusia.Kesuksesan manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu IQ (aspek kecerdasan), EQ (aspek emosi), dan SQ (aspek relegius).
Jika salah satutidak terpenuhi, maka keberhasilan itu diragukan. Apabila tidak terjadiintegrasi antara otak dan hati, kondisi ini pada suatu saat akan menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan. Hal ini telahmenyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan o eh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual.
D.    KECERDASAN ITU ANUGERAH
Tuhan menjadikan manusia mempunyai sifat batin yang berbeda-beda antara satu  sama lain. Ada tiga jenis sifat atau kekuatan batin yang menonjol yang merupakan sifat manusia yang berbeda-beda itu. Diantaranya ialah: Kekuatan akal, Kekuatan perasaan dan Kekuatan jiwa. Dalam istilah moderennya, dinamakan IQ (Intelligence Quotient), EQ (Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient). Namun tidak semua orang ataupun para pendidik yang benar-benar faham tentang ketiga-tiga kekuatan ini dan bagaimana untuk mengendalikannya.
Setiap orang mempunyai salah satu dari kekuatan diatas. Jarang ada manusia yang memiliki kekuatan tersebut sekali gus kecuali para Nabi dan para Rasul. Orang yang mempunyai kekuatan akal selalunya kurang mempunyai kekuatan jiwa dan kekuatan perasaan. Seterusnya, sesiapa yang mempuyai kekuatan jiwa, maka dia kurang mempunyai kekuatan akal dan kekuatan perasaan. Kalau seseorang itu mempunyai kekuatan perasaan pula maka kekuatan jiwanya dan kekuatan akalnya pula kurang.
Sifat, watak dan bakat seseorang itu bergantung kepada kekuatan batin yang ada padanya. Inilah sebab utama dan terbesar mengapa berlaku perbedaan sifat, watak dan bakat antara seseorang dengan orang lain.
Inilah diantara hikmah dan rahmat Tuhan dalam penciptaan manusia. Sifat, bakat, minat dan kecenderungan manusia itu tidak sama dan berbeda-beda mengikut sifat dan kekuatan batinnya. Ini sesuai denga keperluan masyarakat itu sendiri yang tidak sama dan berbeda-beda. Yang kuat jiwa suka dan berbakat menjadi polisi, tentera, bertani, penternak dan nelayan. Yang kuat akal berbakat menjadi guru, saint, doktor, teknokrat. Yang kuat perasaan berbakat menjadi ahli seni, pekerja media, sasterawan dan sebagainya.
Memang benar bahawa system pendidikan sekarang amat lemah dan mementingkan kekuatan akal atau IQ semata-mata. Tidak ada tempat dan ruang untuk pelajar yang kuat jiwa dan kuat perasaan atau dalam istilah lain yang kuat SQ dan EQnya. Oleh itu mereka ini terpinggir dalam system yang hanya mementingkan IQ semata-mata. System ini tidak relevan bagi mereka. Tidak heran kalau mereka ini rusak dan hanyut karana tidak dapat menyesuaikan diri dengan system yang ada. Mereka di asah dan diuji untuk menghasilkan kerja akal padahal kekuatan mereka bukan terletak disitu. Dalam hal-hal yang mereka minati dan mampu berdasarkan kekuatan perasaan dan jiwa mereka tidak pernah dibina. Kesannya ialah tekanan perasaan, kekecewaan, putus asa dan kekeliruan. Maka berlakulah tindak balas dendam sebagai manifestasi kepada kekecewaan, tekanan perasaan, putus asa dan kekeliruan ini. Yang kuat jiwa mengganas, memberontak dan melanggar disiplin dan peraturan. Yang kuat perasaan pula mendongkol, murung, merasa inferiority complex, putus asa dan sakit jiwa.
Didalam setiap kekuatan batin yang disebutkan diatas, ada kebaikan dan ada pula keburukannya. Yang baik akan memberi faedah. Yang buruk pula akan membawa kerugian. Sifat-sifat baik dan buruk ini adalah seperti berikut:
a.       Kekuatan Akal
Orang yang kuat akal mempunyai keupayaan berfikir. Melalui pemikirannya itu, dia dapat membuat berbagai-bagai penemuan dan teori. Dia juga mudah faham dan mudah mengingati ilmu-ilmu yang dipelajarinya bahkan dia mampu mengambil ilmu yang tersirat dan yang tersembunyi. Dia juga sangat berhati-hati supaya hasil kerja akalnya tidak salah.
Kelemahannya, orang yang kuat akal selalu asyik-mahsyuk dengan kerja akalnya sehingga dia selalu terlupa dan lalai dari tanggungjawapnya terhadap Tuhan, terhadap masyarakat, keluarga bahkan pada dirinya sendiri. Jiwanya penuh dengan rasa ego maupun sombong (rasa diri hebat).
b.      Kekuatan Perasaan
Orang yang kuat perasaan selalunya sangat berhati-hati dan tidak gopoh. Dia sangat bertimbang-rasa dan wataknya lemah lembut.
Namun keburukan sifat orang yang kuat perasaan ini ada banyak. Dia bakhil, mudah merajuk, mudah kecewa, suka menyendiri, rasa rendah diri dan tidak yakin pada diri sendiri. Dia juga mudah beralah, pemalu, penakut, tidak tahan diuji dan suka buruk sangka.
c.       Kekuatan Jiwa
Orang yang kuat jiwa pula berani, yakin pada diri, pemurah, tabah, tahan diuji dan tidak putus asa.
Keburukannya pula, dia selalu gopoh, boros (membazir), zalim (suka menindas), pemarah, sombong, pendendam dan ujub.
Dalam hendak mendidik para pelajar, kekuatan batin mereka harus dikenalpasti terlebih dahulu. Setiap guru dan pendidik mesti tahu dimana letaknya kekuatan batin setiap pelajar mereka. Adakah akalnya kuat, perasaannya atau adakah jiwanya yang kuat. Kemudian mereka perlu di didik mengikut kekuatan mereka masing-masing.
Setiap pelajar mempunyai sifat –sifat batin yang baik disamping sifat-sifat batin yang buruk. Tegasnya setiap pelajar mempunyai kelebihan dan keistimewaan dan juga kekurangan dan kelemahan yang tertentu bergantung kepada kekuatan batin yang ada padanya. Setiap sifat yang baik itu tidak akan sempurna selagi ianya tidak di pimpin dengan syariat Islam dan diarahkan kepada jalan Allah. Begitu juga, setiap sifat yang buruk itu boleh di didik hingga menjadi baik atau sekurang-kurangnya ia boleh dibendung agar ia tidak meliar.
Inilah yang perlu difahami oleh para guru dan pendidik dan semua yang terlibat dengan para pelajar disemua peringkat samada di peringkat sekolah, pendidikan daerah, pendidikan negeri dan kementerian sendiri. Kalau istilah pembelajaran itu berkaitan dengan ilmu, kemahiran dan akal, istilah pendidikan pula melibatkan pengurusan dan pengendalian sifat batin pelajar. Selagi perkara ini tidak difahami, tidak diambil kira dan tidak dijadikan konsep dan prinsip dalam mendidk, membimbing dan membentuk para pelajar, selagi itulah kita tidak akan dapat menghasilkan pelajar yang benar-benar cemerlang lahir dan batinnya.
E.     KESEIMBANGAN IQ, EQ DAN SQ DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dalam rentang waktu dan sejarah yang panjang, manusia pernah sangat mengagungkan kemampuan otak dan daya nalar (IQ). Kemampuan berfikir dianggap sebagai primadona. Potensi diri yang lain dimarginalkan. Pola pikir dan cara pandang yang demikian telah melahirkan manusia terdidik dengan otak yang cerdas tetapi sikap., perilaku dan pola hidup sangat kontras dengan kemampuan intelektualnya. Banyak orang yang cerdas secara akademik tetapi gagal dalam pekerjaan dan kehidupan sosialnya. Mereka memiliki kepribadian yang terbelah (split personality). Di mana tidak terjadi integrasi antara otak dan hati. Kondisi tersebut pada gilirannya menimbulkan krisis multi dimensi yang sangat memprihatinkan.
Fenomena tersebut telah menyadarkan para pakar bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kemampuan otak dan daya pikir semata, malah lebih banyak ditentukan oleh kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Tentunya ada yang salah dalam pola pembangunan SDM selama ini, yakni terlalu mengedepankan IQ, dengan mengabaikan EQ dan SQ. Oleh karena itu kondisi demikian sudah waktunya diakhiri, di mana pendidikan harus diterapkan secara seimbang, dengan memperhatikan dan memberi penekanan yang sama kepada IQ, EQ dan SQ.
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, bagaimana konsep Islam tentang keseimbangan IQ, EQ dan SQ. Apakah Islam juga mengutamakan IQ semata atau sebaliknya memberi penekanan yang sama terhadap ketiga potensi tersebut. Makalah sederhana ini mencoba mendeskripsikan konsep Islam tentang keseimbangan IQ , EQ dan SQ.
a.        Ajaran Islam Tentang IQ, EQ dan SO
Selaku orang yang beriman, tidak perlu ada keraguan betapa komplit dan universalitas ajaran Islam . Petunjuk Ilahi begitu sempurna, rahmat bagi seluruh alam dan berlaku hingga akhir zaman. Tinggal lagi kemauan dan kepiawaian orang beriman untuk menggali dan mengemas prinsip-prinsip yang telah diletakkan oleh al-Qur'an dan al-Hadis untuk menjawab tema yang menjadi bahan diskusi saat ini.
Kecerdasan intelektual adalah kemampuan intelektual, analisa, logika dan rasio. Ia merupakan kecerdasan untuk menerima, menyimpan dan mengolah infomasi menjadi fakta.1 Orang yang kecerdasan intelektualnya baik, baginya tidak ada informasi yang sulit, semuanya dapat disimpan dan diolah, untuk pada waktu yang tepat dan pada saat dibutuhkan diolah dan diinformasikan kembali. Proses menerima , menyimpan, dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut "berfikir". Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia. Manusia memikirkan dirinya, orang-orang di sekitarnya dan alam semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berupaya mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya. Pentingnya mendayagunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam. Tidak terhitung banyaknya ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW yang mendorong manusia untuk selalu berfikir dan merenung. Redaksi al-Qur'an dan al-Hadis tentang berfikir atau mempergunakan akal cukup variatif. Ada yang dalam bentuk khabariah, insyaiyah, istifham inkary. Semuanya itu menunjukkan betapa Islam sangat concern terhadap kecerdasan intelektual manusia. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya. Dalam konteks Islam, memikirkan alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan ke-Mahakuasaan Sang Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuhnya Tauhid yang murni ."Agama adalah akal, tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal" hendaknya dimaknai dalam konteks ini.
Sekedar contoh mari dilihat ayat-ayat berikut :
1.      Firman-Nya dalam al-Baqarah 164 sebagai berikut :
¨ 
Terjemahnya:  Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih
bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Firman Allah tersebut mendorong manusia untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, pergantian malam dengan siang, dan betapa air hujan mengubah tanah yang tandus menjadi hijau kembali.




2.      Firman Allah dalam Ar Ra’du sebagai berikut :
  
Terjemahnya : Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan,
dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berfikir.

Firman-Nya dalam ar-Ra'du  4 mengajak manusia untuk merenungkan betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan, padahal berasal dari tanah yang sama.

3.      Firman Allah dalam An Nahl ayat 12 sebagai berikut :
 
Terjemahnya : Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan
untukmu. dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (Nya),
Firman-Nya dalam an-Nahlu 12 mengimbau orang yang berfikir untuk memikirkan pergantian malam dengan siang dan perjalanan planet-planet yang kesemuanya itu bergerak dengan aturan Allah.



4.      Firman Allah salam Syurah Ar Rum ayat 24 sebagai berikut :
 
Terjemahnya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia
memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.

Firman-Nya dalam ar-Rum 24 mengajak manusia untuk memikirkan proses turunnya hujan dan manfaat air hujan bagi kehidupan di muka bumi.
5.      Teori "Big Bang" disebut al-Qur'an dalam al-Anbiyaa':30, sebagai berikut :

Terjemahnya : Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada juga beriman?

Teori "Nebula" (1 C': milyar galaksi) dalam ar-Rahman :38, thawaf alam semesta dalam al-Israa:44, dan "Black Hole"dengan gravitasinya yang sangat kuat, menjangkar dan menarik seluruh planet agar tetap pada orbitnya , dalam Yasin 38-40, dan sebagainya.
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi koneksi dan pengaruh yang manusiawi.2 Dapat dikatakan bahwa EQ adalah kemampuan mendengar suara hati sebagai sumber informasi. Untuk pemilik EQ yang baik, baginya infomasi tidak hanya didapat lewat panca indra semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya sendiri yakni suara hati. Malahan sumber infomasi yang disebut terakhir akan menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indra.
Substansi dari kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan dan memahami untuk kemudian disikapi secara manusiawi. Orang yang EQ-nya baik, dapat memahami perasaan orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat, dapat menangkap bahasa verbal dan non verbal. Semua pemahaman tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan lingkungannya Dapat dimengerti kenapa orang yang EQ-nya baik, sekaligus kehidupan sosialnya juga baik. Lain tidak karena orang tersebut dapat merespon tuntutan lingkungannya dengan tepat .
Di samping itu, kecerdasan emosional mengajarkan tentang  integritas kejujuran komitmen, visi, kreatifitas, ketahanan mental kebijaksanaan dan penguasaan diri.3 Oleh karena itu EQ mengajarkan bagaimana manusia bersikap terhadap dirinya (intra personal) seperti self awamess (percaya diri), self motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri), dan terhadap orang lain (interpersonal) seperti empathy, kemampuan memahami orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola konflik dengan orang lain secara baik . Dalam bahasa agama , EQ adalah kepiawaian menjalin "hablun min al-naas". Pusat dari EQ adalah "qalbu" . Hati mengaktifkan nilai-nilai yang paling dalam, mengubah sesuatu yang dipikirkan menjadi sesuatu yang dijalani. Hati dapat mengetahui hal-hal yang tidak dapat diketahui oleh otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat , integritas dan komitmen. Hati merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani.
Keharusan memelihara hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurkan oleh lslam. Hati yang bersih dan tidak tercemar lah yang dapat memancarkan EQ dengan baik. Di antara hal yang merusak hati dan memperlemah daya kerjanya adalah dosa. Oleh karena itu ayat-ayat al-Qur'an dan Hadis Rasulullah SAW banyak bicara tentang kesucian hati. Sekedar untuk menunjuk contoh dapat dikemukakan ayat-ayat dan hadis berikut :

1.      Firman-Nya dalam al-A'raf 179 menyatakan bahwa orang yang hatinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan kotor , disamakan dengan binatang, malahan lebih hina lagi.
2.      Firman-Nya dalam al-Hajj 46 menegaskan bahwa orang yang tidak mengambil pelajaran dari perjalanan hidupnya di muka bumi, adalah orang yang buta hatinya.
3.      Firman-Nya dalam al-Baqarah 74 menegaskan bahwa orang yang hatinya tidak disinari dengan petunjuk Allah SWT diumpamakan lebih keras dari batu.
4.      Firman-Nya dalam Fushshilat 5 menyatakan adanya pengakuan dari orang yang tidak mengindahkan petunjuk agama bahwa hati mereka tertutup dan telinga mereka tersumbat.
5.      Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh , dan bila ia rusak , rusak pulalah seluruh tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
6.      Hadis Rasulullah SAW menyatakan bahwa bila manusia berbuat dosa tumbuhlah bintik-bintik hitam di hatinya. Bila dosanya bertambah, maka bertambah pulalah bintik-bintik hitam tersebut, yang kadang kala sampai menutup seluruh hatinya.
Mengacu kepada ayat dan hadis di atas dapat disimpulkan bahwa EQ berkaitan erat dengan kehidupan keagamaan . Apabila petunjuk agama dijadikan panduan kehidupan, maka akan berdampak positif terhadap kecerdasan emosional . Begitu pula sebaliknya.
Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yakni kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup dalam konteks makna yang lebih luas. Kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat juga dikatakan bahwa kecerdasan spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan, melalui langkah- langkah dan pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas5. SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau tidak berbuat .
Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada "hati nurani" (Fuad/dhamir). Kebenaran suara fuad tidak perlu diragukan Sejak awal kejadiannya, "fuad" telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan " Bukankah Aku ini Tuhanmu ?" Mereka menjawab :" Betul (Engkau Tuhan kami ), kami bersaksi "( al-A'raaf,7:172 ). Di samping itu, secara eksplisit Allah SWT menyatakan bahwa penciptaan Fuad/ al-Af’idah selaku komponen utama manusia terjadi pada saat manusia masih dalam rahim ibunya (al-Sajadah,32:9). Tentunya ada makna yang tersirat di balik informasi Allah tentang saat penciptaan fuad karena Sang Pencipta tidak memberikan informasi yang sama tentang waktu penciptaan akal dan qalbu. Isyarat yang dapat ditangkap dari perbedaan tersebut adalah bahwa kebenaran suara fuad jauh melampaui kebenaran suara akal dan qalbu
Agar SQ dapat bekerja optimal, maka "Fuad" harus sesering mungkin diaktifkan. Manusia dipanggil untuk setiap saat berkomunikasi dengan fuad-nya Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanya dulu pendapat fuad/dhamir. Dengan cara demikian maka daya kerja SQ akan optimal, sehingga dapat memandu pola hidup seseorang. Inilah yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW dengan sabda beliau “sal dhamiruka” (tanya hati nuranimu). Fuad ibarat battery, yang kalau jarang dipakai maka daya kerjanya akan lemah, malah mungkin tidak dapat bekerja sama sekali. Dalam kaitan ini lah, agama menyeru manusia agar mengagungkan Allah, membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa. (al-Mudatstir, 74:1-5) Semuanya itu diperintahkan dalam kerangka optimalisasi daya kerja fuad / mempertinggi SQ seseorang.
Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan bahwa Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana manusia memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal. Sebagai perbandingan ada baiknya penulis mengambil contoh berikut : "Apabila kita lupa sesuatu , bukan berarti hal yang terlupakan itu telah hilang dari tempat penyimpanannya, melainkan karena sistem untuk mengakses ke tempat penyimpanan memori tersebut sudah lemah. Akses ke tempat penyimpanan akan kembali kuat bila sering dipergunakan. Begitu pula sebaliknya."6 Demikian juga halnya dengan SQ, kalau sistem untuk mengaksesnya sering dipergunakan, maka daya kerjanya akan optimal. Allah SWT menjamin kebenaran SQ , karena ia merupakan pancaran sinar Ilahiyah. (al-Najmu, 53:11). Penegasan al-Qur'an ini menunjukkan bahwa SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi saling membutuhkan dan melengkapi . Namun kalau akan dibedakan , maka SQ merupakan "Prima Causa " dari IQ dan EQ. SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik , sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai statusnya sebagai "Khalifah" di muka bumi.
Oleh karena Islam memberikan penekanan yang sama terhadap " hablun min Allah " dan "hablun min al-naas ", maka dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Jika selama ini orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan memberi penekanan terhadap pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya. Kondisi yang tidak ideal tersebut sudah waktunya diakhiri , dengan memberikan pendidikan dan kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ . Wa Allah 'alamu bi al-shawab

1.      A. Winarno dan Tri Saksono, Kecerdasan Emosional, Jakarta, LAN, 2001, hal. 4.
2.      Ibid, hal. 8
3.      Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Jakarta, Penerbit Arga, 2002, Cet. 7, hal. xliii
4.      Daniel Goleman, Working with Emotional Intelligence, (New York : Bantam Books, 1999) hal. 13.
5.      Ary Ginanjar Agustian, ESQ, Op. cit., hal 57
6.      Taufik Bahaudin, Brainware Management, Jakarta : PT Gramedia, 2000, cet. Kedua, hal. 60
7.      Ary Ginanjar Agustia, loc.cit

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

peternakan
inseminasi
pakan ternak

it's me

it's me
chalik in the bloger